Kemenparekraf: "Plepah" berpotensi serap 80 ribu tenaga kerja
9 Desember 2021 01:37 WIB
Produk wadah makanan ramah lingkungan “Plepah” yang diinisiasi oleh Footlose Initiative, Jakarta, Selasa (7/12). (ANTARA/HO-Kemenparekraf)
Jakarta (ANTARA) - Produk wadah makanan ramah lingkungan “Plepah” berpotensi menyerap hingga 80 ribu tenaga kerja lokal, kata Staf Ahli Bidang Manajemen Inovasi dan Kreativitas Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Josua Mulia Simanjuntak.
Produk yang diinisiasi oleh Footlose Initiative itu disebut Josua sebagai salah satu upaya untuk mendukung tujuan agenda pembangunan berkelanjutan tahun 2030, khususnya pada produk ekonomi kreatif.
“Jika dilihat satu daerah saja, potensinya bisa dioptimalkan hingga 600 juta packaging setiap tahunnya, kita hitung bisa menyerap mungkin sampai 80.000 tenaga kerja di satu titik. Tentu ini perlu kita dukung pengembangannya agar lapangan kerja terbuka seluas-luasnya, sehingga ekonomi dapat segera bangkit dan pulih kembali,” kata dia dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu.
Produk tersebut dibuat untuk membantu menangani isu global terkait sampah styrofoam sebagai wadah makanan yang membutuhkan waktu 500 tahun untuk benar-benar terurai oleh tanah.
Berdasarkan riset yang dilakukan Footlose Initiative di 18 kota, kontribusi sampah styrofoam ke laut Indonesia mencapai 0,27–0,59 ton sehingga mengancam kehidupan biota laut.
"Plepah" yang berbahan dasar pelepah pinang itu dinilai Kemenparekraf sebagai produk kreatif kriya yang inovatif, adaptif, dan kolaboratif.
Anggota Footlose Initiative Gamia Dewanggamanik menerangkan bahwa “Pelepah” merupakan inovasi berbasis masyarakat (community-driven innovation) dan mencerminkan model inovatif yang inklusif.
Selain berkontribusi langsung dalam penanganan sampah, kata dia, produk ini juga dapat memberikan solusi berkelanjutan melalui konservasi lingkungan dan penanaman kembali, serta menghidupkan ekonomi masyarakat lokal yang terlibat.
"Plepah" diproduksi dengan skema micro manufacturing agar teknologi yang digunakan bisa diadaptasi oleh masyarakat pedesaan di area-area terpencil.
“Kami percaya bahwa mendorong budaya praktik inovasi berbasis masyarakat dapat menjadi jalur alternatif menuju proses pembangunan yang lebih inklusif. Let’s connect and collaborate,” kata Gamia saat berbicara dalam World Conference on Creative Economy (WCCE) 2021 di Dubai yang disiarkan secara daring, Selasa (7/12).
Produk yang diinisiasi oleh Footlose Initiative itu disebut Josua sebagai salah satu upaya untuk mendukung tujuan agenda pembangunan berkelanjutan tahun 2030, khususnya pada produk ekonomi kreatif.
“Jika dilihat satu daerah saja, potensinya bisa dioptimalkan hingga 600 juta packaging setiap tahunnya, kita hitung bisa menyerap mungkin sampai 80.000 tenaga kerja di satu titik. Tentu ini perlu kita dukung pengembangannya agar lapangan kerja terbuka seluas-luasnya, sehingga ekonomi dapat segera bangkit dan pulih kembali,” kata dia dalam keterangan pers di Jakarta, Rabu.
Produk tersebut dibuat untuk membantu menangani isu global terkait sampah styrofoam sebagai wadah makanan yang membutuhkan waktu 500 tahun untuk benar-benar terurai oleh tanah.
Berdasarkan riset yang dilakukan Footlose Initiative di 18 kota, kontribusi sampah styrofoam ke laut Indonesia mencapai 0,27–0,59 ton sehingga mengancam kehidupan biota laut.
"Plepah" yang berbahan dasar pelepah pinang itu dinilai Kemenparekraf sebagai produk kreatif kriya yang inovatif, adaptif, dan kolaboratif.
Anggota Footlose Initiative Gamia Dewanggamanik menerangkan bahwa “Pelepah” merupakan inovasi berbasis masyarakat (community-driven innovation) dan mencerminkan model inovatif yang inklusif.
Selain berkontribusi langsung dalam penanganan sampah, kata dia, produk ini juga dapat memberikan solusi berkelanjutan melalui konservasi lingkungan dan penanaman kembali, serta menghidupkan ekonomi masyarakat lokal yang terlibat.
"Plepah" diproduksi dengan skema micro manufacturing agar teknologi yang digunakan bisa diadaptasi oleh masyarakat pedesaan di area-area terpencil.
“Kami percaya bahwa mendorong budaya praktik inovasi berbasis masyarakat dapat menjadi jalur alternatif menuju proses pembangunan yang lebih inklusif. Let’s connect and collaborate,” kata Gamia saat berbicara dalam World Conference on Creative Economy (WCCE) 2021 di Dubai yang disiarkan secara daring, Selasa (7/12).
Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2021
Tags: