Jakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Boediono mengharapkan buruh mengedepankan dialog dan rembug daripada konfrontasi dalam menyelesaikan masalah, dan semangat itu harus diikuti oleh pengusaha dan pemangku kepentingan lain, termasuk pemerintah.

"Saya menyambut baik semangat yang hidup di kalangan gerakan buruh untuk mengedepankan dialog, rembug daripada konfrontasi dalam menyelesaikan masalah," kata Wapres Boediono saat memberikan sambutan dalam dalam acara pembukaan Kongres ke-VI Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Indonesia (KSBSI), di Jakarta, Minggu.

Hadir dalam acara itu antara lain Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Muhaimin Iskandar serta Wakil Gubernur DKI Jakarta Prijanto.

Wapres mengatakan, semangat Bhinneka Tunggal Ika serta demokrasi yang dianut merupakan hasil perjuangan kaum buruh sendiri, memberikan ruang yang luas untuk menyelesaikan masalah dengan dialog, dengan rembug.

Pada akhirnya, kata Boediono, semua terpulang pada itikad semua komponen bersama, pada ketulusan dalam memecahkan masalah bersama dengan selalu mengacu pada kepentingan bersama, kepentingan bangsa.

"Kesetaraan antara buruh dan pengusaha dalam dialog sangat penting dan pemerintah menjadi fasilitator yang adil dalam rembug itu," kata Wapres.

Dikatakan Boediono pula, pemerintah menyambut baik dan mendukung upaya modernisasi di kalangan organisasi buruh dan untuk menjawab tantangan perubahan zaman kepeloporan KSBSI sangat besar.

Wapres mengingatkan pula, dalam alam globalisasi, perubahan cepat dalam pola manajemen perusahaan, pembaharuan organisasi buruh, perbaikan tata kerjanya, peningkatan mutu dan kemampuan pengurusnya adalah keniscayaan.

Dikatakan Wapres pula, tidak hanya buruh, tetapi semua pihak jugaqakan diuntungkan dengan adanya organisasi buruh yang modern, gesit, rasional dan efektif dalam langkah-langkahnya untuk memperjuangkan kepentingan dan hak-hak buruh.

"Saya ingin mengingatkan kepada kita semua satu perkembangan penting yang akan kita alami dalam satu sampai dua dasawarsa ke depan ini," katanya.

Dalam periode itu jumlah penduduk Indonesia berusia muda meningkat secara signifikan mengingat rasio antara penduduk produktif dan yang tidak produktif meningkat.

"Kita dapat menjadikan hal ini sebagai peluang baik bagi ekonomi kita untuk tumbuh lebih cepat lagi. Orang menyebutnya sebagai "demographic dividend`," kata Wapres.

Kuncinya di sini, ingat Wapres, adalah bagaimana semua dapat menyediakan lapangan kerja produktif bagi masyarakat.

"Tapi "demographic dividend" akan menjadi `demographic disaster" apabila kita tidak dapat menciptakan pekerjaan produktif bagi mereka. Pengalaman negara-negara lain yang mengalami pengangguran tinggi bagi penduduk usia mudanya dapat menjadi pelajaran berharga bagi kita," kata Wapres Boediono.(*)
(A025/A011)