Depok (ANTARA News) - Ketua Perkumpulan Masyarakat Energi Bimasena, Subroto mengatakan harga minyak tidak akan murah lagi, karena energi yang berasal dari fosil tersebut akan habis dan tidak bisa diperbarui kembali.

"Harga minyak dunia tidak akan turun dari angka 100 dolar AS per barel," kata Subroto, Kamis.

Menurut mantan Sekjen OPEC (organisasi negara-negara pengekspor minyak), Indonesia bukan lagi sebagai bangsa yang kaya sumber energi. Untuk itu dalam jangka pendek kebijakan menaikkan harga premium perlu dilakukan, selain itu subsidi bagi kendaraan bernomor polisi kuning dan juga para nelayan masih harus dilakukan.

"Untuk mobil berplat hitam tidak boleh menggunakan BBM bersubsidi," katanya.

Ia mengatakan energi yang paling banyak yaitu gas perlu digunakan bagi kendaraan angkutan umum seperti bus. "Pemakaian gas harus diperluas pada alat transportasi publik," ujarnya.

Selain itu perlu dipikirkan penggunaan Bahan Bakar Nabati (BBN) yang berasal dari tumbuh-tumbuhan seperti kelapa sawit, tebu, aren, dan lainnya.

Namun hal ini memang membutuhkan teknologi dan investasi yang besar.

Subroto juga menjelaskan kenaikan harga minyak dipengaruhi oleh empat hal yakni makin lama makin sulit menemukan sumber minyak baru, permintaan makin lama akan makin meningkat, melemahnya harga dolar, serta ketidakpastian situasi di Timur Tengah.

Ia menilai bahwa meninggalnya Osama Bin Laden, perlu dicermati namun hingga kini masih belum mempengaruhi harga minyak dunia.

Namun demikian, ia menegaskan yang perlu diperhatikan adalah kegiatan ketidakpastian negara-negara di timur tengah seperti Yaman dan Oman.

Sementara itu, Dekan FEUI Firmanzah mengatakan, pemerintah perlu memberikan insentif kepada mobil yang menggunakan bahan bakar hybrid.

Menurut dia ada tiga hal yang dipertimbangkan oleh pemerintah yakni masalah APBN, kesejahteraan masyarakat, serta masalah stabilitas politik jika harga BBM dinaikkan. (F006/S025/K004)