Kementerian ESDM: Kolaborasi untuk mitigasi bencana geologi
11 Desember 2021 06:47 WIB
Awan panas yang keluar dari kawah gunung Semeru terlihat dari Desa Supiturang, Pronojiwo, Lumajang, Jawa Timur, Jumat (10/12/2021). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/aww.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian ESDM menyampaikan pentingnya upaya bahu membahu dari segenap pihak untuk berkolaborasi dan saling mengingatkan dalam menyampaikan informasi mitigasi kebencanaan geologi kepada masyarakat.
Dalam mengawal bencana kegeologian, pemerintah melalui beberapa kementerian dan lembaga melakukan langkah-langkah strategis sebagai tanggung jawab terhadap keberlangsungan kegiatan masyarakat di daerah rawan bencana.
Langkah-langkah komprehensif dikoordinasikan dengan berpedoman pada regulasi yang ada.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial dikutip dari laman Kementerian ESDM di Jakarta, Sabtu menyampaikan bahwa prioritas utama dalam hal ini adalah keselamatan masyarakat.
Kementerian ESDM melalui Badan Geologi terus melakukan pemantauan gunung api selama 24 jam sehari terhadap 69 dari 127 gunung api aktif, termasuk Gunung Semeru, Jawa Timur.
"Hasil kajian dalam bentuk peta kawasan rawan Bencana (KRB) gunung api, gempa bumi, tsunami, dan gerakan tanah langsung disampaikan ke pemerintah daerah dan otoritas-otoritas yang menggunakannya," ujar Ego.
Kementerian ESDM pun terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam melakukan sosialisasi langsung ke masyarakat.
"Kerja sama bahu membahu antara pemerintah pusat, daerah, dan keterlibatan masyarakat serta stakeholders lain menjadi penting dalam mitigasi bencana geologi," tambah Ego.
Masyarakat diimbau terus memantau melalui aplikasi MAGMA Indonesia yang memantau secara realtime informasi seputar pergerakan aktivitas kegeologian di Indonesia.
Tak hanya itu, aplikasi tersebut juga menampilkan peta lokasi dan waktu kejadian, magnitudo, kedalaman, simbol mekanisme gempa bumi di sekitar lokasi gempa bumi, nama gunung api terdekat pusat gempa bumi dan sumber data.
"Aplikasi ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu cara identifikasi dan peringatan dini dalam manajemen kebencanaan," imbuh Ego.
Peningkatan edukasi mitigasi bencana geologi kepada masyarakat dinilai memiliki peran penting dalam jangka panjang. "Masyarakat akan memahami untuk menjalankan aktivitas mereka sesuai prosedur yang berlaku," tambah Ego.
Modernisasi alat pantau
Di balik upaya Kementerian ESDM dalam melakukan mitigasi bencana kegeologian, peralatan pengamatan gunung api yang ada di lapangan dinilai beberapa pihak masih belum ideal, padahal ketangguhan dan keandalan peralatan mitigasi sangat menentukan efektivitas penanganan bencana kegeologian.
"Sebagian besar peralatan mitigasi itu sudah lama beroperasi. Peralatan itu perlu dimodernisasi," tegas Ego.
Melalui modernisasi teknologi, sambung Ego, penanganan mitigasi bencana jauh akan lebih maksimal lantaran perangkat tersebut mampu memberikan informasi cepat dan akurat terhadap aktivitas kegeologian yang terjadi.
Kementerian ESDM pun akan mengambil langkah-langkah strategis terutama dalam pengalokasian anggaran untuk mengupayakan modernisasi peralatan kegeologian sebagai program prioritas.
"Ini terkait proteksi masyarakat di masa mendatang. Apalagi sebagian besar masyarakat kita tinggal di wilayah rawan bencana, ring of fire. Makanya, mitigasi bencana adalah hal yang paling penting," jelas Ego.
Guna melakukan modernisasi alat pantau, pembiayaan untuk melakukan mitigasi bencana pada 2022 perlu ditingkatkan. Total rencana anggaran Kementerian ESDM pada 2022 adalah sebesar Rp5,8 triliun.
Anggaran tersebut utamanya untuk infrastruktur dalam rangka mendukung penyediaan energi bagi masyarakat seperti pembangunan jaringan gas kota, pembagian konverter kit elpiji untuk nelayan dan petani, penerangan jalan umum (PJU), revitalisasi infrastruktur energi baru terbarukan, alat penyalur daya listrik, bantuan pasang baru listrik, serta tahapan pembangunan pipa gas Cirebon-Semarang.
Baca juga: Badan Geologi perbarui peta kawasan rawan bencana Gunung Semeru
Baca juga: Kementerian ESDM: Hentikan aktivitas pertambangan di Gunung Semeru
Baca juga: Geologi ESDM: Letusan Semeru berkaitan dengan curah hujan tinggi
Dalam mengawal bencana kegeologian, pemerintah melalui beberapa kementerian dan lembaga melakukan langkah-langkah strategis sebagai tanggung jawab terhadap keberlangsungan kegiatan masyarakat di daerah rawan bencana.
Langkah-langkah komprehensif dikoordinasikan dengan berpedoman pada regulasi yang ada.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial dikutip dari laman Kementerian ESDM di Jakarta, Sabtu menyampaikan bahwa prioritas utama dalam hal ini adalah keselamatan masyarakat.
Kementerian ESDM melalui Badan Geologi terus melakukan pemantauan gunung api selama 24 jam sehari terhadap 69 dari 127 gunung api aktif, termasuk Gunung Semeru, Jawa Timur.
"Hasil kajian dalam bentuk peta kawasan rawan Bencana (KRB) gunung api, gempa bumi, tsunami, dan gerakan tanah langsung disampaikan ke pemerintah daerah dan otoritas-otoritas yang menggunakannya," ujar Ego.
Kementerian ESDM pun terus berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dalam melakukan sosialisasi langsung ke masyarakat.
"Kerja sama bahu membahu antara pemerintah pusat, daerah, dan keterlibatan masyarakat serta stakeholders lain menjadi penting dalam mitigasi bencana geologi," tambah Ego.
Masyarakat diimbau terus memantau melalui aplikasi MAGMA Indonesia yang memantau secara realtime informasi seputar pergerakan aktivitas kegeologian di Indonesia.
Tak hanya itu, aplikasi tersebut juga menampilkan peta lokasi dan waktu kejadian, magnitudo, kedalaman, simbol mekanisme gempa bumi di sekitar lokasi gempa bumi, nama gunung api terdekat pusat gempa bumi dan sumber data.
"Aplikasi ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu cara identifikasi dan peringatan dini dalam manajemen kebencanaan," imbuh Ego.
Peningkatan edukasi mitigasi bencana geologi kepada masyarakat dinilai memiliki peran penting dalam jangka panjang. "Masyarakat akan memahami untuk menjalankan aktivitas mereka sesuai prosedur yang berlaku," tambah Ego.
Modernisasi alat pantau
Di balik upaya Kementerian ESDM dalam melakukan mitigasi bencana kegeologian, peralatan pengamatan gunung api yang ada di lapangan dinilai beberapa pihak masih belum ideal, padahal ketangguhan dan keandalan peralatan mitigasi sangat menentukan efektivitas penanganan bencana kegeologian.
"Sebagian besar peralatan mitigasi itu sudah lama beroperasi. Peralatan itu perlu dimodernisasi," tegas Ego.
Melalui modernisasi teknologi, sambung Ego, penanganan mitigasi bencana jauh akan lebih maksimal lantaran perangkat tersebut mampu memberikan informasi cepat dan akurat terhadap aktivitas kegeologian yang terjadi.
Kementerian ESDM pun akan mengambil langkah-langkah strategis terutama dalam pengalokasian anggaran untuk mengupayakan modernisasi peralatan kegeologian sebagai program prioritas.
"Ini terkait proteksi masyarakat di masa mendatang. Apalagi sebagian besar masyarakat kita tinggal di wilayah rawan bencana, ring of fire. Makanya, mitigasi bencana adalah hal yang paling penting," jelas Ego.
Guna melakukan modernisasi alat pantau, pembiayaan untuk melakukan mitigasi bencana pada 2022 perlu ditingkatkan. Total rencana anggaran Kementerian ESDM pada 2022 adalah sebesar Rp5,8 triliun.
Anggaran tersebut utamanya untuk infrastruktur dalam rangka mendukung penyediaan energi bagi masyarakat seperti pembangunan jaringan gas kota, pembagian konverter kit elpiji untuk nelayan dan petani, penerangan jalan umum (PJU), revitalisasi infrastruktur energi baru terbarukan, alat penyalur daya listrik, bantuan pasang baru listrik, serta tahapan pembangunan pipa gas Cirebon-Semarang.
Baca juga: Badan Geologi perbarui peta kawasan rawan bencana Gunung Semeru
Baca juga: Kementerian ESDM: Hentikan aktivitas pertambangan di Gunung Semeru
Baca juga: Geologi ESDM: Letusan Semeru berkaitan dengan curah hujan tinggi
Pewarta: Kelik Dewanto
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: