Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Umum Pengurus Pusat Dewan Masjid Indonesia (DMI) Komjen Pol (Pur) Dr H Syafruddin, M.Si meminta penerus bangsa, khususnya mahasiswa yang sedang menimba ilmu di Universitas Al-Azhar, Kairo, Mesir untuk terus mengembangkan bidang keilmuan yang sedang dipelajari.

"Jadi jangan ke luar negeri atau ke Universitas Al-Azhar di Kairo hanya mempelajari ilmu agama saja, sebab setelah anda kembali ke Tanah Air akan menghadapi pergumulan yang mungkin berbeda dari apa yang sudah anda bayangkan hari ini," katanya dalam keterangan tertulis DMI yang diterima ANTARA di Jakarta, Senin.

Ia mengatakan pengembangan ilmu tidak semata-mata hanya digunakan pada saat melakukan dakwah secara khusus saja, namun juga diharapkan dapat dimanfaatkan di setiap bidang kehidupan dengan tetap mengamalkan ilmu dakwah.

Pengembangan ilmu itu juga harus terus dilakukan karena seringkali seseorang yang mendalami ilmu tertentu bekerja di sektor bidang yang berlainan dengan pengetahuan yang dimiliki.

Dikemukakannya bahwa muadalah (penyetaraan) pondok pesantren tidak hanya berlaku untuk Indonesia saja tetapi berlaku seluruh dunia untuk mengukur kemampuan para santri untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Al-Azhar, Kairo.

Menurutnya, sumber ilmu pengetahuan modern sesungguhnya berasal dari ilmu pengetahuan yang berkembang saat islam menguasai dan membangun sejarah di muka bumi selama 1313 tahun.

Ia berharap para santri dapat memiliki lebih banyak kesempatan untuk belajar di Universitas Al-Azhar, sehingga para alumni nantinya dapat menyebarkan ajaran islam dengan baik di seluruh wilayah Indonesia.

"Kita berharap santri mendapat lebih banyak kesempatan untuk belajar di Al-Azhar. Kelak, para santri yang menjadi alumni Al-Azhar dalam menyebarkan ajaran Islam yang wastiyah di Indonesia sehingga kiprah alumni Al-Azhar bisa dirasakan oleh rakyat Indonesia," kata Syafruddin.

Sekretaris Jenderal FKPM sekaligus Pengasuh Pesantren Termas KH. Luqman Al-Hakim Harist Dimyati menyebutkan sudah ada sekitar 40 pesantren dari unsur salafiyah maupun ashriyah yang mengajukan muadalah.

"Antara lain Tremas, Manonjaya, Al-Ikhlas Taliwang, Darusaalam Bogor, Baitul Hidayah Bandung, Al-Mizan Banten, Darul Azhar Banten, Mawaridussalam Medan, Al-Amien Madura, Al-Amanah Al-Gontory Tangerang, Darul Quran Tangerang, Al-Ishlah Bondowoso dan lain-lain," katanya.

Sedangkan sebelumnya, terdapat sembilan pesantren yang telah mendapatkan muadalah terlebih dahulu. Beberapa di antaranya yakni Darussalam Gontor, Darunnajah Jakarta, Tazakka Batang, Al-Ikhlas Kuningan, Amanatul Ummah Mojokerto dan Muallimin Muhammadiyah Yogyakarta, demikian Luqman Al-Hakim Harist Dimyati ​​​​​​.

Baca juga: DMI serukan masjid galang sumbangan untuk Palestina

Baca juga: Jusuf Kalla persilakan masjid jadi lokasi vaksinasi COVID-19

Baca juga: Raih doktor HC, Syafruddin berhubungan baik dengan tokoh Islam dunia

Baca juga: Imam masjid di Bekasi bisa dapat gaji Rp2,5 juta sebulan mulai 2021