PTBA bangun 10 PLTS bantu atasi persoalan irigasi petani tahun 2022
10 Desember 2021 12:50 WIB
Direktur Utama PTBA Suryo Eko Hadianto memberikan keterangan didampingi sejumlah direktur dalam konferensi pers secara virtual, Jumat, bertemakan "Langkah dan Strategi Bisnis Transformasi PTBA menuju Bisnis Energi 2026". (ANTARA/HO/21)
Palembang (ANTARA) - BUMN pertambangan batu bara PT Bukit Asam membangun 10 unit Pembangkit Listrik Tenaga Surya di dekat lokasi persawahan untuk membantu petani di Sumatera Selatan dan Lampung dalam mengatasi persoalan kekurangan air karena tidak adanya sarana irigasi pada tahun 2022.
Direktur Utama PTBA Suryo Eko Hadianto dalam konferensi pers secara virtual, Jumat, mengatakan, pembangunan PLTS itu bagian dari program tanggung jawab sosial (CSR) yang sekaligus bentuk komitmen perusahaan dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT).
“Saat ini PTBA terus berupaya untuk merambah portofolio ke sektor energi baru dan terbarukan dengan pembangunan PLTS di lahan bekas tambang dan masyarakat,” kata Suryo dan keterangan pers bertema "Langkah dan Strategi Bisnis Transformasi PTBA menuju Bisnis Energi 2026".
Ia mengatakan sebagai tahap awal untuk memitigasi risiko bisnis, perusahaan memulai dengan pembangunan PLTS di Bandara Soekarno Hatta bekerja sama Angkasa Pura II. PLTS ini beroperasi pada Oktober 2020 yang terdiri atas 720 solar panel dengan kapasitas 241 kilowatt peak (kWp)
Kemudian, PTBA melanjutkan dengan pembangunan PLTS Irigasi di Kabupaten Pesawaran, Lampung (Program CSR) yang beroperasi pada 2020 dengan kapasitas 35 kWp dan 140 keping panel surya. PLTS ini mampu menghasilkan energi listrik untuk mengaliri air areal persawahan seluas 167 hektare.
PLTS Irigasi di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat (Program CSR) yang beroperasi sejak 2019 dengan kapasitas 16,5 kWp. PLTS ini mampu menghasilkan energi listrik untuk mengaliri air areal persawahan seluas 62 hektare.
PLTS Irigasi Tanjung Raja, Kabupaten Muara Enim, Sumsel (Program CSR) yang beroperasi 2020 dengan kapasitas PLTS 16,5 kWp dan menggunakan 140 keping panel surya.
PLTS Yayasan Az-Zawiyah di Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel (Program CSR) yang beroperasi 2020 dengan kapasitas 6 kWp. Listrik sepenuhnya dimanfaatkan untuk kebutuhan kegiatan pendidikan dengan penerima manfaat sebanyak 1.921 orang.
Sementara untuk rencana proyek PLTS di lahan pasca tambang, yakni PLTS Ombilin, Sumatera Barat dengan kapasitas bertahap sampai dengan 200 MW dan PLTS Tanjung Enim, Sumatera Selatan dengan kapasitas bertahap sampai dengan 200 MW, serta PLTS Bantuas, Kalimantan Timur dengan kapasitas bertahap sampai dengan 200 MW.
“Dengan banyaknya PLTS yang dibangun PTBA ini, perusahaan berharap nantinya akan sangat ahli dalam teknologinya. Bukan hanya itu, termasuk juga pengelolaan dan investasinya,” kata Suryo.
Sehingga, jika nantinya PTBA diminta untuk membangun dalam skala besar maka perusahaan sudah mampu karena telah memiliki sejumlah SDM berpengalaman.
Ketika ditanya kapan akan masuk ke pembangunan PLTS skala besar tersebut, Suryo mengatakan hal itu sangat tergantung dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik.
“Kami sudah membangun PLTS 25 MW di Sumbar, namun demikian akan dibicarakan lagi saat penentuan RUPTL dengan PLN. Kapan pastinya ini masih dalam tahap pembicaraan dengan PLN selaku offtaker (pembeli),” kata dia.
Menurutnya, rencana bisnis ini perlu dibicarakan terlebih dahulu karena energi yang dihasilkan dari PLTS skala besar itu tidak bisa masuk dalam jaringan PLN. Selain itu, PLTS sangat tergantung dengan cuaca dan intensitas matahari sehingga harus ada pembicaraan mengenai kontinuitas penyuplaian energi.
Baca juga: Bukit Asam kebut pengerjaan proyek energi baru terbarukan
Baca juga: Anggota DEN Satya Yudha: Sudah ribuan pelanggan gunakan PLTS atap
Baca juga: PLTS teknologi mumpuni akselerasi transisi energi Indonesia
Direktur Utama PTBA Suryo Eko Hadianto dalam konferensi pers secara virtual, Jumat, mengatakan, pembangunan PLTS itu bagian dari program tanggung jawab sosial (CSR) yang sekaligus bentuk komitmen perusahaan dalam pengembangan energi baru terbarukan (EBT).
“Saat ini PTBA terus berupaya untuk merambah portofolio ke sektor energi baru dan terbarukan dengan pembangunan PLTS di lahan bekas tambang dan masyarakat,” kata Suryo dan keterangan pers bertema "Langkah dan Strategi Bisnis Transformasi PTBA menuju Bisnis Energi 2026".
Ia mengatakan sebagai tahap awal untuk memitigasi risiko bisnis, perusahaan memulai dengan pembangunan PLTS di Bandara Soekarno Hatta bekerja sama Angkasa Pura II. PLTS ini beroperasi pada Oktober 2020 yang terdiri atas 720 solar panel dengan kapasitas 241 kilowatt peak (kWp)
Kemudian, PTBA melanjutkan dengan pembangunan PLTS Irigasi di Kabupaten Pesawaran, Lampung (Program CSR) yang beroperasi pada 2020 dengan kapasitas 35 kWp dan 140 keping panel surya. PLTS ini mampu menghasilkan energi listrik untuk mengaliri air areal persawahan seluas 167 hektare.
PLTS Irigasi di Talawi, Sawahlunto, Sumatera Barat (Program CSR) yang beroperasi sejak 2019 dengan kapasitas 16,5 kWp. PLTS ini mampu menghasilkan energi listrik untuk mengaliri air areal persawahan seluas 62 hektare.
PLTS Irigasi Tanjung Raja, Kabupaten Muara Enim, Sumsel (Program CSR) yang beroperasi 2020 dengan kapasitas PLTS 16,5 kWp dan menggunakan 140 keping panel surya.
PLTS Yayasan Az-Zawiyah di Kabupaten Ogan Ilir, Sumsel (Program CSR) yang beroperasi 2020 dengan kapasitas 6 kWp. Listrik sepenuhnya dimanfaatkan untuk kebutuhan kegiatan pendidikan dengan penerima manfaat sebanyak 1.921 orang.
Sementara untuk rencana proyek PLTS di lahan pasca tambang, yakni PLTS Ombilin, Sumatera Barat dengan kapasitas bertahap sampai dengan 200 MW dan PLTS Tanjung Enim, Sumatera Selatan dengan kapasitas bertahap sampai dengan 200 MW, serta PLTS Bantuas, Kalimantan Timur dengan kapasitas bertahap sampai dengan 200 MW.
“Dengan banyaknya PLTS yang dibangun PTBA ini, perusahaan berharap nantinya akan sangat ahli dalam teknologinya. Bukan hanya itu, termasuk juga pengelolaan dan investasinya,” kata Suryo.
Sehingga, jika nantinya PTBA diminta untuk membangun dalam skala besar maka perusahaan sudah mampu karena telah memiliki sejumlah SDM berpengalaman.
Ketika ditanya kapan akan masuk ke pembangunan PLTS skala besar tersebut, Suryo mengatakan hal itu sangat tergantung dengan Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik.
“Kami sudah membangun PLTS 25 MW di Sumbar, namun demikian akan dibicarakan lagi saat penentuan RUPTL dengan PLN. Kapan pastinya ini masih dalam tahap pembicaraan dengan PLN selaku offtaker (pembeli),” kata dia.
Menurutnya, rencana bisnis ini perlu dibicarakan terlebih dahulu karena energi yang dihasilkan dari PLTS skala besar itu tidak bisa masuk dalam jaringan PLN. Selain itu, PLTS sangat tergantung dengan cuaca dan intensitas matahari sehingga harus ada pembicaraan mengenai kontinuitas penyuplaian energi.
Baca juga: Bukit Asam kebut pengerjaan proyek energi baru terbarukan
Baca juga: Anggota DEN Satya Yudha: Sudah ribuan pelanggan gunakan PLTS atap
Baca juga: PLTS teknologi mumpuni akselerasi transisi energi Indonesia
Pewarta: Dolly Rosana
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2021
Tags: