Malang (ANTARA News) - Mahatir Rizki (19), mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang yang diduga korban doktrinisasi kelompok Negara Islam Indonesia (NII) dilaporkan telah pulang ke rumahnya di Bima, Nusa Tenggara Timur, Selasa pagi.

Kabar kepulangan Mahatir itu disampaikan oleh pamannya, Ismed Jayadi, di Kota Malang, Jawa Timur. Mahatir dan puluhan rekannya dari UMM diduga telah menjadi korban doktrinisasi NII sebagaimana terjadi juga di sejumlah daerah.

Menurut Ismed, setibanya di Bima ponakannya itu sementara ini tidak ingin ditemui siapa pun dan hanya ingin menyendiri di kamarnya. Kepada keluarganya, Mahatir mengaku jika selama ini ia bekerja di Semarang dan dalam kondisi sehat.

Terkait dugaan korban doktrinisasi dan adanya perekrutan oleh anggota NII, Ismed tidak bisa menjelaskan, namun berjanji akan memberikan keterangan setelah keluarga nantinya mengunjungi Malang dan bertemu pihak rektorat dalam beberapa minggu ke depan.

"Kepulangan Mahatir sudah kami laporkan ke rektorat UMM serta aparat kepolisian di Kota Malang, dan kami akan memberikan keterangan lebih lanjut, namun saat ini Mahatir masih ingin sendiri dulu," katanya.

Sementara Rektor UMM, Muhadjir Effendy, menjelaskan bahwa kasus doktrinasi yang menimpa delapan mahasiswanya murni kasus kriminal dengan metode hipnotis disertai doktrinisasi.

Pihak UMM sudah membentuk tim independen, serta sejumlah langkah antisipasi apabila terjadi kembali peristiwa itu.

"UMM juga bekerja sama dengan kepolisian untuk mengusut tuntas kasus ini, agar tidak menjalar ke mana-mana," katanya.

Ia berharap, kasus ini tidak mempengaruhi minat belajar warga ke Kota Malang, dan meminta kepada seluruh pihak terutama para pelajar dan mahasiswa agar tetap waspada terhadap aksi-aksi penipuan dengan cara mendoktrinasi korbannya.

UMM juga telah membentuk lembaga khusus rehabilitasi bagi korban doktrinasi yang berfungsi untuk pemulihan mahasiswa yang menjadi korban.

Dalam lembaga ini, seluruh mahasiswa akan diberikan pemahaman tentang modus doktrinasi yang dilakukan pelaku dan selama ini menimpa mahasiswa baru.

Lembaga ini akan difokuskan pada mahasiswa yang baru masuk dan menempuh kuliah di UMM. "Kami prioritaskan pada mahasiswa baru dan dengan adanya lembaga ini supaya jangan sampai ada korban kembali," katanya.

(ANTARA/S026)