Samarinda (ANTARA News) - Dalam proyeksi didirikannya Kaltim Airlines yang pada tahap awal melayani penerbangan ke kawasan perbatasan dan pedalaman Kalimantan Timur (Kaltim), maka Bandara Sepinggan Balikpapan bakal menjadi pengumpul pesawatnya.

"Hasil kajian oleh Consulting Partner AOC Aero terhadap pengoperasian Kaltim Airlines, maka Bandara Sepinggan sebagai pengumpul, sedangkan Bandara Samarinda atau Temindung akan jadi pengumpan," tutur Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Awang Faroek Ishak, di Samarinda, Selasa.

Kaltim Airlines melalui Bandara Samarinda Baru (BSB) atau untuk sementara melalui Bandara Temindung, karena BSB belum rampung, yang rencananya akan mengalirkan rute penerbangan menuju Bandara Nunukan, Bandara RA Bessing Malinau, dan Bandara Sangkimah Kutai Timur.

Selain itu, Kaltim Airlines diproyeksikan dari Samarinda juga melayani penerbangan ke Bandara Tanjung Harapan Tanjung Selor di Bulungan, Bandara Melalan Sendawar di Kutai Barat, Bandara Datah Dawai di Kutai Barat, Bandara Long Bawan di Nunukan, Bandara Long Ampung di Malinau, Bandara Paser dan Bandara Bontang.

Untuk tahap awal, jumlah pesawat yang disarankan adalah 5 unit. Tipe yang akan menjadi pilihan di antaranya DHC8-100, CN 235-220, C 212-300, Carravan 208b dan Y12.

Kurun waktu yang disiapkan menuju penerbangan perdana adalah perusahan Kaltim Avation Holding menyiapkan pemilihan dan kerjasama dengan AOC diselesaikan pada Mei.

Untuk proses penyediaan dan sewa pesawat dilakukan Juni hingga Juli. Jika semua berjalan mulus, maka pada 17 Agustus 2011 penerbangan pertama Kaltim Airlines sudah dapat diwujudkan.

Skema yang digunakan untuk pembentukan Kaltim Airlines adalah Holding Company yang bernama Kaltim Aviation. Perusahaan ini membidangi penerbangan, hotel, katering, dan sekolah penerbangan, serta sejumlah aktivitas pendukungnya.

Setelah Kaltim Aviation disahkan, maka diproyeksikan membuat badan hukum berbentuk Perseroan Terbatas (PT) dengan nama Kaltim Airlines, yakni sebagai salah satu anak perusahaan Kaltim Aviation.

Ini berarti yang memiliki pesawat adalah Kaltim Airlines, bukan Kaltim Aviation karena Kaltim Airlines tersebut sahamnya sebesar 99,9 persen milik Kaltim Aviation.

Kaltim Airlines juga mendapat dukungan dari berbagai investor, diantaranya dari Ketua Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) Kaltim, Fauzi A Bachtar.

Bahkan, Fauzi dan rekan telah membulatkan tekad dengan menanamkan modal 49 persen dalam usaha penerbangan tersebut. Investasi awal untuk mewujudkan Kaltim Airlines sebesar 6 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp60 miliar dengan sistem sewa-beli.

Untuk kepemilikan saham sebesar 49 persen itu, maka investor hanya menyediakan dana awal sekitar Rp29,4 miliar untuk sewa-beli lima unit pesawat atau rata-rata Rp5,9 miliar per unit pesawat, demikian proyeksi yang telah dibahas para pemangku kepentingannya. (*)