BKKBN perkuat kerja sama dengan Kemenag dan BRIN tuntaskan stunting
16 Desember 2021 14:02 WIB
Tangkapan layar Kepala BKKBN Hasto Wardoyo (nomor tiga dari kiri) bersama pejabat BKKBN, perwakilan dari BRIN dan Kementerian Agama saat melakukan penandatanganan kerja sama di Jakarta, Kamis (16/12/2021). (ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti)
Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) telah memperkuat kerja sama multisektor dengan Kementerian Agama RI sekaligus Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) guna menuntaskan masalah stunting di Indonesia.
“BKKBN tentu harus melakukan konvergensi, kerja sama antar kementerian dan lembaga di pusat. Ini sudah ada tim percepatan penurunan stunting antar kementerian dan lembaga termasuk di Kementerian Agama dan BRIN,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam Talkshow “Penguatan Kerja Sama BKKBN-Kemenag-BRIN dalam Pencegahan Stunting dari Hulu Bagi Calon Pengantin” yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Hasto menuturkan, pihaknya akan terus membangun sistem yang kuat dan terintegrasi melalui kementerian maupun lembaga terkait, mulai dari tingkat pusat sampai pada tingkat desa dan kelurahan.
Sebagai bentuk upaya dalam menurunkan angka stunting di Indonesia menjadi 14 persen pada tahun 2024, sebagaimana yang ditargetkan dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2024 tentang percepatan penurunan stunting. Karena hingga saat ini, angka prevalensi negara masih mencapai angka 27,67 persen.
Selain menangani untuk stunting, perluasan kerja sama itu juga merupakan upaya yang digencarkan untuk menekan angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Tanah Air yang masih terbilang cukup tinggi.
Baca juga: Wapres: Percepatan penurunan angka stunting perlu komitmen bersama
Baca juga: BKKBN: Bayi dengan berat badan rendah meningkat akibat minim edukasi
Dengan rincian, terdapat 305 kasus kematian ibu dari 100.000 kelahiran hidup dan 24 kasus kematian bayi dari 1.000 kelahiran.
Hasto berharap melalui penguatan kerja sama ini, Kemenag dan BRIN dapat membantu Indonesia menekan kasus stunting serta kematian ibu dan bayi yang dimulai dari hulu, yaitu pada calon pengantin.
“Hanya tinggal 2,5 tahun. Dalam setahun kita harus turunkan lima persen. Di dunia, di mana saja, turun lima persen itu belum ada. Sehingga kita harus bekerja sama,” tegas Hasto.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Kamaruddin Amin mengatakan pihaknya akan memberikan mendukung dan memfasilitasi BKKBN dalam menyelesaikan masalah stunting sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki.
Kamaruddin menegaskan, dalam hal ini pihaknya akan memberikan bimbingan pernikahan kepada setiap calon pengantin tiga bulan sebelum pernikahan, guna memberikan edukasi terkait dengan ketahanan rumah tangga.
"Di antara program yang sangat strategis untuk mensosialisasikan ini adalah program pembimbingan perkawinan calon pengantin. Kalau tidak diberikan literasi memadai misalnya tentang stunting, mereka bisa melahirkan generasi yang berpotensi melahirkan generasi stunting pula,"ujar dia.
Plt. Kepala Organisasi Riset Pengkajian dan Penerapan Teknologi (OR PPT) BRIN Dadan M. Nurjaman mengatakan pihaknya sedang dan akan terus melakukan riset yang dapat membantu BKKBN dalam memenuhi gizi ibu dan bayi.
Ia berharap pihaknya dapat menjadi salah satu pihak yang dapat memberikan kontribusi dalam ekosistem yang sedang diperkuat oleh BKKBN, seperti dalam menemukan produk yang disukai oleh masyarakat namun kaya akan kandungan gizi mikro maupun makro.
“BRIN akan siap menjadi bagian dari ekosistem untuk penyelesaian masalah kekurangan gizi dan stunting di Indonesia. Melalui riset untuk menghasilkan invensi dan inovasi, baik itu formula maupun produk untuk penanganan gizi dan stunting,” tegas Dadan.
Baca juga: Wapres: Masa depan generasi bangsa tergantung kolaborasi multisektor
Baca juga: BKKBN: Budaya gotong royong bantu percepat penurunan stunting
“BKKBN tentu harus melakukan konvergensi, kerja sama antar kementerian dan lembaga di pusat. Ini sudah ada tim percepatan penurunan stunting antar kementerian dan lembaga termasuk di Kementerian Agama dan BRIN,” kata Kepala BKKBN Hasto Wardoyo dalam Talkshow “Penguatan Kerja Sama BKKBN-Kemenag-BRIN dalam Pencegahan Stunting dari Hulu Bagi Calon Pengantin” yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Hasto menuturkan, pihaknya akan terus membangun sistem yang kuat dan terintegrasi melalui kementerian maupun lembaga terkait, mulai dari tingkat pusat sampai pada tingkat desa dan kelurahan.
Sebagai bentuk upaya dalam menurunkan angka stunting di Indonesia menjadi 14 persen pada tahun 2024, sebagaimana yang ditargetkan dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2024 tentang percepatan penurunan stunting. Karena hingga saat ini, angka prevalensi negara masih mencapai angka 27,67 persen.
Selain menangani untuk stunting, perluasan kerja sama itu juga merupakan upaya yang digencarkan untuk menekan angka kematian ibu dan angka kematian bayi di Tanah Air yang masih terbilang cukup tinggi.
Baca juga: Wapres: Percepatan penurunan angka stunting perlu komitmen bersama
Baca juga: BKKBN: Bayi dengan berat badan rendah meningkat akibat minim edukasi
Dengan rincian, terdapat 305 kasus kematian ibu dari 100.000 kelahiran hidup dan 24 kasus kematian bayi dari 1.000 kelahiran.
Hasto berharap melalui penguatan kerja sama ini, Kemenag dan BRIN dapat membantu Indonesia menekan kasus stunting serta kematian ibu dan bayi yang dimulai dari hulu, yaitu pada calon pengantin.
“Hanya tinggal 2,5 tahun. Dalam setahun kita harus turunkan lima persen. Di dunia, di mana saja, turun lima persen itu belum ada. Sehingga kita harus bekerja sama,” tegas Hasto.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam Kemenag Kamaruddin Amin mengatakan pihaknya akan memberikan mendukung dan memfasilitasi BKKBN dalam menyelesaikan masalah stunting sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki.
Kamaruddin menegaskan, dalam hal ini pihaknya akan memberikan bimbingan pernikahan kepada setiap calon pengantin tiga bulan sebelum pernikahan, guna memberikan edukasi terkait dengan ketahanan rumah tangga.
"Di antara program yang sangat strategis untuk mensosialisasikan ini adalah program pembimbingan perkawinan calon pengantin. Kalau tidak diberikan literasi memadai misalnya tentang stunting, mereka bisa melahirkan generasi yang berpotensi melahirkan generasi stunting pula,"ujar dia.
Plt. Kepala Organisasi Riset Pengkajian dan Penerapan Teknologi (OR PPT) BRIN Dadan M. Nurjaman mengatakan pihaknya sedang dan akan terus melakukan riset yang dapat membantu BKKBN dalam memenuhi gizi ibu dan bayi.
Ia berharap pihaknya dapat menjadi salah satu pihak yang dapat memberikan kontribusi dalam ekosistem yang sedang diperkuat oleh BKKBN, seperti dalam menemukan produk yang disukai oleh masyarakat namun kaya akan kandungan gizi mikro maupun makro.
“BRIN akan siap menjadi bagian dari ekosistem untuk penyelesaian masalah kekurangan gizi dan stunting di Indonesia. Melalui riset untuk menghasilkan invensi dan inovasi, baik itu formula maupun produk untuk penanganan gizi dan stunting,” tegas Dadan.
Baca juga: Wapres: Masa depan generasi bangsa tergantung kolaborasi multisektor
Baca juga: BKKBN: Budaya gotong royong bantu percepat penurunan stunting
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021
Tags: