Pengamat: Tidak ada pengalihan aset dalam skema BOT Bandara Kualanamu
2 Desember 2021 17:58 WIB
Sejumlah penumpang pesawat sedang berjalan di teminal domestik Bandara Internasional Kualanamu, Deli Serdang, Sumut. ANTARA/HO-PT Angkasa Pura Aviasi
Jakarta (ANTARA) - Kemitraan strategis dengan skema built operate trasfer (BOT) terkait pengelolaan Bandar Udara Internasional Kualanamu antara PT Angkasa Pura (AP) II dan GMR Airports Consortium dinilai sama sekali tidak ada pengalihan aset seperti jual-beli.
Skema ini dipilih karena justru dapat meringankan AP II dari beban investasi pembangunan infrastruktur yang berbiaya besar.
"Tidak ada unsur penjualan aset sama sekali dalam skema BOT ini, bandara masih tetap milik AP II. Hanya pengelolaannya saja yang diserahkan ke perusahaan patungan antara AP II dan GMR Airports," kata pengamat penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia Gerry Soedjatman dalam keterangannya, di Jakarta, Kamis.
Untuk mengelola Bandara Kualanamu dibentuk lah perusahaan patungan atau joint venture company (JVCo) bernama PT Angkasa Pura Aviasi (APA), dengan porsi saham 51 persen milik AP II dan GMR Airports sebesar 49 persen. Namun, adanya persentase kepemilikan saham tersebut bukan berarti menyatakan sebagai kepemilikan aset di Bandara Kualanamu.
Menurut Gerry, perusahaan patungan yang dibentuk pun hanya akan berperan sebagai pengelola Bandara Kualanamu. Ia mengibaratkan kerja sama ini seperti pemilik hotel yang menunjuk perusahaan lain untuk mengelola hotelnya.
"Hotelnya masih milik pemilik, bukan pemilik pengelola. Jadi, jangan sampai salah mengartikan. Pemahaman publik yang beredar bahwa ada penjualan aset dalam skema BOT ini jelas salah besar," ujar dia.
Melalui skema BOT ini, AP II juga tidak perlu bersusah payah mencari pembiayaan pembangunan dan pengembangan infrastruktur Bandara Kualanamu dalam rangka peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan. Dalam skema ini, perusahaan pengelola lah yang akan menanggung pembangunan tersebut dan itu pun menjadi aset milik AP II.
Langkah ini dipilih agar pemerintah tidak perlu lagi menyuntikkan dana terus-menerus ke AP II terkait pengelolaan bandara. Sehingga, AP II harus mencari langkah-langkah yang menguntungkan dalam ranah bidangnya, sambil mengadopsi cara-cara terbaik yang sudah dilakukan di bandara-bandara lain di dunia untuk diterapkan di Bandara Kualanamu.
"Bahkan, nantinya Bandara Kualanamu akan menjadi contoh peningkatan mutu pelayanan bagi bandara-bandara AP II yang lainnya," kata Gerry.
GMR Airports memiliki pengalaman pengelolaan bandara di beberapa negara untuk meningkatkan trafik penumpang dengan cara menerapkan strategi insentif bagi maskapai-maskapai agar mau meningkatkan penerbangan dari/ke bandara kelolaan mereka. Baik terhadap maskapai dalam negeri bandara tersebut, maupun maskapai dari luar negeri.
GMR Airports Consortium adalah milik GMR Group asal India dan Aéroports de Paris Group (ADP) asal Prancis, yang dikenal sebagai jaringan operator bandara yang melayani penumpang terbanyak di dunia.
Saat ini, GMR Airport mengelola New Delhi’s Indira Gandhi International Airport (Best Airport in India and Central Asia by Skytrax 2019-2021), lalu Hyderabad International Airport di India, Bidar Airport di India, Mactan Cebu International Airport di Filipina, serta tengah mengembangkan Goa International Airport di India, Visakhapatnam International Airport di India, dan Crete International Airport di Yunani.
Rekam jejak tersebut diharapkan mampu membantu mewujudkan keinginan AP II untuk mengembangkan Bandara Internasional Kualanamu dengan target peningkatan trafik penumpang hingga 54 juta orang pada tahun ke-25 kemitraan atau setara Bandara Internasional Soekarno-Hatta saat ini.
Baca juga: Stafsus Menteri BUMN sebut negara untung lepas saham Bandara Kualanamu
Baca juga: Angkasa Pura Aviasi komitmen wujudkan Kualanamu jadi regional hub
Baca juga: GMR Airport jadi mitra pengelolaan Bandara Kualanamu
Skema ini dipilih karena justru dapat meringankan AP II dari beban investasi pembangunan infrastruktur yang berbiaya besar.
"Tidak ada unsur penjualan aset sama sekali dalam skema BOT ini, bandara masih tetap milik AP II. Hanya pengelolaannya saja yang diserahkan ke perusahaan patungan antara AP II dan GMR Airports," kata pengamat penerbangan dari Jaringan Penerbangan Indonesia Gerry Soedjatman dalam keterangannya, di Jakarta, Kamis.
Untuk mengelola Bandara Kualanamu dibentuk lah perusahaan patungan atau joint venture company (JVCo) bernama PT Angkasa Pura Aviasi (APA), dengan porsi saham 51 persen milik AP II dan GMR Airports sebesar 49 persen. Namun, adanya persentase kepemilikan saham tersebut bukan berarti menyatakan sebagai kepemilikan aset di Bandara Kualanamu.
Menurut Gerry, perusahaan patungan yang dibentuk pun hanya akan berperan sebagai pengelola Bandara Kualanamu. Ia mengibaratkan kerja sama ini seperti pemilik hotel yang menunjuk perusahaan lain untuk mengelola hotelnya.
"Hotelnya masih milik pemilik, bukan pemilik pengelola. Jadi, jangan sampai salah mengartikan. Pemahaman publik yang beredar bahwa ada penjualan aset dalam skema BOT ini jelas salah besar," ujar dia.
Melalui skema BOT ini, AP II juga tidak perlu bersusah payah mencari pembiayaan pembangunan dan pengembangan infrastruktur Bandara Kualanamu dalam rangka peningkatan kapasitas dan kualitas pelayanan. Dalam skema ini, perusahaan pengelola lah yang akan menanggung pembangunan tersebut dan itu pun menjadi aset milik AP II.
Langkah ini dipilih agar pemerintah tidak perlu lagi menyuntikkan dana terus-menerus ke AP II terkait pengelolaan bandara. Sehingga, AP II harus mencari langkah-langkah yang menguntungkan dalam ranah bidangnya, sambil mengadopsi cara-cara terbaik yang sudah dilakukan di bandara-bandara lain di dunia untuk diterapkan di Bandara Kualanamu.
"Bahkan, nantinya Bandara Kualanamu akan menjadi contoh peningkatan mutu pelayanan bagi bandara-bandara AP II yang lainnya," kata Gerry.
GMR Airports memiliki pengalaman pengelolaan bandara di beberapa negara untuk meningkatkan trafik penumpang dengan cara menerapkan strategi insentif bagi maskapai-maskapai agar mau meningkatkan penerbangan dari/ke bandara kelolaan mereka. Baik terhadap maskapai dalam negeri bandara tersebut, maupun maskapai dari luar negeri.
GMR Airports Consortium adalah milik GMR Group asal India dan Aéroports de Paris Group (ADP) asal Prancis, yang dikenal sebagai jaringan operator bandara yang melayani penumpang terbanyak di dunia.
Saat ini, GMR Airport mengelola New Delhi’s Indira Gandhi International Airport (Best Airport in India and Central Asia by Skytrax 2019-2021), lalu Hyderabad International Airport di India, Bidar Airport di India, Mactan Cebu International Airport di Filipina, serta tengah mengembangkan Goa International Airport di India, Visakhapatnam International Airport di India, dan Crete International Airport di Yunani.
Rekam jejak tersebut diharapkan mampu membantu mewujudkan keinginan AP II untuk mengembangkan Bandara Internasional Kualanamu dengan target peningkatan trafik penumpang hingga 54 juta orang pada tahun ke-25 kemitraan atau setara Bandara Internasional Soekarno-Hatta saat ini.
Baca juga: Stafsus Menteri BUMN sebut negara untung lepas saham Bandara Kualanamu
Baca juga: Angkasa Pura Aviasi komitmen wujudkan Kualanamu jadi regional hub
Baca juga: GMR Airport jadi mitra pengelolaan Bandara Kualanamu
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2021
Tags: