Kemenkeu proyeksikan kinerja ekspor-impor bakal terus membaik
15 Desember 2021 17:12 WIB
Ilustrasi - Suasana aktifitas bongkar muat di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/foc/pri.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan (Kemenkeu) Febrio Kacaribu memproyeksikan kinerja ekspor-impor nasional akan terus membaik, seiring dengan momentum surplus neraca perdagangan 19 bulan berturut-turut.
Febrio dalam pernyataan di Jakarta, Rabu, mengatakan kinerja ekspor akan didukung oleh kenaikan harga komoditas dan permintaan global. Sedangkan impor akan terus tumbuh seiring dengan peningkatan aktivitas domestik.
"Pemerintah akan terus memberikan kebijakan mendukung ekspor melalui perbaikan efisiensi dan daya saing ekonomi, peningkatan nilai tambah produk ekspor komoditas, serta penguatan industri nasional yang didukung pembangunan infrastruktur dan pemanfaatan teknologi," katanya.
Ia memastikan kebijakan untuk mendorong perbaikan akses pasar juga akan terus digalakkan dengan terutama melalui forum-forum kerja sama internasional baik secara bilateral dan multilateral untuk mendukung perdagangan internasional baik barang maupun jasa.
"Pemerintah juga akan terus menopang dan mendorong pemulihan dan penguatan ekspor jasa, di antaranya melalui kelanjutan strategi pengembangan dan promosi daerah wisata Indonesia," kata Febrio.
Baca juga: BPS: RI surplus perdagangan 3,51 miliar dolar AS pada November 2021
Sebelumnya neraca perdagangan kembali mencatatkan surplus pada November 2021 sebesar 3,51 miliar dolar AS atau secara kumulatif 34,32 miliar dolar AS, yang berarti Indonesia sudah menikmati surplus selama 19 bulan berturut-turut.
Salah satu pemicu surplus neraca perdagangan ini adalah nilai ekspor yang secara kumulatif sejak Januari hingga November 2021 sebesar 209,16 miliar dolar AS merupakan yang tertinggi sejak periode 2000.
Tren peningkatan ekspor, tidak hanya didorong peningkatan harga komoditas utama maupun volume, karena produk manufaktur dan pertambangan juga mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi.
Di sisi lain, impor juga memperlihatkan tren yang meningkat, baik di sektor migas maupun non-migas, serta berdasarkan penggunaannya, seperti barang konsumsi, bahan baku atau penolong dan bahan modal.
"Porsi impor yang sebagian besar merupakan impor bahan baku dan barang modal menunjukkan dinamika aktivitas sektor produksi. Total impor kumulatif Januari hingga November 2021 bahkan sudah melebihi nilai impor sepanjang tahun 2020," kata Febrio.
Baca juga: Wamendag: Perjanjian dagang tingkatkan surplus neraca perdagangan
Febrio dalam pernyataan di Jakarta, Rabu, mengatakan kinerja ekspor akan didukung oleh kenaikan harga komoditas dan permintaan global. Sedangkan impor akan terus tumbuh seiring dengan peningkatan aktivitas domestik.
"Pemerintah akan terus memberikan kebijakan mendukung ekspor melalui perbaikan efisiensi dan daya saing ekonomi, peningkatan nilai tambah produk ekspor komoditas, serta penguatan industri nasional yang didukung pembangunan infrastruktur dan pemanfaatan teknologi," katanya.
Ia memastikan kebijakan untuk mendorong perbaikan akses pasar juga akan terus digalakkan dengan terutama melalui forum-forum kerja sama internasional baik secara bilateral dan multilateral untuk mendukung perdagangan internasional baik barang maupun jasa.
"Pemerintah juga akan terus menopang dan mendorong pemulihan dan penguatan ekspor jasa, di antaranya melalui kelanjutan strategi pengembangan dan promosi daerah wisata Indonesia," kata Febrio.
Baca juga: BPS: RI surplus perdagangan 3,51 miliar dolar AS pada November 2021
Sebelumnya neraca perdagangan kembali mencatatkan surplus pada November 2021 sebesar 3,51 miliar dolar AS atau secara kumulatif 34,32 miliar dolar AS, yang berarti Indonesia sudah menikmati surplus selama 19 bulan berturut-turut.
Salah satu pemicu surplus neraca perdagangan ini adalah nilai ekspor yang secara kumulatif sejak Januari hingga November 2021 sebesar 209,16 miliar dolar AS merupakan yang tertinggi sejak periode 2000.
Tren peningkatan ekspor, tidak hanya didorong peningkatan harga komoditas utama maupun volume, karena produk manufaktur dan pertambangan juga mencatatkan pertumbuhan yang cukup tinggi.
Di sisi lain, impor juga memperlihatkan tren yang meningkat, baik di sektor migas maupun non-migas, serta berdasarkan penggunaannya, seperti barang konsumsi, bahan baku atau penolong dan bahan modal.
"Porsi impor yang sebagian besar merupakan impor bahan baku dan barang modal menunjukkan dinamika aktivitas sektor produksi. Total impor kumulatif Januari hingga November 2021 bahkan sudah melebihi nilai impor sepanjang tahun 2020," kata Febrio.
Baca juga: Wamendag: Perjanjian dagang tingkatkan surplus neraca perdagangan
Pewarta: Satyagraha
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2021
Tags: