Kepala Negara ASEAN agar Dukung Putaran Doha
5 Mei 2011 20:04 WIB
Mendag Mari Elka Pangestu (kanan) didampingi Wamendag Mahendra Siregar menyimak pertanyaan wartawan saat jumpa pers seusai pertemuan puncak pertama (KTT) Bisnis ASEAN-Uni Eropa di Balai Sidang Jakarta, Kamis (5/5). (ANTARA/Andika Wahyu)
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan Mari E Pangestu mengharapkan para Pimpinan dan Kepala Negara ASEAN untuk memberi dukungan penuh terhadap perundingan perdagangan World Trade Organization (WTO).
"Jika Putaran Doha (Doha Round) tidak diselesaikan maka diperkirakan akan memiliki tiga implikasi, yaitu ketidakpastian sistem perdagangan multilateral, hilangnya daya tahan menghadapi kemungkinan terjadinya krisis di masa datang, dan tidak maksimalnya sejumlah kesepakatan bilateral," kata Mari pada pertemuan "The 1st ASEAN-UE Business Summit", Balai Sidang Jakarta, Kamis.
Diketahui, Putaran Doha adalah negosiasi antara 153 anggota WTO diluncurkan 10 tahun lalu di ibukota Qatar. Perundingan Putaran Doha berulangkali dilakukan namun belum mencapai kesepakatan akibat perbedaan pendapat.
Padahal penyelesaian Putaran Doha akan memberikan kepastian dan memperkokoh tata aturan perdagangan multilateral (global) di masa depan, serta memperoleh manfaat pemberian perlakuan khusus dan akses pasar di sektor barang dan jasa.
"Kita berpandangan bahwa penyelesaian putaran Doha sangatlah penting, untuk menghindari kerugian yang sangat besar. Kita tidak boleh underestimate atas kerugian yang kita alami," tegas Mari.
Ia menjelaskan, jika putaran Doha tersebut tidak bisa diselesaikan akan memicu ketidakpastian dan berkurangnya kepercayaan semua pihak terhadap sistem multilateral.
"Sebagai negara berkembang, kondisi itu akan tidak menguntungkan Indonesia yang kenyataannya harus menghadapi perdagangan bilateral," ujarnya.
Selanjutnya, negara-negara terutama yang sedang berkembang tidak akan memiliki kekuatan untuk keluar dan mengatasi dampak krisis yang kemungkinan terjadi di masa datang.
"Negara-negara Eropa sejak terintegrasi dalam perdagangan ekonomi telah menyelamatkan kawasan tersebut dari sejumlah krisis," katanya.
"Mesin pertumbuhan ekonomi bagi negara berkembang termasuk Indonesia adalah pada sektor perdagangan dan investasi, karena itulah Putaran Doha ini menjadi sangat penting," tambahnya.
Selanjutnya Mari menegaskan, jika WTO dalam posisi lemah maka kesepakatan-kesepakatan dagang dalam skala bilateral juga menjadi kurang maksimal.
Menurut catatan, isu penting yang disepakati untuk dirundingkan lebih lanjut dalam Deklarasi Doha meliputi beberapa bidang spesifik, antara lain di bidang pertanian, di mana salah satu keberhasilan besar negara-negara berkembang dan negara eksportir produk pertanian adalah dimuatnya mandat mengenai "pengurangan, dengan kemungkinan penghapusan, sebagai bentuk subsidi ekspor".
Selain itu, pentingnya kemajuan dalam hal akses pasar, pengurangan substansial dalam hal program dukungan/subsidi domestik yang mengganggu perdagangan (trade-distorting domestic suport programs), serta memperbaiki perlakuan khusus dan berbeda di bidang pertanian bagi negara-negara berkembang, serta pentingnya ketahanan pangan dan pembangunan pedesaan.
"Kita masih-masing adalah anggota WTO ada di G20 yang masuk dalam berbagai forum. Untuk itulah pada kesempatan KTT ASEAN ini para kepala negara ASEAN diharapkan mengeluarkan dukungan untuk penyelesaian Putaran Doha," tegas Mari.
(R017)
"Jika Putaran Doha (Doha Round) tidak diselesaikan maka diperkirakan akan memiliki tiga implikasi, yaitu ketidakpastian sistem perdagangan multilateral, hilangnya daya tahan menghadapi kemungkinan terjadinya krisis di masa datang, dan tidak maksimalnya sejumlah kesepakatan bilateral," kata Mari pada pertemuan "The 1st ASEAN-UE Business Summit", Balai Sidang Jakarta, Kamis.
Diketahui, Putaran Doha adalah negosiasi antara 153 anggota WTO diluncurkan 10 tahun lalu di ibukota Qatar. Perundingan Putaran Doha berulangkali dilakukan namun belum mencapai kesepakatan akibat perbedaan pendapat.
Padahal penyelesaian Putaran Doha akan memberikan kepastian dan memperkokoh tata aturan perdagangan multilateral (global) di masa depan, serta memperoleh manfaat pemberian perlakuan khusus dan akses pasar di sektor barang dan jasa.
"Kita berpandangan bahwa penyelesaian putaran Doha sangatlah penting, untuk menghindari kerugian yang sangat besar. Kita tidak boleh underestimate atas kerugian yang kita alami," tegas Mari.
Ia menjelaskan, jika putaran Doha tersebut tidak bisa diselesaikan akan memicu ketidakpastian dan berkurangnya kepercayaan semua pihak terhadap sistem multilateral.
"Sebagai negara berkembang, kondisi itu akan tidak menguntungkan Indonesia yang kenyataannya harus menghadapi perdagangan bilateral," ujarnya.
Selanjutnya, negara-negara terutama yang sedang berkembang tidak akan memiliki kekuatan untuk keluar dan mengatasi dampak krisis yang kemungkinan terjadi di masa datang.
"Negara-negara Eropa sejak terintegrasi dalam perdagangan ekonomi telah menyelamatkan kawasan tersebut dari sejumlah krisis," katanya.
"Mesin pertumbuhan ekonomi bagi negara berkembang termasuk Indonesia adalah pada sektor perdagangan dan investasi, karena itulah Putaran Doha ini menjadi sangat penting," tambahnya.
Selanjutnya Mari menegaskan, jika WTO dalam posisi lemah maka kesepakatan-kesepakatan dagang dalam skala bilateral juga menjadi kurang maksimal.
Menurut catatan, isu penting yang disepakati untuk dirundingkan lebih lanjut dalam Deklarasi Doha meliputi beberapa bidang spesifik, antara lain di bidang pertanian, di mana salah satu keberhasilan besar negara-negara berkembang dan negara eksportir produk pertanian adalah dimuatnya mandat mengenai "pengurangan, dengan kemungkinan penghapusan, sebagai bentuk subsidi ekspor".
Selain itu, pentingnya kemajuan dalam hal akses pasar, pengurangan substansial dalam hal program dukungan/subsidi domestik yang mengganggu perdagangan (trade-distorting domestic suport programs), serta memperbaiki perlakuan khusus dan berbeda di bidang pertanian bagi negara-negara berkembang, serta pentingnya ketahanan pangan dan pembangunan pedesaan.
"Kita masih-masing adalah anggota WTO ada di G20 yang masuk dalam berbagai forum. Untuk itulah pada kesempatan KTT ASEAN ini para kepala negara ASEAN diharapkan mengeluarkan dukungan untuk penyelesaian Putaran Doha," tegas Mari.
(R017)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2011
Tags: