BRIN bangun fasilitas riset pengujian praklinis untuk hewan makaka
30 November 2021 18:32 WIB
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Laksana Tri Handoko menyampaikan sambutan dalam acara virtual Gelar Riset dan Inovasi Bidang Kesehatan dan Pangan 2021 di Jakarta, Selasa (30/11/2021). ANTARA/Martha Herlinawati Simanjuntak.
Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sedang membangun fasilitas riset untuk pengujian praklinis menggunakan hewan coba yakni makaka atau monyet dan fasilitas untuk produksi terbatas vaksin yang berstandar Cara Pembuatan Obat yang Baik (CPOB).
"Dua infrastruktur utama yang terkait dengan vaksin ini masih dalam proses pembangunan," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam acara virtual Gelar Riset dan Inovasi Bidang Kesehatan dan Pangan 2021 di Jakarta, Selasa.
Handoko mengatakan pengembangan vaksin sering terkendala terkait fasilitas untuk uji praklinis dengan menggunakan hewan coba makaka dan produksi terbatas kandidat vaksin. Oleh karenanya, dua fasilitas riset itu penting untuk mendukung percepatan pengembangan vaksin secara mandiri di Indonesia.
Laboratorium untuk uji praklinis memakai hewan coba itu merupakan laboratorium animal bio safety level 3 (animal-BSL-3), yang mana memang keberadaannya masih cukup terbatas di Tanah Air.
Baca juga: BRIN: Perlu uji klinis vaksin RTS,S ketahui efektivitas di Indonesia
Baca juga: BRIN: Vaksin Malaria RTS,S efektif untuk parasit Plasmodium falciparum
Pembangunan animal-BSL-3 untuk primata dengan jumlah cukup besar tersebut berfungsi sebagai sarana pembuktian keamanan dan khasiat kandidat vaksin dan berbagai obat yang dikembangkan.
Sementara pembangunan infrastruktur riset berbasis CPOB untuk produksi terbatas kandidat vaksin berbagai platform itu akan berguna untuk kebutuhan uji praklinis dan uji klinis vaksin.
Dengan keberadaan fasilitas tersebut, diharapkan para periset dan mitra industri nantinya bisa lebih mudah dalam melakukan produksi terbatas dari bibit vaksin.
Bibit vaksin yang dihasilkan oleh berbagai tim dari BRIN ataupun berbagai perguruan tinggi dapat kemudian diujicobakan melalui uji praklinis baik memakai mencit maupun makaka dengan menggunakan fasilitas riset untuk uji praklinis yang akan disediakan BRIN.
Selanjutnya apabila berjalan dengan lancar, kandidat vaksin akan bisa masuk ke uji klinis fase 1, 2 dan 3 terhadap manusia.
Baca juga: BRIN: Semua vaksin yang dipakai masih berbasis izin edar darurat
Baca juga: BRIN fokus pengembangan vaksin dan alat deteksi COVID-19
"Dua infrastruktur utama yang terkait dengan vaksin ini masih dalam proses pembangunan," kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko dalam acara virtual Gelar Riset dan Inovasi Bidang Kesehatan dan Pangan 2021 di Jakarta, Selasa.
Handoko mengatakan pengembangan vaksin sering terkendala terkait fasilitas untuk uji praklinis dengan menggunakan hewan coba makaka dan produksi terbatas kandidat vaksin. Oleh karenanya, dua fasilitas riset itu penting untuk mendukung percepatan pengembangan vaksin secara mandiri di Indonesia.
Laboratorium untuk uji praklinis memakai hewan coba itu merupakan laboratorium animal bio safety level 3 (animal-BSL-3), yang mana memang keberadaannya masih cukup terbatas di Tanah Air.
Baca juga: BRIN: Perlu uji klinis vaksin RTS,S ketahui efektivitas di Indonesia
Baca juga: BRIN: Vaksin Malaria RTS,S efektif untuk parasit Plasmodium falciparum
Pembangunan animal-BSL-3 untuk primata dengan jumlah cukup besar tersebut berfungsi sebagai sarana pembuktian keamanan dan khasiat kandidat vaksin dan berbagai obat yang dikembangkan.
Sementara pembangunan infrastruktur riset berbasis CPOB untuk produksi terbatas kandidat vaksin berbagai platform itu akan berguna untuk kebutuhan uji praklinis dan uji klinis vaksin.
Dengan keberadaan fasilitas tersebut, diharapkan para periset dan mitra industri nantinya bisa lebih mudah dalam melakukan produksi terbatas dari bibit vaksin.
Bibit vaksin yang dihasilkan oleh berbagai tim dari BRIN ataupun berbagai perguruan tinggi dapat kemudian diujicobakan melalui uji praklinis baik memakai mencit maupun makaka dengan menggunakan fasilitas riset untuk uji praklinis yang akan disediakan BRIN.
Selanjutnya apabila berjalan dengan lancar, kandidat vaksin akan bisa masuk ke uji klinis fase 1, 2 dan 3 terhadap manusia.
Baca juga: BRIN: Semua vaksin yang dipakai masih berbasis izin edar darurat
Baca juga: BRIN fokus pengembangan vaksin dan alat deteksi COVID-19
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2021
Tags: