Kasus harian COVID-19 di Korsel tembus 5.000
1 Desember 2021 16:40 WIB
Arsip - Warga menunggu dalam barisan untuk tes penyakit virus korona (COVID-19) di lokasi tes yang sementara dibangun di sebuah stasiun kereta di Seoul, Korea Selatan, Rabu (7/7/2021). REUTER/Heo Ran/hp/cfo (REUTERS/HEO RAN)
Seoul (ANTARA) - Korea Selatan pada Rabu melaporkan sebanyak 5.123 infeksi baru COVID-19 ketika negara itu berjuang menghadapi lonjakan pasien di rumah sakit dan mencegah masuknya varian Omicron.
Angka kasus harian itu menjadi yang tertinggi selama pandemi. Otoritas mengatakan rumah sakit di seluruh negeri kini merawat 723 penderita COVID-19 parah, jumlah tertinggi selama pandemi.
Angka itu meningkat tajam dari awal November yang mencatat kurang dari 400 penderita.
Kini hampir 90 persen ranjang perawatan darurat di kawasan Seoul Raya telah terisi, sementara 842 pasien lain sedang menunggu giliran.
Untuk mengurangi tekanan pada sistem kesehatan, Korsel mulai pekan ini meminta pasien bergejala ringan untuk dirawat di rumah karena rumah sakit hanya merawat pasien parah. Pusat-pusat kesehatan masyarakat juga akan diperluas.
Asosiasi Medis Korea (KMA) mendesak pemerintah untuk membangun fasilitas perawatan dan merawat pasien yang sangat rentan dengan obat antibodi sebelum penyakit mereka semakin parah.
KMA juga meminta pemerintah untuk sementara menunda kebijakan bebas karantina di sejumlah pintu masuk untuk mencegah varian Omicron.
Korsel sejauh ini belum melaporkan satu pun kasus Omicron, namun sedang menyelidiki dugaan kasus pada sejumlah pelaku perjalanan dari Nigeria.
Otoritas akan menggerakkan struktur pemerintahan untuk mengamankan ketersediaan ranjang perawatan rumah sakit, minimal 1.300 unit pada pertengahan Desember, kata Menteri Dalam Negeri Jeon Hae-cheol dalam rapat tanggap darurat COVID-19.
Lebih dari 84 persen kasus COVID-19 yang parah terjadi pada warga berusia 60 tahun ke atas.
Para ahli memperingatkan bahwa kasus infeksi akan terus meningkat sampai semua orang yang belum divaksin memperoleh kekebalan.
Mereka juga mengatakan bahwa tingkat antibodi dari vaksin terus berkurang dan mendesak warga lansia untuk mendapatkan dosis penguat.
"Untuk memperlambat penularan dalam gelombang wabah saat ini, otoritas dapat menurunkan angka kasus dengan menerapkan kembali pembatasan sosial," kata Jung Jae-hun, profesor pengobatan preventif di Universitas Gachon.
Melesatnya jumlah kasus bermula pada awal November setelah negara itu mulai memperlonggar aturan COVID-19.
Pemerintah pada Senin mengatakan akan menunda pelonggaran lanjutan akibat kemunculan Omicron dan potensi ancaman varian baru itu pada sistem kesehatannya.
Jumlah kasus baru pada Selasa menambah total kasus COVID-19 di Korsel menjadi 452.350 dengan 3.658 kematian.
Terlepas dari kasus rawat inap yang meningkat, angka kematian di negara itu relatif rendah, yaitu 0,81 persen, menurut data pemerintah.
Korsel telah memvaksin penuh hampir 80 persen dari 52 juta penduduknya, dan akan memperluas pemberian dosis penguat bagi warga berusia 18-49 tahun pada Sabtu.
Sumber: Reuters
Baca juga: Saham Korsel "rebound" setelah terpukul Omicron, dibantu data ekspor
Baca juga: Korea Selatan laporkan rekor kasus baru COVID-19
Baca juga: Kampanye hidup bersama COVID-19, Korsel terapkan paspor vaksin
Angka kasus harian itu menjadi yang tertinggi selama pandemi. Otoritas mengatakan rumah sakit di seluruh negeri kini merawat 723 penderita COVID-19 parah, jumlah tertinggi selama pandemi.
Angka itu meningkat tajam dari awal November yang mencatat kurang dari 400 penderita.
Kini hampir 90 persen ranjang perawatan darurat di kawasan Seoul Raya telah terisi, sementara 842 pasien lain sedang menunggu giliran.
Untuk mengurangi tekanan pada sistem kesehatan, Korsel mulai pekan ini meminta pasien bergejala ringan untuk dirawat di rumah karena rumah sakit hanya merawat pasien parah. Pusat-pusat kesehatan masyarakat juga akan diperluas.
Asosiasi Medis Korea (KMA) mendesak pemerintah untuk membangun fasilitas perawatan dan merawat pasien yang sangat rentan dengan obat antibodi sebelum penyakit mereka semakin parah.
KMA juga meminta pemerintah untuk sementara menunda kebijakan bebas karantina di sejumlah pintu masuk untuk mencegah varian Omicron.
Korsel sejauh ini belum melaporkan satu pun kasus Omicron, namun sedang menyelidiki dugaan kasus pada sejumlah pelaku perjalanan dari Nigeria.
Otoritas akan menggerakkan struktur pemerintahan untuk mengamankan ketersediaan ranjang perawatan rumah sakit, minimal 1.300 unit pada pertengahan Desember, kata Menteri Dalam Negeri Jeon Hae-cheol dalam rapat tanggap darurat COVID-19.
Lebih dari 84 persen kasus COVID-19 yang parah terjadi pada warga berusia 60 tahun ke atas.
Para ahli memperingatkan bahwa kasus infeksi akan terus meningkat sampai semua orang yang belum divaksin memperoleh kekebalan.
Mereka juga mengatakan bahwa tingkat antibodi dari vaksin terus berkurang dan mendesak warga lansia untuk mendapatkan dosis penguat.
"Untuk memperlambat penularan dalam gelombang wabah saat ini, otoritas dapat menurunkan angka kasus dengan menerapkan kembali pembatasan sosial," kata Jung Jae-hun, profesor pengobatan preventif di Universitas Gachon.
Melesatnya jumlah kasus bermula pada awal November setelah negara itu mulai memperlonggar aturan COVID-19.
Pemerintah pada Senin mengatakan akan menunda pelonggaran lanjutan akibat kemunculan Omicron dan potensi ancaman varian baru itu pada sistem kesehatannya.
Jumlah kasus baru pada Selasa menambah total kasus COVID-19 di Korsel menjadi 452.350 dengan 3.658 kematian.
Terlepas dari kasus rawat inap yang meningkat, angka kematian di negara itu relatif rendah, yaitu 0,81 persen, menurut data pemerintah.
Korsel telah memvaksin penuh hampir 80 persen dari 52 juta penduduknya, dan akan memperluas pemberian dosis penguat bagi warga berusia 18-49 tahun pada Sabtu.
Sumber: Reuters
Baca juga: Saham Korsel "rebound" setelah terpukul Omicron, dibantu data ekspor
Baca juga: Korea Selatan laporkan rekor kasus baru COVID-19
Baca juga: Kampanye hidup bersama COVID-19, Korsel terapkan paspor vaksin
Penerjemah: Anton Santoso
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2021
Tags: