Sydney (ANTARA) - Saham-saham Australia berakhir lebih rendah pada Rabu, karena investor yang berhati-hati menahan diri dari menempatkan taruhan besar menjelang hasil pertemuan kebijakan dua hari Federal Reserve (Fed) AS, mungkin menambah tekanan pada rekan-rekannya untuk pengetatan lebih lanjut.

Indeks acuan S&P/ASX 200 di Bursa Efek Australia merosot 0,70 persen atau 51,30 poin menjadi menetap di 7.327,10 poin, menandai sesi terburuk sejak 2 Desember.

Pasar saham di seluruh Asia tergelincir sebagai antisipasi bahwa bank sentral AS akan berhenti membeli aset setelah data inflasi yang lebih panas dari perkiraan untuk November.

Penyebaran cepat varian Omicron merupakan komplikasi tambahan yang dapat membuat The Fed menjadi kurang hawkish, meskipun baru-baru ini para pejabat terdengar lebih khawatir tentang persistensi inflasi daripada pandemi.

"Ancaman ganda dari meningkatnya kasus virus dan inflasi mengurangi ekspektasi ekonomi Australia memasuki tahun 2022 dengan pijakan yang kuat," kata Kunal Sawhney, CEO Kalkine Group.


Baca juga: Saham Australia dibuka melemah, terseret turunnya saham emas-teknologi

Pelemahan terjadi di antara semua sub-indeks utama di bursa Australia, dengan saham-saham terkait emas dan teknologi mengalami kerugian terbesar.

Saham sektor teknologi ditutup 2,6 persen lebih rendah, mengikuti rekan-rekan mereka di AS, setelah menyentuh level terendah sejak 6 Desember di awal sesi.

Kelas berat di sektor teknologi perusahaan flatform beli-sekarang-bayar-nanti Afterpay Ltd kehilangan 3,3 persen.

Saham-saham terkait emas mencatat kerugian 2,9 persen, dengan Evolution Mining jatuh paling dalam di sub-indeks. Saham-saham penambang anjlok 5,2 persen, mencatat sesi terburuk sejak 28 September karena harga bijih besi melemah.

Dengan pengecualian Rio Tinto, yang ditutup 0,2 persen lebih tinggi, BHP Group dan Fortescue Metals masing-masing turun 0,5 persen dan 0,3 persen.

Indeks acuan S&P/NZX 50 Selandia Baru memperpanjang penurunan untuk sesi kedua berturut-turut, berakhir 0,47 lebih rendah atau 60,18 poin, menjadi berakhir di 12.869,41 poin.

"Sementara RBNZ (bank sentral Selandia Baru) menyambut kenaikan suku bunga untuk kedua kalinya berturut-turut pada tahun 2021, peningkatan tekanan inflasi terus menjadi penyebab kekhawatiran bagi perekonomian," tambah Sawhney.

Baca juga: Pasar Asia bersiaga, tunggu kenaikan suku bunga bank sentral AS

Baca juga: IHSG diprediksi melemah hari ini, ikuti koreksi indeks Wall Street