Selama periode Januari-November 2021, nilai perdagangan kedua negara mencapai angka 682,32 miliar dolar AS (sekitar Rp9,7 kuadriliun) atau naik 30,2 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2020, demikian data Kementerian Kepabeanan China (GACC) di Beijing, Rabu.
Perdagangan bilateral kedua negara bakal mencapai rekor puncak pada akhir tahun ini karena AS diperkirakan terus membeli produk manufaktur China di tengah tingginya inflasi dan China juga akan meningkatkan impor produk pertanian, energi dan produk lain dari AS.
Pada 11 bulan terakhir itu, ekspor China ke AS naik 28,3 persen, sedangkan impornya juga tumbuh 36,9 persen, menurut data GACC.
Pada November saja, perdagangan kedua negara mencapai 72,49 miliar dolar AS (sekitar Rp1,04 kuadrliun), padahal saat Oktober masih di angka 66,79 miliar dolar AS (sekitar Rp958 triliun).
Di sektor energi, perusahaan minyak milik pemerintah China Sinopec pada 4 November menandatangani perjanjian dengan perusahaan AS Venture Global LNG untuk pembelian empat juta ton gas alam cair (LNG) per tahun dalam jangka waktu 20 tahun ke depan.
Perjjanjian itu merupakan kesepakatan LNG jangka panjang terbesar di dunia yang berhasil dicapai di antara dua negara ekonomi terbesar, tulis Xinhua.
Ketika Washington menunjukkan permusuhannya terhadap Beijing, hubungan China-AS masih tetap hangat di bidang ekonomi namun dingin di bidang politik, demikian pendapat pengamat.
Baca juga: AS Januari 2022 luncurkan proyek infrastruktur untuk tandingi China
Baca juga: AS perpanjang larangan investasi di perusahaan terkait militer China