Bappenas sebut TNP laut sawu penyumbang terbesar kawasan konservasi
15 Desember 2021 17:00 WIB
Direktur Kelautan dan Perikanan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Sri Yanti (kanan) saat menjelaskan kepada pers soal pengembangan TNP Laut Sawu. ANTARA/Kornelis Kaha.
Kupang (ANTARA) - Direktur Kelautan dan Perikanan, Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Sri Yanti menyebut bahwa Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu di perairan NTT menjadi salah satu penyumbang terbesar dalam hal luasan kawasan konservasi perairan di Indonesia.
"Dalam lima tahun ke depan ini target luas kawasan konservasi perairan di Indonesia ini akan mencapai 26,9 hektare. Nah penyumbang terbesar itu berasal dari TNP Laut Sawu di NTT," katanya di Kupang, Rabu.
Hal ini disampaikannya saat menjadi pembicara dalam Rapat Koordinasi Exit Strategi Proyek Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP) Coral Triangle Initiative (CTI) World Bank di Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu di Kupang.
Luas TNP Laut Sawu saat ini mencapai 3,352 juta hektare, sumbangan untuk konservasi perairan Indonesia dari TNP Laut Sawu sendiri mencapai 18, 2 persen. Dan jumlah ini terbesar dari jumlah TNP lainnya di Indonesia.
Menurut dia, potensi yang dimiliki oleh Laut Sawu ini sangat istimewa karena terkenal dengan keanekaragaman hayati laut yang melimpah, di antaranya Cetacean (Paus, Lumba-lumba) serta Sirenian (Dugong) serta ekosistem pesisir seperti mangrove, padang lamun, serta terumbu karang.
"Kita juga melihat bahwa ada karakteristik tertentu yang belum dieksplor dari Laut Sawu itu sendiri," katanya.
Salah satunya migrasi mamalia laut seperti Paus yang perlu diperhatikan oleh masyarakat Global agar bisa dijaga bersama-sama.
Sri juga menyebutkan bahwa Indonesia di dunia Internasional telah mengklaim bahwa 30 persen kawasan laut di Indonesia akan menjadi kawasan konservasi dan sangat dihargai oleh PBB.
"Kita (Indonesia) juga tengah mengklaim bahwa pengelolaan laut kita bisa dikelola dengan cara sustainable. Caranya adalah kita menjaga serta memperhitungkan luasan kawasan konservasi pada luasan tersebut dan ini dihargai betul di PBB," kata dia.
Sementara itu Executive Director Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) Dr Tonny Wagey menjelaskan, COREMAP-CTI merupakan salah satu upaya nyata dari Pemerintah Indonesia untuk menjaga kelestarian sumberdaya terumbu karang, ekosistem terkait, dan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
COREMAP merupakan proyek jangka panjang yang didesain dalam tiga tahapan yaitu COREMAP Tahap I (1998-2004),COREMAP Tahap II (2004-2011), dan COREMAP yang merupakan tahap ketiga yang mulai sejak 2014.
Berdasarkan pada RPJMN tahun 2020-2024, terdapat program prioritas yang menjadi dasar pelaksanaan Coremap-CTI berupa program prioritas satu yakni peningkatan pengelolaan kemaritiman dan program prioritas 6 perikanan dan kelautan dan
peningkatan kualitas lingkungan hidup.
Lebih lanjut Sri menambahkan bahwa Bappenas menyiapkan kondisi sebagai enabler untuk membangun wadah partisipatif lintas sektor serta membuat model inovasi pembangunan yang menyelaraskan pertumbuhan ekonomi dan kelestarian ekosistem melalui implementasi program COREMAP-CTI.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam COREMAP-CTI oleh Kementerian PPN/ Bappenas melalui Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) meliputi penguatan kelompok masyarakat pengawas di targetkawasan konservasi, implementasi rencana aksi Pengelolaan zona pesisir terpadu, implementasi rencana aksi nasional untuk jenis prioritas di target kawasan konservasi.
Selain itu, pembangunan infrastruktur pendukung untuk integrasi elemen ekowisata pada lokasi, pembangunan kapasitas pemangku kepentingan baik pada badan pengelola maupun masyarakat,serta pembangunan skema pendananaan berkelanjutan. Kegiatan Coremap-CTI World Bank ini dilakukan di dilakukan di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Papua Barat.
Di NTT, kegiatan diimplementasikan melalui kerja sama dengan empat mitra pelaksana yaitu Yayasan Terangi, Yapeka, PILI dan Yayasan Reef Check Indonesia (YRCI). Sedangkan dari 10 Kabupaten yang termasuk ke dalam kawasan TNP Laut Sawu, enam kabupaten mendapatkan intervensi kegiatan tersebut.
Menurut dia, pada 2021 ini adalah tahun kedua dalam pelaksanaan kegiatan dan merupakan tahun yang penting dalam implementasi kegiatan.
Ada banyak capaian yang sudah dihasilkan oleh para mitra pelaksana yakni pembangunan infrastruktur penunjang Ekowisata, instalasi PLTS untuk mendukung kegiatan perikanan masyarakat, kajian investasi bisnis ekowisata, pembangunan infrastruktur untuk mendukung pengawasan berbasis masyarakat, dan kajian mitigasi bycatch hiu.
Baca juga: Menteri KKP resmikan kapal Balaenoptera jaga kelestarian TNP Laut Sawu
Baca juga: KKP jaring aspirasi masyarakat NTT dalam pengelolaan TNP Laut Sawu
Baca juga: Laut Sawu disebut sebagai "kafe" bagi paus dan lumba-lumba
"Dalam lima tahun ke depan ini target luas kawasan konservasi perairan di Indonesia ini akan mencapai 26,9 hektare. Nah penyumbang terbesar itu berasal dari TNP Laut Sawu di NTT," katanya di Kupang, Rabu.
Hal ini disampaikannya saat menjadi pembicara dalam Rapat Koordinasi Exit Strategi Proyek Coral Reef Rehabilitation and Management Program (COREMAP) Coral Triangle Initiative (CTI) World Bank di Taman Nasional Perairan (TNP) Laut Sawu di Kupang.
Luas TNP Laut Sawu saat ini mencapai 3,352 juta hektare, sumbangan untuk konservasi perairan Indonesia dari TNP Laut Sawu sendiri mencapai 18, 2 persen. Dan jumlah ini terbesar dari jumlah TNP lainnya di Indonesia.
Menurut dia, potensi yang dimiliki oleh Laut Sawu ini sangat istimewa karena terkenal dengan keanekaragaman hayati laut yang melimpah, di antaranya Cetacean (Paus, Lumba-lumba) serta Sirenian (Dugong) serta ekosistem pesisir seperti mangrove, padang lamun, serta terumbu karang.
"Kita juga melihat bahwa ada karakteristik tertentu yang belum dieksplor dari Laut Sawu itu sendiri," katanya.
Salah satunya migrasi mamalia laut seperti Paus yang perlu diperhatikan oleh masyarakat Global agar bisa dijaga bersama-sama.
Sri juga menyebutkan bahwa Indonesia di dunia Internasional telah mengklaim bahwa 30 persen kawasan laut di Indonesia akan menjadi kawasan konservasi dan sangat dihargai oleh PBB.
"Kita (Indonesia) juga tengah mengklaim bahwa pengelolaan laut kita bisa dikelola dengan cara sustainable. Caranya adalah kita menjaga serta memperhitungkan luasan kawasan konservasi pada luasan tersebut dan ini dihargai betul di PBB," kata dia.
Sementara itu Executive Director Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) Dr Tonny Wagey menjelaskan, COREMAP-CTI merupakan salah satu upaya nyata dari Pemerintah Indonesia untuk menjaga kelestarian sumberdaya terumbu karang, ekosistem terkait, dan keanekaragaman hayati secara berkelanjutan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir.
COREMAP merupakan proyek jangka panjang yang didesain dalam tiga tahapan yaitu COREMAP Tahap I (1998-2004),COREMAP Tahap II (2004-2011), dan COREMAP yang merupakan tahap ketiga yang mulai sejak 2014.
Berdasarkan pada RPJMN tahun 2020-2024, terdapat program prioritas yang menjadi dasar pelaksanaan Coremap-CTI berupa program prioritas satu yakni peningkatan pengelolaan kemaritiman dan program prioritas 6 perikanan dan kelautan dan
peningkatan kualitas lingkungan hidup.
Lebih lanjut Sri menambahkan bahwa Bappenas menyiapkan kondisi sebagai enabler untuk membangun wadah partisipatif lintas sektor serta membuat model inovasi pembangunan yang menyelaraskan pertumbuhan ekonomi dan kelestarian ekosistem melalui implementasi program COREMAP-CTI.
Kegiatan yang dilaksanakan dalam COREMAP-CTI oleh Kementerian PPN/ Bappenas melalui Indonesia Climate Change Trust Fund (ICCTF) meliputi penguatan kelompok masyarakat pengawas di targetkawasan konservasi, implementasi rencana aksi Pengelolaan zona pesisir terpadu, implementasi rencana aksi nasional untuk jenis prioritas di target kawasan konservasi.
Selain itu, pembangunan infrastruktur pendukung untuk integrasi elemen ekowisata pada lokasi, pembangunan kapasitas pemangku kepentingan baik pada badan pengelola maupun masyarakat,serta pembangunan skema pendananaan berkelanjutan. Kegiatan Coremap-CTI World Bank ini dilakukan di dilakukan di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Papua Barat.
Di NTT, kegiatan diimplementasikan melalui kerja sama dengan empat mitra pelaksana yaitu Yayasan Terangi, Yapeka, PILI dan Yayasan Reef Check Indonesia (YRCI). Sedangkan dari 10 Kabupaten yang termasuk ke dalam kawasan TNP Laut Sawu, enam kabupaten mendapatkan intervensi kegiatan tersebut.
Menurut dia, pada 2021 ini adalah tahun kedua dalam pelaksanaan kegiatan dan merupakan tahun yang penting dalam implementasi kegiatan.
Ada banyak capaian yang sudah dihasilkan oleh para mitra pelaksana yakni pembangunan infrastruktur penunjang Ekowisata, instalasi PLTS untuk mendukung kegiatan perikanan masyarakat, kajian investasi bisnis ekowisata, pembangunan infrastruktur untuk mendukung pengawasan berbasis masyarakat, dan kajian mitigasi bycatch hiu.
Baca juga: Menteri KKP resmikan kapal Balaenoptera jaga kelestarian TNP Laut Sawu
Baca juga: KKP jaring aspirasi masyarakat NTT dalam pengelolaan TNP Laut Sawu
Baca juga: Laut Sawu disebut sebagai "kafe" bagi paus dan lumba-lumba
Pewarta: Kornelis Kaha
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021
Tags: