Menpora : Atlet berprestasi harus dicetak dalam kerangka desain
14 Desember 2021 21:28 WIB
Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Zainudin Amali memaparkan Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) di Palembang, Sumatera Selatan, Selasa (14/12/2021). ANTARA FOTO/Nova Wahyudi/foc.
Palembang (ANTARA) - Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali mengatakan Indonesia sudah saatnya mencetak atlet berprestasi melalui sistem yang sudah direncanakan yang terimplementasi dalam Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
“Selama ini atlet berprestasi kita itu lahirnya by accident atau karena kecelakaan, bukan karena by design (direncanakan). Ini yang harus diubah,” kata Zainudin di Palembang, Selasa, dalam paparan mengenai Perpres No 86 tahun 2021 tentang DBON.
Lantaran itu pula sistem regenerasi atlet di Indonesia bisa dikatakan buruk karena ketika atlet berprestasi pensiun maka kesulitan mendapatkan gantinya.
Ini berbeda jika atlet itu diciptakan dalam suatu sistem yang direncanakan seperti yang dilakukan di negara-negara maju.
Baca juga: Olimpian dukung DBON dengan asa prestasi atlet meningkat di Olimpiade
Sedari awal dilakukan penyeleksian calon atlet sehingga atlet yang dibina itu sudah diperkirakan bakal berkembang dalam periode 10 tahun ke depan.
Seleksinya terbilang detail, mulai dari kebugaran, kondisi fisik, tingkat kecerdasan, dan lainnya.
Sehingga, menurut Menpora, ketika ada yang pensiun maka tidak menjadi masalah karena sudah ada puluhan atlet yang menjadi pelapisnya.
Persoalan regenerasi atlet ini juga menjadi salah satu persoalan dari 13 permasalahan yang dipetakan oleh Kemenpora saat merancang DBON.
Baca juga: Sumsel jadi pusat pembinaan olahraga wilayah Sumatera
Menurut Menpora, dalam DBON itu pemerintah telah membuat strategi dalam upaya mencetak atlet berprestasi ini, di antaranya menetapkan 10 provinsi sebagai pusat pembinaan atlet.
Dari 10 provinsi itu, Sumsel menjadi salah satunya yang juga diharapkan dapat menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (sport science) bidang olahraga.
DBON ini merupakan desain besar yang membenahi tata kelola olahraga di Indonesia mulai dari hulu hingga hilir, mulai dari mencetak atlet hingga masalah kesejahteraan atlet itu sendiri. Muaranya, tak lain prestasi dan majunya industri olahraga, kata dia.
Baca juga: Atlet berharap DBON terimplimentasi dengan baik sampai ke akar rumput
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyatakan kerisauannya atas prestasi olahraga Indonesia yang tak kunjung maju, bahkan sudah disalip oleh negara-negara tetangga yang notabene penduduknya jauh lebih sedikit.
Lahirnya Perpres tentang DBON ini salah satunya untuk menjawab kerisauan Presiden itu yang menilai ada tata kelola yang salah dalam sistem keolahragaan Indonesia.
Tim DBON ini dipimpin oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin dengan Ketua Harian Menpora Zainudin Amali. Sementara di tingkat provinsi oleh gubernur dan di tingkat kabupaten/kota oleh bupati dan wali kota dengan pendanaan didukung oleh APBN.
Target dari DBON ini yakni pada pelaksanaan Olimpiade 2044, Indonesia mampu masuk dalam jajaran 5 besar.
Baca juga: KONI Pusat dan Provinsi berkomitmen dukung implementasi DBON
Baca juga: Menpora tekankan pentingnya media dalam sosialisasikan DBON
“Selama ini atlet berprestasi kita itu lahirnya by accident atau karena kecelakaan, bukan karena by design (direncanakan). Ini yang harus diubah,” kata Zainudin di Palembang, Selasa, dalam paparan mengenai Perpres No 86 tahun 2021 tentang DBON.
Lantaran itu pula sistem regenerasi atlet di Indonesia bisa dikatakan buruk karena ketika atlet berprestasi pensiun maka kesulitan mendapatkan gantinya.
Ini berbeda jika atlet itu diciptakan dalam suatu sistem yang direncanakan seperti yang dilakukan di negara-negara maju.
Baca juga: Olimpian dukung DBON dengan asa prestasi atlet meningkat di Olimpiade
Sedari awal dilakukan penyeleksian calon atlet sehingga atlet yang dibina itu sudah diperkirakan bakal berkembang dalam periode 10 tahun ke depan.
Seleksinya terbilang detail, mulai dari kebugaran, kondisi fisik, tingkat kecerdasan, dan lainnya.
Sehingga, menurut Menpora, ketika ada yang pensiun maka tidak menjadi masalah karena sudah ada puluhan atlet yang menjadi pelapisnya.
Persoalan regenerasi atlet ini juga menjadi salah satu persoalan dari 13 permasalahan yang dipetakan oleh Kemenpora saat merancang DBON.
Baca juga: Sumsel jadi pusat pembinaan olahraga wilayah Sumatera
Menurut Menpora, dalam DBON itu pemerintah telah membuat strategi dalam upaya mencetak atlet berprestasi ini, di antaranya menetapkan 10 provinsi sebagai pusat pembinaan atlet.
Dari 10 provinsi itu, Sumsel menjadi salah satunya yang juga diharapkan dapat menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (sport science) bidang olahraga.
DBON ini merupakan desain besar yang membenahi tata kelola olahraga di Indonesia mulai dari hulu hingga hilir, mulai dari mencetak atlet hingga masalah kesejahteraan atlet itu sendiri. Muaranya, tak lain prestasi dan majunya industri olahraga, kata dia.
Baca juga: Atlet berharap DBON terimplimentasi dengan baik sampai ke akar rumput
Sebelumnya, Presiden Joko Widodo menyatakan kerisauannya atas prestasi olahraga Indonesia yang tak kunjung maju, bahkan sudah disalip oleh negara-negara tetangga yang notabene penduduknya jauh lebih sedikit.
Lahirnya Perpres tentang DBON ini salah satunya untuk menjawab kerisauan Presiden itu yang menilai ada tata kelola yang salah dalam sistem keolahragaan Indonesia.
Tim DBON ini dipimpin oleh Wakil Presiden Ma’ruf Amin dengan Ketua Harian Menpora Zainudin Amali. Sementara di tingkat provinsi oleh gubernur dan di tingkat kabupaten/kota oleh bupati dan wali kota dengan pendanaan didukung oleh APBN.
Target dari DBON ini yakni pada pelaksanaan Olimpiade 2044, Indonesia mampu masuk dalam jajaran 5 besar.
Baca juga: KONI Pusat dan Provinsi berkomitmen dukung implementasi DBON
Baca juga: Menpora tekankan pentingnya media dalam sosialisasikan DBON
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2021
Tags: