Yogyakarta (ANTARA News) - Gunung Merapi di perbatasan wilayah Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta kini tidak lagi ditakuti pascaerupsi atau letusan yang menimbulkan bencana besar di penghujung 2010.
Banjir lahar dingin di sejumlah sungai di kawasan gunung itu yang luapannya menerjang permukiman dan lahan pertanian, tidak menyurutkan keinginan wisatawan untuk melihat dari dekat wilayah bencana tersebut.
Seperti di objek wisata "lava tour" Merapi di Dusun Kinahrejo, Desa Umbulharjo, Kecamatan Cangkringan, Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), selama libur panjang akhir pekan terkait Hari Raya Waisak 2011 dipadati pengunjung.
Koordinator petugas "lava tour" Desa Umbulharjo Maryatin, di Sleman, Selasa, mengatakan, banyak wisatawan dari berbagai daerah mengunjungi objek wisata ini.
Kondisi itu, menurut dia, hampir sama dengan saat setelah kawasan setempat kembali dibuka untuk umum pascabencana erupsi atau letusan Merapi 2010.
Menurut dia, wisatawan yang datang ke Dusun Kinahrejo yang luluh lantak akibat terjangan awan panas Merapi sebagian besar ingin melihat rumah mantan juru kunci Gunung Merapi Ki Surakso Hargo atau Mbah Maridjan.
"Mayoritas wisatawan ingin melihat kondisi bekas rumah Mbah Maridjan, dan sebagian lagi melihat-lihat kawasan yang rusak parah akibat terjangan awan panas Merapi," katanya.
Ia mengatakan pada hari libur panjang ini banyak pengunjung dari luar DIY, dan mereka datang secara perorangan dengan kendaraan pribadi maupun secara rombongan dengan menggunakan bus besar.
"Jika dilihat dari plat nomor kendaraan yang digunakan sebagian besar pengunjung atau wisatawan berasal dari luar daerah seperti Jakarta, Semarang dan Solo," katanya.
Maryatin mengatakan, setiap hari jumlah wisatawan yang berkunjung ke Dusun Kinahrejo rata-rata 1.000 orang.
"Jumlah wisatawan sebanyak itu jauh meningkat dibandingkan hari biasa yang rata-rata hanya ratusan orang. Bahkan, terkadang hanya puluhan orang," katanya.
Memang, menurut dia, beberapa waktu lalu saat kawasan itu mulai dibuka pascabencana erupsi Merapi, jumlah pengunjung setiap hari rata-rata 1.000 orang, namun beberapa waktu kemudian jumlahnya menurun drastis," katanya.
Salah seorang pengunjung asal Pekalongan, Jawa Tengah, Hendra Setiawan mengatakan dirinya sengaja mengisi waktu liburan dengan berkunjung ke Kinahrejo untuk melihat kondisi kawasan yang terdampak langsung erupsi Merapi.
"Selama ini kami hanya melihat dari tayangan televisi, makanya liburan ini kami sengaja ingin melihat langsung kawasan itu dari dekat. Baru sekarang bisa lihat langsung rumah Mbah Maridjan, biasanya hanya di televisi," katanya.
Kaliurang dipadati wisatawan
Begitu pula dengan objek wisata alam Kaliurang di kawasan Gunung Merapi, Kabupaten Sleman, DIY, pada libur panjang akhir pekan terkait Hari Raya Waisak 2011 setiap harinya dipadati ribuan pengunjung.
"Objek wisata Kaliurang yang sempat terpuruk akibat bencana erupsi Gunung Merapi pada akhir 2010, pada libur panjang Hari Raya Waisan sejak Sabtu (14/5) hingga Selasa (17/5) dipadati ribuan pengunjung," kata salah seorang petugas yang juga staf Bagian Pendapatan Dinas Pengelola Keuangan dan Kekayaan Daerah (DPKKD) Kabupaten Sleman Suraji.
Ketika ditemui saat bertugas di TPR Kaliurang, ia mengatakan, apabila dilihat dari retribusi kunjungan wisatawan ke Kaliurang, bisa dikatakan objek wisata andalan Kabupaten Sleman ini berangsur pulih.
"Lebih dari enam ribu pengunjung datang pada liburan panjang sejak akhir pekan lalu hingga Selasa ini. Sejumlah lokasi wisata di Kaliurang, seperti Tlogo Putri, Gardu Pandang, dan taman rekreasi dipenuhi pengunjung," katanya.
Ia mengatakan wisatawan lokal maupun dari luar daerah sejak akhir pekan lalu selalu memadati kawasan Kaliurang d selatan Gunung Merapi itu.
"Pengunjung masih didominasi wisatawan lokal dan rombongan keluarga, yakni dari Yogyakarta, Sleman dan daerah-daerah sekitarnya. Mayoritas mereka datang dengan menggunakan sepeda motor," katanya.
Namun, menurut Suraji, tidak sedikit pula wisatawan dari luar daerah yang datang secara berombongan dengan menggunakan bus besar maupun mobil pribadi.
"Kalau rombongan besar dengan bus memang mayoritas dari sekolah-sekolah di Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Tengah, sedangkan untuk wisatawan dengan kendaraan pribadi jika dilihat dari plat nomor kendaraan, banyak di antaranya dari Jakarta, Bandung, Bogor, Surabaya dan Semarang," katanya.
Ia mengatakan jumlah pengunjung objek wisata Kaliurang berdasarkan penjualan tiket masuk tercatat pada Sabtu (14/5) sebanyak 998 orang, Minggu (15/5) sebanyak 2.755 orang, Senin (16/5) sebanyak 1.602 orang.
"Sedangkan pada Selasa (17/5) hingga pukul 12.00 WIB jumlah pengunjung sudah 1.000 orang lebih," katanya.
Jelajah wisata
Terkait dengan upaya pemulihan citra pariwisata di wilayah DIY khususnya Kabupaten Sleman, sekaligus untuk memberi kesan bahwa daerah ini aman dikunjungi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman berencana menggelar kegiatan wisata spektakuler, yaitu Jelajah Wisata dan Reli Foto di kawasan wisata "Rumah Teletubies" atau "Rumah Domes".
"Kegiatan yang terbuka untuk umum ini akan dilaksanakan pada Minggu 10 Juli 2011. Kegiatan wisata dan olah raga tersebut mengusung tema `Trail to Domes`," kata Kepala Bidang Pemasaran Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Sleman Shavitri Nurmala Dewi.
Menurut dia, kegiatan tersebut sangat menarik karena lokasi penyelenggaraannya dipusatkan di kawasan wisata yang memiliki keunikan tersendiri, yaitu "Rumah Domes" bercorak rumah Teletubies di Dusun Nglepen, Desa Sumberharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman.
"Rumah Domes ini merupakan rumah-rumah relokasi tahan gempa, setelah akibat bencana gempa bumi besar pada 27 Mei 2006 rumah-rumah warga di dusun itu rusak parah," katanya.
Ia mengatakan jelajah wisata merupakan kegiatan tahunan untuk menarik minat wisatawan domestik maupun manca negara agar berkunjung ke DIY khususnya ke objek-objek wisata di Sleman.
"Saat ini wisata `trekking` sudah menjadi salah satu wisata alternatif yang mulai dilirik banyak kalangan, karena menawarkan panorama alami yang asri, serta menjadi wahana olah raga sekaligus berwisata," katanya.
Shavitri mengatakan jelajah wisata merupakan salah satu kegiatan wisata yang sudah memiliki pangsa pasar, dan pecintanya tersendiri, sehingga diharapkan pemilihan lokasi di kawasan wisata "Rumah Domes" atau "Rumah Teletubies" akan menambah daya tarik tersendiri bagi para peserta.
"Lebih menarik lagi, dalam kegiatan yang sama juga akan diadakan lomba Reli Foto yang terbuka untuk umum, dan juga jelajah wisata bagi peserta lomba itu," katanya.
Kepala Seksi Promosi Wisata Disbudpar Kabupaten Sleman Mayawati Jati Lestari selaku ketua panitia mengatakan, Jelajah Wisata "Trail to Domes" dikemas berupa "trekking" atau jalan kaki menyusuri perbukitan dengan jalur yang cukup ekstrem di kawasan wisata "Rumah Domes", dengan menempuh jarak delapan kilometer.
"Peserta akan menempuh jalur jalan setapak melalui perbukitan, persawahan, pekarangan dan perkampungan penduduk selama kurang lebih 2,5 jam. Bahkan peserta juga akan dapat melihat berbagai aktivitas warga masyarakat setempat, Tugu Belanda, pemandangan `Rumah Domes`, Candi Ijo, dan pemandangan alam lainnya dari ketinggian dan jarak jauh," katanya.
Ia mengatakan peserta ditargetkan sebanyak 1.000 orang, dengan sistem perseorangan dari berbagai daerah, baik dari masyarakat DIY maupun luar daerah.
"Informasi dan pendaftaran peserta dimulai 2 Mei hingga 7 Juli 2011 di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Sleman, telepon/faximile (0274) 869613, Website:www.tourismsleman.com, Email dan Facebook prtourismsleman@yahoo.co.id," katanya.
Selain itu, bisa juga di Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olah Raga Kabupaten Sleman, Jalan Parasamya Beran Sleman Telp.0274-868512, Kantor Kecamatan Prambanan Telp.0274-496388, "Tourist Information Center" (TIC) Malioboro, Sekretariat Rumah Domes, dengan biaya pendaftaran Rp30.000 per orang untuk peserta jelajah wisata dan Rp50.000 untuk peserta reli foto.
"Setiap peserta akan memperoleh sebuah kaos cantik, makanan ringan dan minum, asuransi serta kupon undian doorprize untuk memperebutkan hadiah dua sepeda motor, sepeda gunung, televisi, handphone, minicompo dan puluhan hadiah lainnya," katanya.
Penilaian reli foto dilakukan tiga juri yang profesional di bidangnya, yaitu wartawan foto Reuters Dwi Oblo, dosen fotografi Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta Pamungkas WS, dan fotografer pariwisata Widodo Kushartoyo.
"Peserta reli foto akan memperebutkan hadiah, yaitu Juara I Rp1,5 juta, Juara II Rp1 juta, Juara III Rp750 ribu, Juara IV Rp500 ribu, dan Juara V Rp350 ribu," katanya.
Jadi fokus utama
Bupati Sleman Sri Purnomo mengatakan, penanganan pascabencana erupsi Gunung Merapi menjadi fokus utama pembangunan yang dilakukan pemerintah kabupaten ini.
"Fokus utama saat ini adalah penanganan pascabencana erupsi Gunung Merapi, dan untuk itu kami mengharapkan peran semua pihak dalam membangun kembali kawasan Merapi yang luluh lantak akibat bencana itu," katanya.
Menurut dia, penanganan pascabencana Merapi meliputi penataan wilayah yang masuk dalam kawasan rawan bencana (KRB) III yang merupakan kawasan paling berbahaya, sampai penanganan dan antisipasi bencana sekunder seperti banjir lahar dingin.
"Selain itu, juga dampak lainnya seperti sektor pertanian yang terganggu akibat lahan terkena material Merapi maupun akibat rusaknya infrastruktur di antaranya saluran irigasi dan bendungan air," katanya.
Ia mengatakan saat ini sektor layanan publik sudah mulai dibangun, dan akan dipercepat. "Untuk itu, kami meminta kepada aparat Pemerintah Kabupaten Sleman agar lebih profesional dalam menjalankan tugasnya," katanya.
Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X mengatakan relokasi warga korban bencana erupsi Merapi masih menunggu rapat bersama dengan Wakil Presiden Boediono.
"Setelah ada keputusan dari rapat tersebut, akan dilakukan komunikasi dengan warga yang berada di KRB III Merapi," katanya.
Sultan mengatakan hasil kerja tim teknis yang merupakan gabungan dari Pemerintah Provinsi DIY dan Pemerintah Kabupaten Sleman telah dikirim ke pusat.
"Hasil kerja tim teknis sudah dikirim, sekarang tinggal menunggu koordinasi dengan Wapres," katanya.
(M008*H010/Z002)
Gunung Merapi Tak Lagi Ditakuti
18 Mei 2011 04:26 WIB
ANTARA/Anis Efizudin)
Pewarta: Masduki Attamami
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011
Tags: