Kemenkes sebut anak wasting punya risiko tiga kali lipat stunting
30 November 2021 22:26 WIB
Tangkapan layar - Staf Direktorat Gizi Masyarakat, Kemenkes Hera Nurlita dalam forum pertemuan tingkat tinggi rencana aksi global wasting pada anak di Indonesia yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa. ANTARA/Zubi Mahrofi.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan menyampaikan bahwa anak-anak wasting mempunyai risiko tiga kali lipat untuk menjadi stunting.
"Kalau wasting terus-menerus berulang itu akan menjadi masalah jangka panjang yang itu bisa diidentifikasi juga dengan penurunan tinggi badan atau panjang badan atau kita kenal dengan istilah stunting," ujar Staf Direktorat Gizi Masyarakat, Kemenkes Hera Nurlita dalam forum pertemuan tingkat tinggi rencana aksi global wasting pada anak di Indonesia yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, untuk menurunkan masalah stunting maka Indonesia harus lebih dulu untuk mengatasi wasting.
Indonesia, lanjut dia, sudah berhasil menekan angka wasting yang sebelumnya 10,2 persen pada 2013 menjadi 7,4 persen pada 2019.
Ia mengemukakan, wasting diukur dari berat badan anak berdasarkan panjang atau tinggi badannya.
"Namun ketika bicara stunting, kita bicara berdasarkan tinggi badan menurut umur untuk yang di bawah dua tahun, atau tinggi badan menurut umur bagi anak-anak di atas dua tahun," paparnya.
Dalam kesempatan sama, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas, Subandi Sardjoko menegaskan, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan daya saing SDM yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter.
"Pemerintah Indonesia terus memberikan berbagai intervensi, baik intervensi spesifik maupun sensitif untuk mengatasi akar penyebab permasalahan gizi ini," ujarnya.
Ia mengakui, saat ini Indonesia menghadapi permasalahan gizi, dimana satu dari tiga balita di Indonesia mengalami stunting dan 10 persen balita wasting.
Dan pada saat bersamaan, lanjut dia, terdapat pula ancaman gizi lebih pada balita (kegemukan), yaitu sebanyak delapan persen pada 2018 serta obesitas pada dewasa sebanyak 21,8 persen pada tahun 2018.
Maka itu, ia mengatakan, secara garis besar kebijakan dan strategi yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan prevalensi wasting dan stunting akan selaras dan tidak dipisahkan satu dan lainnya.
Baca juga: Kemenkes: Pandemi COVID-19 jadi tantangan penanggulangan "wasting"
Baca juga: Bappenas: Pemerintah terus berkomitmen atasi wasting dan stunting
Baca juga: Pakar: Dua juta anak Indonesia alami berat badan rendah
"Kalau wasting terus-menerus berulang itu akan menjadi masalah jangka panjang yang itu bisa diidentifikasi juga dengan penurunan tinggi badan atau panjang badan atau kita kenal dengan istilah stunting," ujar Staf Direktorat Gizi Masyarakat, Kemenkes Hera Nurlita dalam forum pertemuan tingkat tinggi rencana aksi global wasting pada anak di Indonesia yang diikuti secara daring di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, untuk menurunkan masalah stunting maka Indonesia harus lebih dulu untuk mengatasi wasting.
Indonesia, lanjut dia, sudah berhasil menekan angka wasting yang sebelumnya 10,2 persen pada 2013 menjadi 7,4 persen pada 2019.
Ia mengemukakan, wasting diukur dari berat badan anak berdasarkan panjang atau tinggi badannya.
"Namun ketika bicara stunting, kita bicara berdasarkan tinggi badan menurut umur untuk yang di bawah dua tahun, atau tinggi badan menurut umur bagi anak-anak di atas dua tahun," paparnya.
Dalam kesempatan sama, Deputi Bidang Pembangunan Manusia, Masyarakat dan Kebudayaan Kementerian PPN/Bappenas, Subandi Sardjoko menegaskan, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan kualitas dan daya saing SDM yang sehat dan cerdas, adaptif, inovatif, terampil, dan berkarakter.
"Pemerintah Indonesia terus memberikan berbagai intervensi, baik intervensi spesifik maupun sensitif untuk mengatasi akar penyebab permasalahan gizi ini," ujarnya.
Ia mengakui, saat ini Indonesia menghadapi permasalahan gizi, dimana satu dari tiga balita di Indonesia mengalami stunting dan 10 persen balita wasting.
Dan pada saat bersamaan, lanjut dia, terdapat pula ancaman gizi lebih pada balita (kegemukan), yaitu sebanyak delapan persen pada 2018 serta obesitas pada dewasa sebanyak 21,8 persen pada tahun 2018.
Maka itu, ia mengatakan, secara garis besar kebijakan dan strategi yang dilakukan pemerintah untuk menurunkan prevalensi wasting dan stunting akan selaras dan tidak dipisahkan satu dan lainnya.
Baca juga: Kemenkes: Pandemi COVID-19 jadi tantangan penanggulangan "wasting"
Baca juga: Bappenas: Pemerintah terus berkomitmen atasi wasting dan stunting
Baca juga: Pakar: Dua juta anak Indonesia alami berat badan rendah
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2021
Tags: