Siswono: Perlu saling memahami antarumat beragama tumbuhkan harmoni
11 Desember 2021 16:09 WIB
Siswono Yudo Husudo (tengah) bersama pimpinan Universitas Pancasila usai meresmikan Graha Layanan Kristen di lingkungan Kampus Universitas Pancasila. (ANTARA/Foto: Humas UP)
Jakarta (ANTARA) - Ketua Dewan Pembina Yayasan Pendidikan dan Pembina Universitas Pancasila Siswono Yudo Husodo menyatakan perlunya saling memahami antarumat beragama sehingga bisa menumbuhkan harmoni dalam kehidupan masyarakat.
Siswono usai meresmikan penggunaan rumah ibadah bagi umat Kristen Protestan, Graha Layanan Kristen Universitas Pancasila, di Lingkungan Kampus Universitas Pancasila Jakarta, Sabtu, mengatakan pecahnya India dan Pakistan dipicu oleh masalah agama.
Hal yang sama juga yang terjadi di Thailand Selatan dan di Filipina juga ada masalah agama.
Baca juga: Universitas Pancasila resmikan rumah ibadah agama Budha vihara
Di Indonesia, kata Siswono, juga muncul bibit-bibit yang terjadi di Poso maupun Ambon. Bibit-bibit ini bukan dibawa oleh budaya bangsa Indonesia, tapi dibawa radikalisme yang datang dari luar.
"Di negara Indonesia yang heterogen ini sangat dikhawatirkan munculnya fanatisme buta yang tidak menghayati ajaran agamanya sendiri. Fanatisme ini akan tumbuhkan ekstrinisme yang merasa dirinya yang paling benar," kata Siswono.
Selanjutnya, kata Siswono, akan muncul paham radikalisme yang merupakan benih awal dari terorisme. Hingga hari ini pun negara maju di Inggris dan Irlandia Utara juga masih terjadi masalah agama.
"Kita masih bersyukur karena secara naturalismenya bangsa Indonesia merupakan bangsa yang saling menghormati antarumat beragama," katanya.
Baca juga: Yenny Wahid ajak mahasiswa berperan tanamkan nilai-nilai Pancasila
Lebih lanjut Siswono mengatakan ribuan lebih umat Hindu dan Budha di Indonesia hidup harmonis yang dapat disaksikan adanya Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Kalasan dan Candi Prambanan berdampingan dengan damai.
Begitu juga dengan hubungan antarumat beragama lainnya Islam, Kristen, Katolik, Hindu Budha dan Kong Hu Cu.
Untuk itu, kata Siswono, juga diperlukan dialog-dialog spriritual antarumat beragama untuk menimbulkan saling pengertian.
Baca juga: Hasto sebut Ideologi Pancasila dasar hadapi turbulensi peradaban
Universitas Pancasila membangun enam tempat peribadatan umat beragama yaitu Masjid At-Taqwa yang telah berdiri terlebih dahulu, Klenteng (Konghucu), Gereja Kristen Protestan, Gereja Kristen Katolik, Pura (Hindu), dan Vihara (Budha) yang letak bangunannya saling berdampingan di lingkungan kampus tersebut.
Pada Minggu, 3 Oktober 2021 Universitas Pancasila meresmikan Klenteng Kebajikan Agung (Da De Miao) yang berada di lingkungan kampus tersebut untuk dapat digunakan sebagai tempat peribadatan umat Konghucu.
Pada Minggu, 5 Desember 2021 UP meresmikan penggunaan rumah ibadah bagi agama Budha yaitu Vihara Dhamma Sasana.
Pada 11 Desember 2021, diresmikan penggunaan rumah ibadah bagi umat Kristen Protestan, Graha Layanan Kristen Universitas Pancasila, di Lingkungan Kampus Universitas Pancasila.
Baca juga: Universitas Pancasila resmikan Klenteng Kebajikan Agung
Siswono usai meresmikan penggunaan rumah ibadah bagi umat Kristen Protestan, Graha Layanan Kristen Universitas Pancasila, di Lingkungan Kampus Universitas Pancasila Jakarta, Sabtu, mengatakan pecahnya India dan Pakistan dipicu oleh masalah agama.
Hal yang sama juga yang terjadi di Thailand Selatan dan di Filipina juga ada masalah agama.
Baca juga: Universitas Pancasila resmikan rumah ibadah agama Budha vihara
Di Indonesia, kata Siswono, juga muncul bibit-bibit yang terjadi di Poso maupun Ambon. Bibit-bibit ini bukan dibawa oleh budaya bangsa Indonesia, tapi dibawa radikalisme yang datang dari luar.
"Di negara Indonesia yang heterogen ini sangat dikhawatirkan munculnya fanatisme buta yang tidak menghayati ajaran agamanya sendiri. Fanatisme ini akan tumbuhkan ekstrinisme yang merasa dirinya yang paling benar," kata Siswono.
Selanjutnya, kata Siswono, akan muncul paham radikalisme yang merupakan benih awal dari terorisme. Hingga hari ini pun negara maju di Inggris dan Irlandia Utara juga masih terjadi masalah agama.
"Kita masih bersyukur karena secara naturalismenya bangsa Indonesia merupakan bangsa yang saling menghormati antarumat beragama," katanya.
Baca juga: Yenny Wahid ajak mahasiswa berperan tanamkan nilai-nilai Pancasila
Lebih lanjut Siswono mengatakan ribuan lebih umat Hindu dan Budha di Indonesia hidup harmonis yang dapat disaksikan adanya Candi Borobudur, Candi Mendut, Candi Kalasan dan Candi Prambanan berdampingan dengan damai.
Begitu juga dengan hubungan antarumat beragama lainnya Islam, Kristen, Katolik, Hindu Budha dan Kong Hu Cu.
Untuk itu, kata Siswono, juga diperlukan dialog-dialog spriritual antarumat beragama untuk menimbulkan saling pengertian.
Baca juga: Hasto sebut Ideologi Pancasila dasar hadapi turbulensi peradaban
Universitas Pancasila membangun enam tempat peribadatan umat beragama yaitu Masjid At-Taqwa yang telah berdiri terlebih dahulu, Klenteng (Konghucu), Gereja Kristen Protestan, Gereja Kristen Katolik, Pura (Hindu), dan Vihara (Budha) yang letak bangunannya saling berdampingan di lingkungan kampus tersebut.
Pada Minggu, 3 Oktober 2021 Universitas Pancasila meresmikan Klenteng Kebajikan Agung (Da De Miao) yang berada di lingkungan kampus tersebut untuk dapat digunakan sebagai tempat peribadatan umat Konghucu.
Pada Minggu, 5 Desember 2021 UP meresmikan penggunaan rumah ibadah bagi agama Budha yaitu Vihara Dhamma Sasana.
Pada 11 Desember 2021, diresmikan penggunaan rumah ibadah bagi umat Kristen Protestan, Graha Layanan Kristen Universitas Pancasila, di Lingkungan Kampus Universitas Pancasila.
Baca juga: Universitas Pancasila resmikan Klenteng Kebajikan Agung
Pewarta: Feru Lantara
Editor: Agus Salim
Copyright © ANTARA 2021
Tags: