Bandung (ANTARA) - Guru Besar Fakultas Teknik Geologi Universitas Padjadjaran (Unpad) Prof Dr Nana Sulaksa mengatakan erupsi yang terjadi di Gunung Semeru, Jawa Timur, tergolong sudah dapat diperkirakan.

Pasalnya, kata dia, informasi erupsi sudah dapat disampaikan kepada masyarakat satu jam sebelum gunung tertinggi di Pulau Jawa itu meletus.

“Dalam ukuran satu hari atau satu jam sudah termasuk bagus berdasarkan kacamata mitigasi bencana. Jadi, erupsi Semeru kemarin bukanlah sesuatu yang terjadi tanpa pemberitahuan,” kata dia dalam keterangan resmi Unpad di Bandung, Jawa Barat, Senin.

Dia mengatakan saat ini erupsi gunung berapi sudah bisa diprediksi sebelumnya berdasarkan tanda-tanda alam yang muncul.

Hal itu juga, menurut dia, ditindaklanjuti dengan protokol mitigasi yang baik.

Ia mengatakan Indonesia sudah memiliki peta kawasan rawan bencana yang disusun oleh ahli geologi dan vulkanologi. Peta ini telah menjadi pedoman lembaga terkait dalam melakukan mitigasi bencana, khususnya erupsi gunung berapi.

Baca juga: Pakar Unpad jelaskan banjir lahar saat erupsi Semeru dipengaruhi cuaca

Dia mengatakan peta tersebut telah memetakan wilayah-wilayah rawan bencana, termasuk di dalamnya permukiman yang rawan terdampak serta sungai yang akan menjadi aliran lahar.

Selain itu, katanya, lokasi pengamatan, jalur evakuasi, hingga lokasi pengungsian sudah dipetakan dengan baik dalam peta tersebut.

"Dari kejadian erupsi Gunung Semeru kemarin (4/12), tampak bahwa peta lokasi yang terkena bencana dapat dikatakan 90 persen tepat,” katanya.

Hingga Senin, pukul 11.10 WIB, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat korban meninggal dunia akibat erupsi itu15 orang.

Selain itu, 27 warga masih dinyatakan hilang. Namun demikian, pengecekan dan validasi data terus dilakukan oleh petugas BNPB untuk memastikan status korban tersebut.

Baca juga: Badan Geologi sampaikan peta kawasan rawan bencana Gunung Semeru
Baca juga: Akademisi sebut debu vulkanik bisa sebabkan infeksi pernafasan