Tumpukan sampah jadi masalah di tempat pengungsian warga
9 Desember 2021 20:23 WIB
Tumpukan sampah terlihat di depan Posko Pengungsian yang ada di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 4 Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Kamis (9/12/2021). ANTARA/Vicki Febrianto.
Lumajang, Jawa Timur (ANTARA) - Tumpukan sampah terlihat di depan tempat pengungsian warga terdampak letusan Gunung Semeru, tepatnya di Posko Pengungsian Sekolah Dasar Negeri (SDN) 4 Supiturang, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur.
Koordinator Posko Pengungsian SDN 4 Supiturang, Muhammad Toha Mansyur di Kecamatan Pronojiwo, Kamis mengatakan bahwa saat ini pihaknya kesulitan untuk mengelola sampah yang mulai menumpuk di depan tempat pengungsian tersebut.
"Masalah sampah ini, kami kekurangan tim pengambilan. Mungkin bisa dibantu dari pihak dinas lingkungan hidup (DLH) yang terdekat, seperti dari Kabupaten Malang," katanya.
Mansyur menjelaskan, pengambilan sampah, khususnya di tempat pengungsian, saat ini diperkirakan mengalami kendala akibat terputusnya Jembatan Geladak Perak di Kecamatan Pronojiwo. Sehingga, Kecamatan Pronojiwo hanya bisa diakses dari wilayah Kabupaten Malang.
Ia menjelaskan, sampah yang ada di tempat pengungsian tersebut sudah empat hari tidak diambil oleh petugas. Sampah-sampah tersebut terakhir kali diambil pada 6 Desember 2021.
"Akses ke Lumajang tertutup. Mohon bantuannya," ujarnya.
Selain sampah-sampah yang menumpuk, pada lokasi pengungsian juga terlihat tumpukan baju bekas. Baju-baju bekas tersebut, menurut Mansyur, hanya ditaruh di depan posko pengungsian dan tidak dilaporkan kepada para petugas.
"Tiba-tiba ada orang datang menaruh baju. Ketika kita kejar, langsung pergi. Itu donatur yang tidak bertanggung jawab," ujarnya.
Ia meminta kepada para donatur yang akan memberikan sumbangan, khususnya pakaian bekas layak pakai, untuk bisa berkoordinasi dengan koordinator yang ada pada posko pengungsian. Koordinasi tersebut perlu dilakukan untuk pendataan.
"Jadi untuk kawan-kawan yang menuju ke lokasi bencana, jangan sampai kalian membawa pakaian yang katanya layak pakai. Baju itu bekas dan tidak layak pakai.Jangan menimbulkan sampah lagi untuk donatur-donatur," katanya.
Kecamatan Pronojiwo merupakan salah satu wilayah terdampak cukup parah akibat meningkatnya aktivitas Gunung Semeru yang terjadi pada 4 Desember 2021. Pada kecamatan tersebut, ada 10 lokasi pengungsian dengan jumlah pengungsi mencapai 525 jiwa.
Gunung Semeru meletus pada 4 Desember 2021 dan mengeluarkan awan panas guguran mengarah ke Besuk Kobokan, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kurang lebih pukul 15.20 WIB.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Kamis (9/12) pukul 12.00 WIB menyebabkan 43 orang meninggal dunia dan 104 orang luka-luka. Dari total warga yang mengalami luka tersebut, 32 orang mengalami luka berat dan sisanya luka sedang.
Koordinator Posko Pengungsian SDN 4 Supiturang, Muhammad Toha Mansyur di Kecamatan Pronojiwo, Kamis mengatakan bahwa saat ini pihaknya kesulitan untuk mengelola sampah yang mulai menumpuk di depan tempat pengungsian tersebut.
"Masalah sampah ini, kami kekurangan tim pengambilan. Mungkin bisa dibantu dari pihak dinas lingkungan hidup (DLH) yang terdekat, seperti dari Kabupaten Malang," katanya.
Mansyur menjelaskan, pengambilan sampah, khususnya di tempat pengungsian, saat ini diperkirakan mengalami kendala akibat terputusnya Jembatan Geladak Perak di Kecamatan Pronojiwo. Sehingga, Kecamatan Pronojiwo hanya bisa diakses dari wilayah Kabupaten Malang.
Ia menjelaskan, sampah yang ada di tempat pengungsian tersebut sudah empat hari tidak diambil oleh petugas. Sampah-sampah tersebut terakhir kali diambil pada 6 Desember 2021.
"Akses ke Lumajang tertutup. Mohon bantuannya," ujarnya.
Selain sampah-sampah yang menumpuk, pada lokasi pengungsian juga terlihat tumpukan baju bekas. Baju-baju bekas tersebut, menurut Mansyur, hanya ditaruh di depan posko pengungsian dan tidak dilaporkan kepada para petugas.
"Tiba-tiba ada orang datang menaruh baju. Ketika kita kejar, langsung pergi. Itu donatur yang tidak bertanggung jawab," ujarnya.
Ia meminta kepada para donatur yang akan memberikan sumbangan, khususnya pakaian bekas layak pakai, untuk bisa berkoordinasi dengan koordinator yang ada pada posko pengungsian. Koordinasi tersebut perlu dilakukan untuk pendataan.
"Jadi untuk kawan-kawan yang menuju ke lokasi bencana, jangan sampai kalian membawa pakaian yang katanya layak pakai. Baju itu bekas dan tidak layak pakai.Jangan menimbulkan sampah lagi untuk donatur-donatur," katanya.
Kecamatan Pronojiwo merupakan salah satu wilayah terdampak cukup parah akibat meningkatnya aktivitas Gunung Semeru yang terjadi pada 4 Desember 2021. Pada kecamatan tersebut, ada 10 lokasi pengungsian dengan jumlah pengungsi mencapai 525 jiwa.
Gunung Semeru meletus pada 4 Desember 2021 dan mengeluarkan awan panas guguran mengarah ke Besuk Kobokan, Kecamatan Pronojiwo, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, kurang lebih pukul 15.20 WIB.
Berdasarkan data Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) hingga Kamis (9/12) pukul 12.00 WIB menyebabkan 43 orang meninggal dunia dan 104 orang luka-luka. Dari total warga yang mengalami luka tersebut, 32 orang mengalami luka berat dan sisanya luka sedang.
Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2021
Tags: