"Ada beberapa faktor penularan, yakni vaksin yang tidak merata. Di Eropa itu umumnya sebagian besar infeksi yang terjadi kepada orang yang memang belum divaksin atau tidak mau divaksin," ujar Andri Hadi dalam bincang-bincang bertema " Ada Apa COVID-19 di Eropa?" yang diikuti secara daring di Jakarta, Kamis.
Ia mengemukakan, terdapat sejumlah negara di Eropa dengan vaksinasi yang tinggi seperti Malta, Portugal, Irlandia yang di atas 80 persen. Namun di sebagian Eropa, terutama Eropa Timur relatif rendah seperti Polandia, Kroasia, bahkan Bulgaria itu vaksinnya hanya 25 persen.
Baca juga: PBB: Sertifikat, vaksinasi COVID bantu pemulihan pariwisata Eropa
"Kita bangga dengan bangsa kita yang lebih patuh mengikuti imbauan pemerintah untuk prokes," ucapnya.
Terkait varian COVID-19 Omicron, Andri Hadi mengatakan, Eropa menganggap varian itu sebagai varian dengan risiko tinggi dan masuk dalam variant of concern.
Baca juga: Uni Eropa izinkan vaksin COVID pertama bagi usia 5-11 tahun
Namun, ia mengingatkan, di Afrika Selatan diketahui peningkatan kasus cukup cepat. Hal itu mengindikasikan bahwa ada transmisi yang kemungkinan besar bisa berpengaruh dalam penularan penyakit.
"Jadi kita ketahui Afrika Selatan didominasi Delta, dan sekarang muncul Omicron yang cepat juga mendominasi di sana," ucapnya.