KKP: Ekspor hasil perikanan Sulsel di urutan ketiga
2 Desember 2021 02:33 WIB
Peluncuran direct flight ke Singapura untuk produk ekspor perikanan Sulsel oleh Plt Gubernur Sulsel Andi Sudirman Sulaiman di Bandar Udara Lama Hasanuddin, Maros, Rabu (1/12/2021). ANTARA/Nur Auhra Wardyah
Maros (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) merilis bahwa Makassar, Sulawesi Selatan, menempati urutan ke tiga terhadap ekspor hasil perikanan di Indonesia.
Ekspor hasil perikanan di Indonesia didominasi oleh Jakarta kemudian Surabaya dan ketiga adalah Makassar, Sulawesi Selatan.
"Ke depannya kita berharap Sulsel menjadi nomor 1," kata Kepala Pusat Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan KKP Widodo Sumiyanto pada peluncuran penerbangan langsung atau direct flight ke Malaysia untuk produk ekspor perikanan Sulsel di Bandar Udara Lama Hasanuddin, Maros, Rabu.
Ia mengatakan bahwa Pemerintah Pusat terus melakukan berbagai koordinasi agar produk ekspor Indonesia bisa menambah jangkauan ke negara lainnya.
Baca juga: Sulsel ekspor rumput laut ratusan ton per bulan
Baca juga: Ekspor Sulsel didominasi rumput laut
Hingga saat ini, komoditi perikanan Indonesia telah menjangkau 158 negara di dunia dengan jenis komoditi ekspor terbanyak yakni udang, kemudian ikan tuna (cakalang) dan cumi.
"Hampir seluruh negara sudah mengkonsumsi hasil laut Indonesia. Udang paling banyak diekspor, lalu tuna dan sejenis cumi. Untuk volume rumput laut berada di nomor 5," kata Widodo.
Dia menyatakan terjadi pergeseran permintaan terhadap ekspor komoditi perikanan pada tiga tahun terakhir. Pada 2019, permintaan terbanyak 33,2 persen ke Amerika lalu Tiongkok 27 persen. Sedangkan tahun berikutnya, permintaan daerah Asia lebih tinggi dibandingkan Amerika.
Selain itu, penerbangan langsung ekspor ke negara tujuan dari Sulsel dipastikan akan menumbuhkembangkan ekonomi perikanan di wilayah Sulawesi Selatan.
Widodo menjelaskan dua manfaat utama penerbangan langsung yang diperoleh, yakni menjaga serta mempertahankan kualitas komoditas perikanan karena waktu tempuh yang lebih singkat, bisa memangkas waktu tempuh ke tujuan hingga 8 jam.
Termasuk, efisiensi biaya operasional karena dapat memangkas biaya operasional Rp35 ribu hingga Rp45 ribu per kilogram.
"Kami ingin terus berpartisipasi agar ekspor Sulsel tidak hanya ke Singapura tapi kemanapun pesawat pergi berisi produk ekspor. Jadi pengiriman lewat penerbangan langsung bisa kontinyu, bukan hanya 3 ton," urai Widodo.
Pada kesempatan tersebut, dia menegaskan bahwa pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan tidak membedakan antara UMKM dengan eksportir besar. "Kita akan bantu siapa saja untuk supaya bisa melakukan ekspor langsung," ujar Widodo.*
Baca juga: Kemenperin pacu hilirisasi rumput laut tingkatkan pasar ekspor
Baca juga: Ada kendala di jalur laut, Kadin dorong ekspor melalui angkutan udara
Ekspor hasil perikanan di Indonesia didominasi oleh Jakarta kemudian Surabaya dan ketiga adalah Makassar, Sulawesi Selatan.
"Ke depannya kita berharap Sulsel menjadi nomor 1," kata Kepala Pusat Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan KKP Widodo Sumiyanto pada peluncuran penerbangan langsung atau direct flight ke Malaysia untuk produk ekspor perikanan Sulsel di Bandar Udara Lama Hasanuddin, Maros, Rabu.
Ia mengatakan bahwa Pemerintah Pusat terus melakukan berbagai koordinasi agar produk ekspor Indonesia bisa menambah jangkauan ke negara lainnya.
Baca juga: Sulsel ekspor rumput laut ratusan ton per bulan
Baca juga: Ekspor Sulsel didominasi rumput laut
Hingga saat ini, komoditi perikanan Indonesia telah menjangkau 158 negara di dunia dengan jenis komoditi ekspor terbanyak yakni udang, kemudian ikan tuna (cakalang) dan cumi.
"Hampir seluruh negara sudah mengkonsumsi hasil laut Indonesia. Udang paling banyak diekspor, lalu tuna dan sejenis cumi. Untuk volume rumput laut berada di nomor 5," kata Widodo.
Dia menyatakan terjadi pergeseran permintaan terhadap ekspor komoditi perikanan pada tiga tahun terakhir. Pada 2019, permintaan terbanyak 33,2 persen ke Amerika lalu Tiongkok 27 persen. Sedangkan tahun berikutnya, permintaan daerah Asia lebih tinggi dibandingkan Amerika.
Selain itu, penerbangan langsung ekspor ke negara tujuan dari Sulsel dipastikan akan menumbuhkembangkan ekonomi perikanan di wilayah Sulawesi Selatan.
Widodo menjelaskan dua manfaat utama penerbangan langsung yang diperoleh, yakni menjaga serta mempertahankan kualitas komoditas perikanan karena waktu tempuh yang lebih singkat, bisa memangkas waktu tempuh ke tujuan hingga 8 jam.
Termasuk, efisiensi biaya operasional karena dapat memangkas biaya operasional Rp35 ribu hingga Rp45 ribu per kilogram.
"Kami ingin terus berpartisipasi agar ekspor Sulsel tidak hanya ke Singapura tapi kemanapun pesawat pergi berisi produk ekspor. Jadi pengiriman lewat penerbangan langsung bisa kontinyu, bukan hanya 3 ton," urai Widodo.
Pada kesempatan tersebut, dia menegaskan bahwa pihak Kementerian Kelautan dan Perikanan tidak membedakan antara UMKM dengan eksportir besar. "Kita akan bantu siapa saja untuk supaya bisa melakukan ekspor langsung," ujar Widodo.*
Baca juga: Kemenperin pacu hilirisasi rumput laut tingkatkan pasar ekspor
Baca juga: Ada kendala di jalur laut, Kadin dorong ekspor melalui angkutan udara
Pewarta: Nur Suhra Wardyah
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: