Walau dari Keluarga Kurang Mampu, Pepi Dikenal Cerdas
28 April 2011 17:16 WIB
Tim Gegana Polda Aceh mengamankan lokasi saat pencarian bom dan bahan peledak di rumah teroris yang telah ditangkap sebelumnya di Kampung Keramat, Banda Aceh. Di dalam rumah yang ditempati tiga tersangka teroris, Fadil, Romi alias Pepi (Sukabumi) dan Hendi alias Joko (Bogor), polisi menemukan beberapa kotak kardus berisi bahan peledak, golok, lesung kecil (alat penumbuk), kotak plastik yang ditanam di dalam tanah. (ANTARA/Ampelsa)
Sukabumi (ANTARA News) - Terduga pimpinan teroris dan pelaku bom buku, Pepi Fernando, oleh masyarakat di Kampung Sekarsari, Desa Munjul, Kecamatan Ciambar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat, dikenal berasal dari kalangan keluarga kurang mampu, namun berotak cerdas.
Tokoh masyarakat kampung setempat, Karman (67), mengatakan bahwa sebelum Pepi bekerja sebagai wartawan dan pembuat film tentang tsunami Aceh, kehidupan orang tuanya merupakan warga yang kurang atau hidup pas-pasan.
"Keluarga Pepi memang berasal dari keluarga yang kurang mampu yang tinggal seperti warga sekitar pada umumnya," kata Karman kepada ANTARA News, Kamis.
Karman menuturkan, keluarga tersebut mempunyai kelebihan lain karena orang tua Pepi, Maman dan Edah, selain bisa bertani atau berkebun juga mampu menjahit pakaian sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya tidak mengandalkan orang lain.
Selain itu, ia menyatakan, Pepi juga terkenal cukup pintar di kalangan warga yang seumurannya, dan hanya satu-satunya warga di sana yang bisa melanjutkan pendidikan sampai ke universitas dan mendapatkan titel sarjana.
"Kebanyakan warga di sini hanya lulusan SD dan SMP, walaupun ada paling sampai tingkat SMA," ujarnya.
Ia mengemukakan, setelah lulus kuliah dan bekerja sebagai wartawan dan membuat film pada sekitar 2004 Pepi membangun rumah orang tuanya menjadi lebih layak dan permanen, karena awalnya rumah Pepi bangunannya tidak permanen.
"Mungkin dari hasil kerjanya Pepi bisa membangun rumah orang tuanya agar bisa lebih layak," ujarnya.
Pepi bersekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cipeteuy, Desa Manjul, kemudian melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah (Mts) Add`wah dan Madrasah Aliyah (MA) Add`wah. Kemudian, Pepi melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi ke Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ibu RT 02 Kampung Sekarsari, Yeyet, juga membenarkan bahwa keluargaPepi berasal dari keluarga yang kurang mampu, namun mereka mempunyai keahlian dan kemauan lebih dibandingkan dengan warga sekitar.
Pepi, menurut dia, selain baik, sopan dan taat ibadah juga dikenal warga kampung sebagai orang yang mempunyai otak cerdas.
"Pepi itu orangnya pintar, tetapi tidak sombong, serta tidak kasar kepada siapapun. Kesehariannya juga sering bergabung dengan warga sekitar," tuturnya.
Adanya pemberiataan di media massa mengenai Pepi selaku tersangka teroris, menurut dia, membuat warga di kampungnya awalnya tidak percaya dan tidak menyangka orang sebaik dia bisa melakukan teror bom
"Sampai saat ini masih ada warga yang tidak percaya kalau yang ditangkap itu Pepi," kata Yeyet menambahkan. (*)
Tokoh masyarakat kampung setempat, Karman (67), mengatakan bahwa sebelum Pepi bekerja sebagai wartawan dan pembuat film tentang tsunami Aceh, kehidupan orang tuanya merupakan warga yang kurang atau hidup pas-pasan.
"Keluarga Pepi memang berasal dari keluarga yang kurang mampu yang tinggal seperti warga sekitar pada umumnya," kata Karman kepada ANTARA News, Kamis.
Karman menuturkan, keluarga tersebut mempunyai kelebihan lain karena orang tua Pepi, Maman dan Edah, selain bisa bertani atau berkebun juga mampu menjahit pakaian sehingga untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya tidak mengandalkan orang lain.
Selain itu, ia menyatakan, Pepi juga terkenal cukup pintar di kalangan warga yang seumurannya, dan hanya satu-satunya warga di sana yang bisa melanjutkan pendidikan sampai ke universitas dan mendapatkan titel sarjana.
"Kebanyakan warga di sini hanya lulusan SD dan SMP, walaupun ada paling sampai tingkat SMA," ujarnya.
Ia mengemukakan, setelah lulus kuliah dan bekerja sebagai wartawan dan membuat film pada sekitar 2004 Pepi membangun rumah orang tuanya menjadi lebih layak dan permanen, karena awalnya rumah Pepi bangunannya tidak permanen.
"Mungkin dari hasil kerjanya Pepi bisa membangun rumah orang tuanya agar bisa lebih layak," ujarnya.
Pepi bersekolah di Sekolah Dasar Negeri (SDN) Cipeteuy, Desa Manjul, kemudian melanjutkan ke Madrasah Tsanawiyah (Mts) Add`wah dan Madrasah Aliyah (MA) Add`wah. Kemudian, Pepi melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi ke Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
Ibu RT 02 Kampung Sekarsari, Yeyet, juga membenarkan bahwa keluargaPepi berasal dari keluarga yang kurang mampu, namun mereka mempunyai keahlian dan kemauan lebih dibandingkan dengan warga sekitar.
Pepi, menurut dia, selain baik, sopan dan taat ibadah juga dikenal warga kampung sebagai orang yang mempunyai otak cerdas.
"Pepi itu orangnya pintar, tetapi tidak sombong, serta tidak kasar kepada siapapun. Kesehariannya juga sering bergabung dengan warga sekitar," tuturnya.
Adanya pemberiataan di media massa mengenai Pepi selaku tersangka teroris, menurut dia, membuat warga di kampungnya awalnya tidak percaya dan tidak menyangka orang sebaik dia bisa melakukan teror bom
"Sampai saat ini masih ada warga yang tidak percaya kalau yang ditangkap itu Pepi," kata Yeyet menambahkan. (*)
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011
Tags: