Cegah tawuran, PGRI imbau guru tak hanya pantau pelajar di sekolah
14 Desember 2021 21:30 WIB
Peringatan hari guru yang dilaksanakan di SMK Bhayangkara Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi, Jabar pada Selasa (14/12/2021). ANTARA/Aditya Rohman
Sukabumi, Jabar (ANTARA) - Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kabupaten Sukabumi untuk mengantisipasi maraknya tawuran antarpelajar di daerah ini mengimbau agar para guru memantau anak didiknya tidak hanya di sekolah, tetapi juga di luar khususnya saat pulang sekolah.
"Kami dari PGRI mengimbau kepada para guru agar mengawasi anak didiknya bukan hanya di dalam sekolah saja, tetapi juga saat siswa pulang sekolah," kata Ketua PGRI Kabupaten Sukabumi Tb Wahid Ansor, di Sukabumi, Jawa Barat, Selasa.
Menurut Wahid, jam pulang sekolah merupakan saat yang rawan, biasanya para pelajar berkumpul dengan teman-temannya yang dikhawatirkan mereka merencanakan sesuatu seperti tawuran dan lainnya. Sehingga, para guru harus benar-benar mengawasi anak didiknya pada jam tersebut dan memastikan seluruhnya pulang ke rumahnya masing-masing.
Tidak hanya itu saja, untuk menekan terjadinya aksi kekerasan di kalangan pelajar dan diharapkan tidak terulang kembali, setiap murid pun harus diberikan pemahaman tawuran bukan budaya di Kabupaten Sukabumi, dan memberikan contoh bahwa sudah banyak pelajar yang tewas akibat terlibat tawuran.
Dia menyatakan, yang paling utama agar pelajar tidak terjerumus kepada hal yang negatif mulai dari bergabung dengan geng motor, menggunakan narkoba maupun tawuran, setiap guru harus memberikan pengertian dan pemahaman secara rutin tentang bahaya jika melakukan hal tersebut sebab bisa berurusan dengan hukum seperti dipenjara bahkan menjadi korban tewas.
"Iya kami akui beberapa waktu lalu sempat merebak kekerasan antarpelajar mulai dari tawuran hingga satu lawan satu menggunakan senjata tajam. Ini bukan budaya kita, tapi budaya orang lain dan itu tidak boleh berkembang," katanya pula.
Wahid mengatakan, PGRI sebagai organisasi profesi tidak bisa memberikan sanksi terhadap sekolah atau pun pelajar yang terlibat aksi kekerasan seperti tawuran, karena kewenangannya ada di Dinas Pendidikan, tapi pihaknya akan berupaya menekan kasus tawuran pelajar jangan sampai terus terjadi.
Sudah banyak nyawa pelajar yang melayang akibat tawuran dan ini harus menjadi perhatian semua pihak. Selain itu, komunikasi guru dengan orangtua murid pun harus intens untuk bersama memantau aktivitas anak.
Baca juga: Dua kelompok pelajar SMP tawuran di Kampung Melayu
Baca juga: Polres Sukabumi tangkap tiga remaja terduga pembunuh pelajar SMK Bogor
"Kami dari PGRI mengimbau kepada para guru agar mengawasi anak didiknya bukan hanya di dalam sekolah saja, tetapi juga saat siswa pulang sekolah," kata Ketua PGRI Kabupaten Sukabumi Tb Wahid Ansor, di Sukabumi, Jawa Barat, Selasa.
Menurut Wahid, jam pulang sekolah merupakan saat yang rawan, biasanya para pelajar berkumpul dengan teman-temannya yang dikhawatirkan mereka merencanakan sesuatu seperti tawuran dan lainnya. Sehingga, para guru harus benar-benar mengawasi anak didiknya pada jam tersebut dan memastikan seluruhnya pulang ke rumahnya masing-masing.
Tidak hanya itu saja, untuk menekan terjadinya aksi kekerasan di kalangan pelajar dan diharapkan tidak terulang kembali, setiap murid pun harus diberikan pemahaman tawuran bukan budaya di Kabupaten Sukabumi, dan memberikan contoh bahwa sudah banyak pelajar yang tewas akibat terlibat tawuran.
Dia menyatakan, yang paling utama agar pelajar tidak terjerumus kepada hal yang negatif mulai dari bergabung dengan geng motor, menggunakan narkoba maupun tawuran, setiap guru harus memberikan pengertian dan pemahaman secara rutin tentang bahaya jika melakukan hal tersebut sebab bisa berurusan dengan hukum seperti dipenjara bahkan menjadi korban tewas.
"Iya kami akui beberapa waktu lalu sempat merebak kekerasan antarpelajar mulai dari tawuran hingga satu lawan satu menggunakan senjata tajam. Ini bukan budaya kita, tapi budaya orang lain dan itu tidak boleh berkembang," katanya pula.
Wahid mengatakan, PGRI sebagai organisasi profesi tidak bisa memberikan sanksi terhadap sekolah atau pun pelajar yang terlibat aksi kekerasan seperti tawuran, karena kewenangannya ada di Dinas Pendidikan, tapi pihaknya akan berupaya menekan kasus tawuran pelajar jangan sampai terus terjadi.
Sudah banyak nyawa pelajar yang melayang akibat tawuran dan ini harus menjadi perhatian semua pihak. Selain itu, komunikasi guru dengan orangtua murid pun harus intens untuk bersama memantau aktivitas anak.
Baca juga: Dua kelompok pelajar SMP tawuran di Kampung Melayu
Baca juga: Polres Sukabumi tangkap tiga remaja terduga pembunuh pelajar SMK Bogor
Pewarta: Aditia Aulia Rohman
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021
Tags: