Khawatir kemanjuran vaksin, minyak jatuh dengan WTI anjlok 5 persen
1 Desember 2021 05:31 WIB
Arsip Foto - Sebuah tangki minyak terlihat di dalam Perusahaan Minyak dan Gas Pelabuhan Ras Lanuf di Ras Lanuf, Libya. ANTARA/REUTERS/Esam Omran Al-Fetori/am.
New York (ANTARA) - Harga minyak jatuh pada akhir perdagangan Selasa (Rabu pagi WIB), dengan minyak mentah berjangka AS anjlok lebih dari lima persen, setelah Kepala Moderna meragukan kemanjuran vaksin COVID-19 terhadap varian virus Corona, Omicron, menakutkan pasar keuangan dan mengangkat kekhawatiran tentang permintaan minyak.
Minyak mentah berjangka Brent merosot 2,87 dolar AS atau 3,9 persen, menjadi menetap di 70,57 dolar AS per barel, setelah mencapai level terendah intraday di 70,22 dolar AS per barel, terendah sejak Agustus.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir 3,77 dolar AS atau 5,4 persen lebih rendah, menjadi 66,18 dolar AS per barel. WTI sempat turun ke terendah sesi di 64,43 dolar AS per barel, juga terendah sejak Agustus.
Bulan ini, harga minyak turun paling tajam sejak Maret 2020, awal dari lockdown yang meluas karena pandemi. Brent anjlok bulan ini sebesar 16,4 persen, sementara WTI terjun 20,8 persen.
Kepala pembuat obat Moderna Inc mengatakan kepada Financial Times bahwa vaksin COVID-19 tidak mungkin efektif melawan varian virus Corona, Omicron seperti halnya terhadap varian Delta.
"Ancaman terhadap permintaan minyak adalah nyata," kata Louise Dickson, analis pasar minyak senior di Rystad Energy.
"Gelombang penguncian lainnya dapat mengakibatkan hingga 3 juta barel per hari permintaan minyak hilang pada kuartal pertama 2022, karena pemerintah memprioritaskan keselamatan kesehatan daripada rencana pembukaan kembali, yang sudah ada buktinya, dari Australia yang menunda pembukaannya kembali hingga di Jepang melarang pengunjung asing," katanya pula.
Minyak anjlok sekitar 12 persen pada Jumat (26/11) bersama dengan pasar lainnya di tengah kekhawatiran varian Omicron yang sangat bermutasi akan memicu penguncian baru dan mengurangi permintaan minyak global. Masih belum jelas seberapa parah varian baru tersebut.
Kondisi itu juga menekan harga, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan Bank Sentral AS kemungkinan akan membahas percepatan pengurangan pembelian obligasi skala besar pada pertemuan kebijakan berikutnya, di tengah ekonomi yang kuat dan ekspektasi bahwa lonjakan inflasi akan bertahan hingga pertengahan tahun depan.
Mengikuti komentar Powell, harga minyak, terutama minyak mentah berjangka AS, turun bersama indeks-indeks utama saham AS, yang turun lebih dari 1,0 persen.
Premi pada kontrak berjangka minyak mentah acuan untuk pemuatan dalam satu bulan di atas kontrak untuk pemuatan dalam waktu enam bulan-metrik yang diawasi ketat oleh pedagang - menyempit secara dramatis pada Selasa (30/11).
Semakin tinggi premi pada kontrak pemuatan bulan depan dibandingkan kontrak pemuatan kemudian, struktur pasar yang dikenal sebagai backwardation, semakin kuat pandangan bahwa pasar mengalami defisit pasokan.
Backwardation adalah kondisi pasar di mana harga kontrak berjangka atau berjangka komoditas diperdagangkan di bawah harga spot yang diharapkan pada saat kontrak jatuh tempo.
Backwardation enam bulan Brent menyempit menjadi sekitar 1,50 dolar AS per barel, terendah sejak Maret. Backwardation enam bulan WTI turun menjadi sekitar 1,90 dolar AS per barel, terendah sejak September.
Semakin jelas untuk pasar minyak, meningkatnya ekspektasi bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, Rusia dan sekutu mereka, bersama-sama disebut OPEC+, akan menunda rencana untuk menambah 400.000 barel per hari (bph) untuk memasok pada Januari.
"Kami pikir grup akan condong ke arah jeda kenaikan produksi mengingat varian Omicron dan pelepasan stok minyak oleh konsumen minyak utama," kata analis komoditas Commonwealth Bank Vivek Dhar dalam sebuah catatan.
Tekanan sudah meningkat di dalam OPEC+, yang dijadwalkan bertemu pada 2 Desember, untuk mempertimbangkan kembali rencana pasokannya setelah rencana pelepasan cadangan minyak mentah darurat minggu lalu oleh Amerika Serikat dan negara-negara konsumen minyak utama lainnya guna mengatasi kenaikan harga.
"Menyusul rilis cadangan strategis global dan pengumuman lusinan negara yang membatasi perjalanan ... OPEC dan sekutunya dapat dengan mudah membenarkan penghentian produksi atau bahkan sedikit pengurangan," kata analis OANDA Edward Moya dalam sebuah catatan.
Peningkatan produksi minyak OPEC pada November telah kembali menggarisbawahi kenaikan yang direncanakan berdasarkan kesepakatan dengan sekutu, survei Reuters menemukan pada Selasa (30/11), membawa kurangnya kapasitas di beberapa produsen menjadi fokus menjelang pertemuan minggu ini.
Baca juga: Harga minyak jatuh terendah 4 minggu, setelah persediaan AS meningkat
Baca juga: Pasokan ketat, harga minyak global mencapai tertinggi multitahun
Minyak mentah berjangka Brent merosot 2,87 dolar AS atau 3,9 persen, menjadi menetap di 70,57 dolar AS per barel, setelah mencapai level terendah intraday di 70,22 dolar AS per barel, terendah sejak Agustus.
Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir 3,77 dolar AS atau 5,4 persen lebih rendah, menjadi 66,18 dolar AS per barel. WTI sempat turun ke terendah sesi di 64,43 dolar AS per barel, juga terendah sejak Agustus.
Bulan ini, harga minyak turun paling tajam sejak Maret 2020, awal dari lockdown yang meluas karena pandemi. Brent anjlok bulan ini sebesar 16,4 persen, sementara WTI terjun 20,8 persen.
Kepala pembuat obat Moderna Inc mengatakan kepada Financial Times bahwa vaksin COVID-19 tidak mungkin efektif melawan varian virus Corona, Omicron seperti halnya terhadap varian Delta.
"Ancaman terhadap permintaan minyak adalah nyata," kata Louise Dickson, analis pasar minyak senior di Rystad Energy.
"Gelombang penguncian lainnya dapat mengakibatkan hingga 3 juta barel per hari permintaan minyak hilang pada kuartal pertama 2022, karena pemerintah memprioritaskan keselamatan kesehatan daripada rencana pembukaan kembali, yang sudah ada buktinya, dari Australia yang menunda pembukaannya kembali hingga di Jepang melarang pengunjung asing," katanya pula.
Minyak anjlok sekitar 12 persen pada Jumat (26/11) bersama dengan pasar lainnya di tengah kekhawatiran varian Omicron yang sangat bermutasi akan memicu penguncian baru dan mengurangi permintaan minyak global. Masih belum jelas seberapa parah varian baru tersebut.
Kondisi itu juga menekan harga, Ketua Federal Reserve Jerome Powell mengatakan Bank Sentral AS kemungkinan akan membahas percepatan pengurangan pembelian obligasi skala besar pada pertemuan kebijakan berikutnya, di tengah ekonomi yang kuat dan ekspektasi bahwa lonjakan inflasi akan bertahan hingga pertengahan tahun depan.
Mengikuti komentar Powell, harga minyak, terutama minyak mentah berjangka AS, turun bersama indeks-indeks utama saham AS, yang turun lebih dari 1,0 persen.
Premi pada kontrak berjangka minyak mentah acuan untuk pemuatan dalam satu bulan di atas kontrak untuk pemuatan dalam waktu enam bulan-metrik yang diawasi ketat oleh pedagang - menyempit secara dramatis pada Selasa (30/11).
Semakin tinggi premi pada kontrak pemuatan bulan depan dibandingkan kontrak pemuatan kemudian, struktur pasar yang dikenal sebagai backwardation, semakin kuat pandangan bahwa pasar mengalami defisit pasokan.
Backwardation adalah kondisi pasar di mana harga kontrak berjangka atau berjangka komoditas diperdagangkan di bawah harga spot yang diharapkan pada saat kontrak jatuh tempo.
Backwardation enam bulan Brent menyempit menjadi sekitar 1,50 dolar AS per barel, terendah sejak Maret. Backwardation enam bulan WTI turun menjadi sekitar 1,90 dolar AS per barel, terendah sejak September.
Semakin jelas untuk pasar minyak, meningkatnya ekspektasi bahwa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak, Rusia dan sekutu mereka, bersama-sama disebut OPEC+, akan menunda rencana untuk menambah 400.000 barel per hari (bph) untuk memasok pada Januari.
"Kami pikir grup akan condong ke arah jeda kenaikan produksi mengingat varian Omicron dan pelepasan stok minyak oleh konsumen minyak utama," kata analis komoditas Commonwealth Bank Vivek Dhar dalam sebuah catatan.
Tekanan sudah meningkat di dalam OPEC+, yang dijadwalkan bertemu pada 2 Desember, untuk mempertimbangkan kembali rencana pasokannya setelah rencana pelepasan cadangan minyak mentah darurat minggu lalu oleh Amerika Serikat dan negara-negara konsumen minyak utama lainnya guna mengatasi kenaikan harga.
"Menyusul rilis cadangan strategis global dan pengumuman lusinan negara yang membatasi perjalanan ... OPEC dan sekutunya dapat dengan mudah membenarkan penghentian produksi atau bahkan sedikit pengurangan," kata analis OANDA Edward Moya dalam sebuah catatan.
Peningkatan produksi minyak OPEC pada November telah kembali menggarisbawahi kenaikan yang direncanakan berdasarkan kesepakatan dengan sekutu, survei Reuters menemukan pada Selasa (30/11), membawa kurangnya kapasitas di beberapa produsen menjadi fokus menjelang pertemuan minggu ini.
Baca juga: Harga minyak jatuh terendah 4 minggu, setelah persediaan AS meningkat
Baca juga: Pasokan ketat, harga minyak global mencapai tertinggi multitahun
Pewarta: Apep Suhendar
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2021
Tags: