IMF: Proyeksi ekonomi global berpotensi turun akibat Omicron
10 Desember 2021 10:33 WIB
Deputi Pertama Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) Geoffrey Okamoto dalam Media Briefing Bersama IMF di Nusa Dua, Bali, Jumat (10/12/2021). ANTARA/Astrid Faidlatul Habibah
Nusa Dua, Bali (ANTARA) - Deputi Pertama Direktur Pelaksana International Monetary Fund (IMF) Geoffrey Okamoto menyatakan pertumbuhan ekonomi global yang diproyeksikan sebesar 4,9 persen pada 2022 masih akan berpotensi turun akibat varian COVID-19 baru Omicron.
"Kami memproyeksikan pertumbuhan global menjadi 5,9 persen pada 2021 dan menurun menjadi 4,9 persen tahun depan. Saya pikir penting untuk menegaskan bahwa masih ada risiko penurunan," katanya dalam Media Briefing Bersama IMF di Nusa Dua, Bali, Jumat.
Pada Oktober 2021, IMF merilis proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2021 sebesar 5,9 persen atau lebih rendah 0,1 persen dari perkiraan yang diumumkan pada Juli lalu.
Okamoto mengatakan penurunan proyeksi 2021 tersebut seiring adanya penurunan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal III 2021 akibat merebaknya kasus positif varian Delta di seluruh dunia.
Di sisi lain, ia menuturkan adanya varian baru Omicron sekaligus gangguan rantai pasok kembali menekan kegiatan perekonomian yang mulai pulih pada kuartal IV 2021, sehingga berimplikasi pada ekonomi tahun depan.
Menurutnya, krisis ini akan memiliki dampak berkepanjangan atau scarring effect yang bertahan lama pada ekonomi dan kelompok rentan mengingat varian Omicron menciptakan ketidakpastian COVID-19 menjadi lebih agresif.
Terlebih lagi, ia mengatakan krisis akan semakin dalam seiring adanya tekanan inflasi yang dapat menyebabkan pengetatan kebijakan moneter secara lebih cepat dari perkiraan di negara maju.
Tekanan inflasi dan pengetatan kebijakan moneter ini akan memperketat kondisi keuangan global dengan beberapa potensi limpahan di emerging market dan negara berkembang.
Oleh sebab itu, Okamoto menegaskan Presidensi G20 Indonesia merupakan salah satu langkah menemukan strategi untuk mengeluarkan global dari dampak krisis pandemi COVID-19.
Anggota G20 dapat berdiskusi dengan baik melalui Presidensi Indonesia untuk menemukan solusi yang dimulai dengan menangani krisis kesehatan dan ekonomi global sehingga tercipta terciptanya pemulihan yang kuat.
"Kami menginginkan kemakmuran dan pertumbuhan di negara-negara di seluruh dunia yang telah tertekan kemakmuran dan pertumbuhannya," tegasnya.
Baca juga: Ketua IMF serukan kerja sama global untuk kendalikan pandemi, dukung pemulihan ekonomi
Baca juga: Sri Mulyani optimis ekonomi RI bisa tumbuh 4 persen akhir tahun 2021
Baca juga: IMF pangkas perkiraan pertumbuhan Asia, ingatkan risiko rantai pasokan
"Kami memproyeksikan pertumbuhan global menjadi 5,9 persen pada 2021 dan menurun menjadi 4,9 persen tahun depan. Saya pikir penting untuk menegaskan bahwa masih ada risiko penurunan," katanya dalam Media Briefing Bersama IMF di Nusa Dua, Bali, Jumat.
Pada Oktober 2021, IMF merilis proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2021 sebesar 5,9 persen atau lebih rendah 0,1 persen dari perkiraan yang diumumkan pada Juli lalu.
Okamoto mengatakan penurunan proyeksi 2021 tersebut seiring adanya penurunan produk domestik bruto (PDB) pada kuartal III 2021 akibat merebaknya kasus positif varian Delta di seluruh dunia.
Di sisi lain, ia menuturkan adanya varian baru Omicron sekaligus gangguan rantai pasok kembali menekan kegiatan perekonomian yang mulai pulih pada kuartal IV 2021, sehingga berimplikasi pada ekonomi tahun depan.
Menurutnya, krisis ini akan memiliki dampak berkepanjangan atau scarring effect yang bertahan lama pada ekonomi dan kelompok rentan mengingat varian Omicron menciptakan ketidakpastian COVID-19 menjadi lebih agresif.
Terlebih lagi, ia mengatakan krisis akan semakin dalam seiring adanya tekanan inflasi yang dapat menyebabkan pengetatan kebijakan moneter secara lebih cepat dari perkiraan di negara maju.
Tekanan inflasi dan pengetatan kebijakan moneter ini akan memperketat kondisi keuangan global dengan beberapa potensi limpahan di emerging market dan negara berkembang.
Oleh sebab itu, Okamoto menegaskan Presidensi G20 Indonesia merupakan salah satu langkah menemukan strategi untuk mengeluarkan global dari dampak krisis pandemi COVID-19.
Anggota G20 dapat berdiskusi dengan baik melalui Presidensi Indonesia untuk menemukan solusi yang dimulai dengan menangani krisis kesehatan dan ekonomi global sehingga tercipta terciptanya pemulihan yang kuat.
"Kami menginginkan kemakmuran dan pertumbuhan di negara-negara di seluruh dunia yang telah tertekan kemakmuran dan pertumbuhannya," tegasnya.
Baca juga: Ketua IMF serukan kerja sama global untuk kendalikan pandemi, dukung pemulihan ekonomi
Baca juga: Sri Mulyani optimis ekonomi RI bisa tumbuh 4 persen akhir tahun 2021
Baca juga: IMF pangkas perkiraan pertumbuhan Asia, ingatkan risiko rantai pasokan
Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: