Tim gabungan ambil sampel babi hutan mati mendadak di Agam
8 Desember 2021 22:07 WIB
Tim gabungan Sumbar sedang mengambil tulang tengkorak babi di Rimbo Ateh Ikia Maua Hilia, Jorong Kayu Pasak Timur, Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Rabu (8/12/2021). (Antarasumbar/Yusrizal)
Lubukbasung (ANTARA) - Tim gabungan dari Provinsi Sumatera Barat (Sumbar), turun ke lokasi babi hutan mati mendadak di Rimbo Ateh Ikia Maua Hilia, Jorong Kayu Pasak Timur, Nagari Salareh Aia, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam untuk mengambil sampel organ tubuh satwa itu.
Tim gabungan berasal dari Balai Veteriner Bukittinggi, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, Dinas Peternakan, Kesehatan Hewan Sumbar dan didampingi Dinas Pertanian Agam dan Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Agam.
Dokter Hewan Balai Veteriner Bukittinggi, drh Katamtama S di Lubuk Basung, Rabu, mengatakan sampel yang ditemukan hanya berupa tulang tengkorak, tulang bagian tubuh lainnya dan tanah lokasi babi mati mendadak.
"Kita hanya menemukan tulang tengkorak, tulang bagian tubuh lainnya dan tanah, karena babi mati sejak beberapa hari lalu," katanya.
Baca juga: Puluhan babi mati mendadak di Agam diduga terjangkit ASF
Baca juga: Belasan babi hutan di Bengkulu mati terserang flu babi
Ia mengatakan, sampel ini akan dibawa ke Laboratorium Balai Viteriner Bukittinggi untuk diperiksa apakah sampel terpapar virus African Swine Fever (ASF) atau virus flu babi Afrika.
Hasilnya akan keluar kurang dari satu pekan ke depan. "Apabila sampel masuk segera, maka beberapa hari ke depan atau paling lambat satu pekan akan keluar," katanya.
Sementara Koordinator Urusan Konservasi Keanekaragaman Hayati BKSDA Sumbar, drh Windarti menambahkan BKSDA Sumbar telah menerima dua laporan babi hutan mati secara mendadak semenjak 2020.
Laporan pertama, kematian babi secara massal di Pasaman Barat sekitar 80 ekor pada 2020 dan di Agam sekitar 50 ekor pada 2021.
"Kami menerima dua laporan kematian babi secara mendadak dan tidak menutup kemungkinan ada kematian babi lainnya, tetapi tidak dilaporkan warga," katanya.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian Agam, Farid Muslim mengimbau warga untuk segera melaporkan adanya kematian babi, agar sampel organ tubuh bisa diambil.
"Saya telah menyampaikan kepada petugas kesehatan hewan, wali nagari, jorong dan lainnya agar segera melaporkan kematian babi," katanya.
Kematian babi liar secara mendadak ini merupakan yang pertama di Agam. Untuk itu, pihaknya mengantisipasi meluasnya kematian itu.*
Baca juga: Ratusan babi hutan ditemukan mati di tiga kabupaten di Kaltara
Baca juga: Virus "African Swine Fever" serang puluhan babi hutan di OKU-Sumsel
Tim gabungan berasal dari Balai Veteriner Bukittinggi, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Sumbar, Dinas Peternakan, Kesehatan Hewan Sumbar dan didampingi Dinas Pertanian Agam dan Resor Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Agam.
Dokter Hewan Balai Veteriner Bukittinggi, drh Katamtama S di Lubuk Basung, Rabu, mengatakan sampel yang ditemukan hanya berupa tulang tengkorak, tulang bagian tubuh lainnya dan tanah lokasi babi mati mendadak.
"Kita hanya menemukan tulang tengkorak, tulang bagian tubuh lainnya dan tanah, karena babi mati sejak beberapa hari lalu," katanya.
Baca juga: Puluhan babi mati mendadak di Agam diduga terjangkit ASF
Baca juga: Belasan babi hutan di Bengkulu mati terserang flu babi
Ia mengatakan, sampel ini akan dibawa ke Laboratorium Balai Viteriner Bukittinggi untuk diperiksa apakah sampel terpapar virus African Swine Fever (ASF) atau virus flu babi Afrika.
Hasilnya akan keluar kurang dari satu pekan ke depan. "Apabila sampel masuk segera, maka beberapa hari ke depan atau paling lambat satu pekan akan keluar," katanya.
Sementara Koordinator Urusan Konservasi Keanekaragaman Hayati BKSDA Sumbar, drh Windarti menambahkan BKSDA Sumbar telah menerima dua laporan babi hutan mati secara mendadak semenjak 2020.
Laporan pertama, kematian babi secara massal di Pasaman Barat sekitar 80 ekor pada 2020 dan di Agam sekitar 50 ekor pada 2021.
"Kami menerima dua laporan kematian babi secara mendadak dan tidak menutup kemungkinan ada kematian babi lainnya, tetapi tidak dilaporkan warga," katanya.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian Agam, Farid Muslim mengimbau warga untuk segera melaporkan adanya kematian babi, agar sampel organ tubuh bisa diambil.
"Saya telah menyampaikan kepada petugas kesehatan hewan, wali nagari, jorong dan lainnya agar segera melaporkan kematian babi," katanya.
Kematian babi liar secara mendadak ini merupakan yang pertama di Agam. Untuk itu, pihaknya mengantisipasi meluasnya kematian itu.*
Baca juga: Ratusan babi hutan ditemukan mati di tiga kabupaten di Kaltara
Baca juga: Virus "African Swine Fever" serang puluhan babi hutan di OKU-Sumsel
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: