Jakarta (ANTARA News) - LSM Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) menyatakan bahwa sekitar separuh dari lahan perkebunan kelapa sawit di Indonesia dikelola oleh pengusaha asing.

"50 persen lahan sawit di Indonesia dikuasai oleh Malaysia, Singapura, AS, dan Belgia," kata Manajer Kampanye Air dan Pangan Eksekutif Nasional Walhi, M Islah, dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Jumat.

Menurut dia, Indonesia mempunyai lahan sawit terluas di dunia tetapi dinilai tidak memiliki kedaulatan di sektor kelapa sawit.

Krisis kedaulatan pangan ini, masih menurut dia, melengkapi beragam kebijakan sebelumnya seperti kebijakan alih fungsi lahan kepada sektor tambang dan industri sehingga mengakibatkan sebanyak tiga juta hektare lahan pertanian beralih fungsi.

"Bahkan kini di Jawa rata-rata kepemilikan lahan hanya 0,25 hektare per kepala keluarga," katanya.

Walhi juga menyorot tiga kebijakan antara lain UU Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Berkelanjutan dan Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010 tentang Sistem Budidaya Tanaman yang dinilai memberikan ruang bagi pihak industri besar untuk mengambil alih sektor pertanian.

LSM lingkungan itu juga mengkritik pemerintah yang telah mengundang masuknya investasi dari negara-negara ASEAN ke Papua dalam skema "food estate".

Sebelumnya, Menteri Pertanian Suswono meminta pegiat LSM menghentikan "black campaign" (kampanye hitam) yang menyudutkan industri minyak sawit (CPO) ASEAN terutama Indonesia.

"Sejumlah permintaan agar Indonesia memperbaiki sistem perkebunan dan pengolahan minyak sawit dengan memperhatikan masalah lingkungan sudah dipenuhi. Tapi kalau "black campaign" terus dikumandangkan saya kira hambatan masuk ke pasar Uni Eropa terus terjadi, dan sangat mengganggu kelangsungan industri CPO dalam negeri," kata Suswono usai mengikuti pertemuan "ASEAN Economic Community Council and European Union Commisioner for Trade", di Jakarta, 6 Mei.

Menurut dia, produk CPO ASEAN sesungguhnya merupakan yang paling siap memasuki pasar bebas karena selain berdaya saing juga produk daerah tropis memiliki karakteristik tersendiri yang tidak dipunyai negara-negara Eropa.

Produksi CPO Indonesia hingga kini diketahui masih mengalami hambatan untuk masuk ke sejumlah pasar di Eropa yang dikaitkan dengan ketidaksiapan pengelolaan aspek lingkungan terutama soal pengrusakan hutan yang dikaitkan dengan perubahan iklim.

Data Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), produksi CPO Indonesia selama 2011 diperkirakan mencapai sekitar 22 juta ton-22,5 juta ton, dengan volume ekspor diperkirakan mencapai 16,5 juta ton-19 juta ton.

(M040*R017/S026)