Jakarta (ANTARA) - Staf Khusus Presiden Jokowi Billy Mambrasar mengatakan diperlukan insentif agar putra dan putri terbaik bangsa tidak memilih bekerja di luar negeri.

"Belajar dari India yang anak mudanya memilih berkarya di perusahaan teknologi luar negeri, Indonesia harus menyiapkan insentif yang tepat agar tidak terjadi hal serupa," kata Billy dalam talkshow daring "G20, Kita Bisa Apa?" yang dipantau di Jakarta, Rabu.

Ia mengatakan pemerintah sekarang melalui berbagai strategi antara lain Manajemen Talenta Nasional mendata talenta bangsa by name by address beserta keahliannya. "Dengan demikian, ketika dibutuhkan negara, kita akan memanggilnya dan memberikan insentif agar ia mau bergabung dan berkarya."

Banyak anak muda India yang memilih berkarir di luar negeri karena pemerintah negara tersebut tidak mampu memberikan insentif yang tepat untuk anak-anak muda itu.

"Masalah ketertutupan, anak muda tidak diberi suara, lalu beberapa budaya seperti kasta dan lain-lain juga menjadi salah satu faktor yang membuat mereka memilih berkarir di luar negeri," ucapnya.

Baca juga: Billy Mambrasar ajak pemuda sukseskan Presidensi G20 dengan tiga cara

Baca juga: Billy Mambrasar jelaskan 5 program pembangunan berbasis pemuda Papua


Ke depan, ia berharap Indonesia yang akan mengalami bonus demografi tidak membiarkan putra dan putri terbaik bangsa tidak memilih berkarya di luar negeri karena merasa di sana mereka lebih dihargai.

Saat ini, Billy yang merupakan pemuda asal Papua sedang mendaftar anak muda dari daerahnya dengan keahlian yang telah diakui sampai ke luar negeri.

"Ketika kita luncurkan, jumlah yang mendaftar dan menyampaikan keahliannya sampai lebih dari 6 ribu orang. Pencatatan ini dilakukan dalam waktu kurang dari empat bulan," katanya.

Menurut dia beberapa anak asal Papua itu mengaku bersedia kembali ke Indonesia dan turut dalam pembangunan. "Jadi narasinya saya balik, yang tadinya kita melihat Indonesia dari Jakarta membangun keluar, saya menarik mereka kembali untuk ikut membangun Indonesia setelah dai luar," imbuhnya.

Baca juga: Pakar: Optimalkan bonus demografi untuk suksesi kepemimpinan Indonesia

Baca juga: BKKBN: Stunting harus turun agar Indonesia raih bonus demografi