Fosil panda raksasa berusia lebih dari 100.000 tahun ditemukan di China
9 Desember 2021 16:08 WIB
Foto yang disediakan oleh Institut Sumber Daya Gunung di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan Guizhou pada 8 Desember 2021 ini menunjukkan fosil panda raksasa yang ditemukan dalam penelitian terbaru di Provinsi Guizhou, China barat daya. (Xinhua/Institut Sumber Daya Gunung di bawah naungan Akademi Ilmu Pengetahuan Guizhou)
Jakarta (ANTARA) - Peneliti menemukan fosil panda raksasa berusia lebih dari 100.000 tahun di gua terpanjang di Asia yang terletak di Provinsi Guizhou, China barat daya.
Para peneliti dari Institut Sumber Daya Gunung, Akademi Ilmu Pengetahuan Guizhou pada Rabu (8/12) menjelaskan penemuan dua fosil spesies panda itu berlokasi di Gua Shuanghe, Kota Zunyi.
Dengan menggunakan bantuan teknologi penanggalan email gigi, salah satu fosil menunjukkan seekor panda raksasa liar yang hidup sekitar 102.000 tahun yang lalu.
Sementara itu, pengujian dari satu fosil lain diketahui kemungkinan hidup pada 49.000 tahun yang lalu.
Menurut asisten peneliti institut, Wang Deyuan, penemuan fosil panda raksasa yang terawetkan itu menjadi hal yang sangat langka.
Dalam penelitian ilmiah gabungan terbaru bersama sejumlah pakar asing, bukti tulang sesamoid radial ditemukan pada fosil itu.
Karena panda raksasa memakai ibu jari untuk memegang dan menggerakkan bambu saat makan, anggota tubuh spesies ini berbeda dari jenis beruang lainnya, dengan disertai "jempol tambahan".
Jempol tersebut sebenarnya merupakan tulang pergelangan tangan yang membesar secara tidak normal, dan membantu spesies itu dalam menggenggam rebung bambu.
Penemuan tersebut menunjukkan bahwa panda raksasa pada masa itu telah memiliki kondisi fisiologis menggunakan kaki depan secara fleksibel untuk memegang bambu, seperti panda era modern.
Temuan ini membantu memperdalam pemahaman tentang evolusi spesies tersebut dari karakteristik makan, tambah Wang.
Pada masa itu, Gua Shuanghe merupakan habitat yang cocok bagi panda raksasa karena struktur internalnya yang kompleks dan memiliki banyak lubang yang saling terhubung satu sama lain.
Sejauh ini, hampir 30 fosil panda raksasa telah ditemukan di dalam gua tersebut.
Gua Shuanghe kaya akan sumber daya fosil mamalia. Fosil jakal, badak, beruang hitam, stegodon, musang besar India, dan hewan lain telah ditemukan dalam penggalian sebelumnya.
Para peneliti dari Institut Sumber Daya Gunung, Akademi Ilmu Pengetahuan Guizhou pada Rabu (8/12) menjelaskan penemuan dua fosil spesies panda itu berlokasi di Gua Shuanghe, Kota Zunyi.
Dengan menggunakan bantuan teknologi penanggalan email gigi, salah satu fosil menunjukkan seekor panda raksasa liar yang hidup sekitar 102.000 tahun yang lalu.
Sementara itu, pengujian dari satu fosil lain diketahui kemungkinan hidup pada 49.000 tahun yang lalu.
Menurut asisten peneliti institut, Wang Deyuan, penemuan fosil panda raksasa yang terawetkan itu menjadi hal yang sangat langka.
Dalam penelitian ilmiah gabungan terbaru bersama sejumlah pakar asing, bukti tulang sesamoid radial ditemukan pada fosil itu.
Karena panda raksasa memakai ibu jari untuk memegang dan menggerakkan bambu saat makan, anggota tubuh spesies ini berbeda dari jenis beruang lainnya, dengan disertai "jempol tambahan".
Jempol tersebut sebenarnya merupakan tulang pergelangan tangan yang membesar secara tidak normal, dan membantu spesies itu dalam menggenggam rebung bambu.
Penemuan tersebut menunjukkan bahwa panda raksasa pada masa itu telah memiliki kondisi fisiologis menggunakan kaki depan secara fleksibel untuk memegang bambu, seperti panda era modern.
Temuan ini membantu memperdalam pemahaman tentang evolusi spesies tersebut dari karakteristik makan, tambah Wang.
Pada masa itu, Gua Shuanghe merupakan habitat yang cocok bagi panda raksasa karena struktur internalnya yang kompleks dan memiliki banyak lubang yang saling terhubung satu sama lain.
Sejauh ini, hampir 30 fosil panda raksasa telah ditemukan di dalam gua tersebut.
Gua Shuanghe kaya akan sumber daya fosil mamalia. Fosil jakal, badak, beruang hitam, stegodon, musang besar India, dan hewan lain telah ditemukan dalam penggalian sebelumnya.
Pewarta: Xinhua
Editor: Bayu Prasetyo
Copyright © ANTARA 2021
Tags: