Badung (ANTARA) - SKK Migas kembali menggelar konvensi internasional minyak dan gas bumi bertajuk The 2nd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas atau IOG 2021 di Nusa Dua, Bali, pada 29 November - 1 Desember 2021.

Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan konvensi ini memperdalam bahasan inisiatif rendah karbon dan pengembangan potensi migas nonkonvensional di Indonesia.

"IOG 2021 kami ingin memperdalam bahasan low carbon initiatives dan pengembangan non migas konvensional," ujarnya di Nusa Dua, Bali, Senin.

Dwi menjelaskan konvensi IOG 2021 memberikan sinyal bagi industri hulu migas di Indonesia siap untuk investasi global, sekaligus mendukung pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi G20 yang akan diadakan di Bali pada tahun depan.

Menurutnya, solusi teknologi rendah karbon dan netralitas karbon sektor migas hasil dari COP-26 perlu didukung dengan peta jalan yang jelas baik dari regulasi hingga investasi.

Konvensi bertajuk The 2nd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas (IOG 2021) ini akan menghadirkan lebih dari 120 pembicara dan diselenggarakan secara hibrid selama tiga hari di Bali.

IOG 2021 mencakup target besar yang ingin dicapai pada 2030, yakni produksi minyak sebesar 1 juta barel per hari (BOPD) serta gas bumi sebanyak 12 miliar standar kaki kubik per hari (BSCFD).

Pemerintah memperlihatkan komitmennya dalam membangun iklim industri minyak dan gas Indonesia untuk memiliki daya tarik lebih di pasar internasional.

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif mengatakan investasi migas meningkatkan delapan kali lipat dari 8,1 miliar dolar AS pada 2005 menjadi 501 miliar dolar AS pada 2020.

Bahkan saat pandemi COVID-19 melanda seluruh dunia, termasuk Indonesia tidak menurunkan minat investasi para pemilik modal terhadap industri hulu migas.

"Industri hulu migas akan menjadi penyokong energi pada masa energi dan akan menggantikan energi batu bara," pungkas Arifin.

Pemerintah Indonesia mencanangkan gas alam sebagai penopang program transisi energi di Indonesia dalam empat puluh tahun ke depan.

Berdasarkan perhitungan Kementerian ESDM, cadangan gas alam di Indonesia mencapai 62,4 triliun kaki kubik dengan cadangan terbukti sebanyak 43,6 triliun kaki kubik.

Pemerintah beralasan menjadikan gas alam sebagai pendukung transisi energi karena mudah didistribusikan dan disimpan, serta rendah karbon.

Menurut data The Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), Badan PBB untuk menilai ilmu terkait perubahan iklim, gas alam hanya menghasilkan 469 gram karbon dioksida per kilowatt jam (kWh).

Angka emisi itu lebih rendah dibandingkan batu bara yang mencapai 1.001 gram karbon dioksida per kWh dan minyak bumi sebesar 840 gram karbon dioksida per kWh.

Baca juga: Indonesia perlu inisiatif untuk kejar target produksi migas
Baca juga: SKK Migas dorong digitalisasi aset hulu minyak dan gas bumi
Baca juga: SKK Migas bidik investasi lewat konvensi internasional minyak dan gas