Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah akan menertibkan pajak, termasuk menghitung kembali batas penghasilan kena pajak, untuk mengoptimalkan pemanfaatan pajak sebagai sumber pembiayaan anggaran negara dan demi asas keadilan.

"Kita akan menertibkan terus pajak ini agar yang harusnya membayar pajak, bayarlah, yang harusnya pegawai pajak yang gajinya sudah cukup, jangan mengambil uang negara," kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di hadapan karyawan PT Industri Keramik Kemenangan Jaya di Kecamatan Gunung Putri, Bogor, Minggu.

Pemerintah, kata Presiden, juga akan menghitung kembali batas penghasilan kena pajak demi asas keadilan.

"Saya sudah meminta Menakertrans untuk bersama-sama dengan Menkeu, Dirjen Pajak, dan menteri-menteri terkait untuk melihat yang adil itu berapa, berapa penghasilan yang patut kena pajak dan berapa yang tidak patut kena pajak," katanya.

Presiden berharap kebijakan yang dikeluarkan pemerintah nanti tepat sasaran sehingga rakyat yang berpenghasilan kecil tidak harus membayar pajak.

"Hanya penghasilan tertentu atau `x` yang patut dikenai pajak dengan jumlah yang patut pula. Saya mempersilahkan Menakertrans untuk berkordinasi dengan Menkeu untuk dilihat secara utuh supaya pas," ujarnya.

Presiden menekankan negara memerlukan pajak untuk membangun dan membiayai rakyatnya yang membutuhkan.

"Pajak ini diperlukan negara, di negara manapun. Semua yang dilakukan di negeri ini hampir 80 persen biayanya dari pajak yang diterima oleh negara. Tanpa pajak negara tidak bisa bertahan namun tidak semua harus dipungut pajaknya," katanya.

Pajak, lanjut Presiden, ditetapkan bagi yang berpenghasilan besar dan menjalankan usaha di negeri ini dengan kemudahan-kemudahan yang diberikan negara.

"Dan sekali lagi tidak boleh terjadi banyak yang nakal, tidak membayar pajak padahal penghasilannya tinggi, itu tidak boleh. Adalagi pegawai pajaknya yang tidak bener, mengambil uang, jadi negara tidak dapat apa-apa (tidak boleh)," katanya.

Presiden memperingati Hari Buruh dengan mengunjungi dua pabrik di kawasan Bogor guna berdialog dan makan siang bersama para buruh.
(*)