Bojonegoro (ANTARA News) - Kerugian banjir akibat luapan Bengawan Solo yang melanda 45 desa yang tersebar di enam kecamatan di Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim), dalam sepekan terakhir mencapai Rp3,6 miliar.
Kepala Seksi Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Sutardjo, Minggu, menjelaskan, dalam kejadian banjir luapan Bengawan Solo di wilayahnya tersebut, belum termasuk perhitungan kerugian akibat terbaliknya perahu tambang berpenumpang 32 orang di Bengawan Solo di Desa Padang, Kecamatan Trucuk, 2 Mei 2010.
Kerugian banjir terbesar, akibat rusaknya areal tanaman padi seluas 1.1542 hektare baik yang baru ditanam maupun sudah siap panen. Kerusakan terparah melanda tanaman padi di sejumlah desa di Kecamatan Kota, dengan luas mencapai 852 hektare. Sisanya, berada di sejumlah desa di Kecamatan Dander, Kapas, Balen, Baureno dan Kanor.
Selain itu, ia mengemukakan, banjir luapan sungai terpanjang di Jawa, dengan ketinggian puncak di Bojonegoro, Kamis (4/5) mencapai 14,90 meter (siaga II), juga meredam tanaman palawija seluas 208 hektare. Banjir juga merendam pemukiman warga sebanyak 1.217 buah, jalan desa sepanjang 39.200 meter dan jalan kabupaten 1.600 meter.
Sementara ini, ketinggian air di Bojonegoro, Minggu pukul 12.00 WIB mencapai 13,44 meter (siaga I) dan ketinggian air tersebut, bertahan sejak beberapa jam yang lalu. Sedangkan ketinggian air Bengawan Solo di Karangnongko, Kecamatan Ngraho, sekitar 70 kilometer ke arah hulu, mencapai 26,27 meter pukul 12.00 WIB.
"Kewaspadaan tetap kami lakukan, mengingat ketinggian air Bengawan Solo masih siaga banjir dan airnya stabil," katanya.
Dalam insiden perahu tenggelam di tambangan Bengawan Solo di Desa Padang, Kecamatan Trucuk, kerugian material mencapai Rp35,9 juta. Perhitungannya, akibat tenggelamnya empat sepeda motor, 13 sepeda kayuh dan satu mesin perahu tambang.
Ia mencatat, ada 23 penumpang selamat, delapan penumpang ditemukan tewas dan satu penumpang masih belum ditemukan. (*)
Kerugian Banjir di Bojonegoro Capai Rp3,6 Miliar
8 Mei 2011 12:55 WIB
(ANTARA/Aguk Sudarmojo)
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011
Tags: