Jakarta (ANTARA News) - China masih negara berkembang, jalan pembangunan menuju modernisasi masih panjang, kata Perdana Menteri China Wen Jiabao dalam acara policy speech pada Sabtu di Jakarta.

"Volume ekonomi China secara keseluruhan memang meningkat, namun bila dibagi dengan jumlah penduduk sebesar 1,3 miliar orang, maka China berada di peringkat 100-an dunia, jalan pembangunan menuju modernisasi masih panjang," ujar Wen.

Mengutip filsuf Lao Tse, Wen menyebutkan bahwa saat seseorang mengenal orang lain artinya orang itu pintar, namun bila orang itu mengenal diri sendiri artinya orang itu bijaksana.

"Saya sudah sembilan tahun menjabat sebagai perdana menteri, memang ada rakyat yang mencapai kesejahteraan namun masih banyak yang belum dapat melepaskan diri dari kemiskinan," ujarnya di hadapan para undangan yang terdiri atas sejumlah menteri kabinet Indonesia bersatu, anggota DPR, duta besar, mahasiswa.

Masalah pendidikan, kesehatan, asuransi kesehatan, industrialisasi serta urbanisasi menurutnya menjadi contoh dari masalah yang harus ia hadapi.

Penduduk China saat ini mencapai 1,3 miliar orang dengan pendapatan 4,9 triliun dolar AS atau dengan pendapatan per kapita 3.700 dolar AS menurut data Bank Dunia.

China, kata Wen, perlu secara rendah hati untuk mencontoh negara lain dan butuh kerja keras dalam jangka panjang untuk mewuujudkan kesejahteraan rakyat.

"China tidak punya alasan apa pun untuk sombong dan berpuas diri," kata Wen, yang disambut oleh tepuk tangan hadirin.

Meski demikian, menurut Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), kinerja perekonomian China sudah menggantikan Jepang sebagai negara dengan perekonomian terbesar kedua di dunia pada 2009 dengan pertumbuhan ekonomi 8,7 persen dan volume perdagangan sebesar 2,21 triliun dolar AS serta menjadi negara pengekspor barang nomor satu pada tahun yang sama.

"Perkembangan China tidak akan mengganggu negara mana pun atau pun menjadi suatu ancaman karena rakyat China selalu mengutamakan keharmonisan dan kerukukunan," ujarnya.

Rakyat China, menurut Wen, bersahabat dengan rakyat Indonesia bahkan sejak abad ke-4 saat biksu Fa Hien datang ke Indonesia dilanjutkan dengan biksu I Ching yang datang ke Sumatera dan Jawa pada abad ke-8 dilanjutkan pada abad ke-20 saat Konperensi Asia Afrika (KAA) yang membawa semangat kemerdekaan negara-negara di kedua benua tersebut.

"Setengah abad yang lalu, China, Indonesia dan negara lain yang baru merdeka naik ke panggung politik internasional, namun hari ini kita menyaksikan kebangkitan kembali peradaban timur," ujar Wen.

Ia menambahkan, "Mari kita bergandengan tangan untuk menciptakan hari depan yang lebih indah, menyambut kedatangan abad Asia."
(T.KR-DLN/O001)