PBB (ANTARA News/AFP) - Puluhan anak tewas dalam pemberontakan rakyat dan konflik di Timur Tengah dan Afrika utara dalam beberapa bulan terakhir ini, kata PBB, Rabu, dalam pernyataan yang mengecam lagi serangan-serangan terhadap warga sipil.

Sedikitnya 20 anak tewas di kota terkepung Libya, Misrata, 26 tewas di Yaman -- dimana 800 anak lagi dilaporkan terluka -- dan sembilan anak tewas di Suriah, kata ketua Dana Anak PBB (UNICEF) Anthony Lake.

Banyak dari mereka yang tewas dan cedera dalam protes di Bahrain adalah pelajar, katanya.

Dalam konflik Palestina-Israel, seorang anak berusia 16 tahun tewas pekan ini akibat luka-luka yang dideritanya ketika roket yang ditembakkan dari Gaza menghantam bis sekolahnya. Sedikitnya delapan juga anak tewas di Gaza, tambah Lake.

"UNICEF sangat khawatir atas dampak kekerasan pada anak-anak yang terperangkap dalam konflik yang meningkat di Timur Tengah dan Afrika Utara," kata Lake dalam sebuah pernyataan.

"Kami terus mengutuk penyerangan warga sipil oleh kelompok-kelompok bersenjata, dan mendesak semua pihak untuk memberi pekerja bantuan kemanusiaan akses segera ke semua tempat dan anak-anak yang membutuhkan," tambahnya.

Selama empat bulan terakhir, dunia Arab dilanda protes dan pemberontakan rakyat yang menuntut demokrasi.

Aktivis pro-demokrasi di sejumlah negara Arab terinspirasi oleh pemberontakan di Tunisia dan Mesir yang berhasil menumbangkan pemerintah yang telah berkuasa puluhan tahun.

Buntut dari demonstrasi mematikan selama lebih dari dua pekan di Mesir, Presiden Hosni Mubarak mengundurkan diri Jumat (11/2) setelah berkuasa 30 tahun dan menyerahkan kekuasaan kepada Dewan Tertinggi Angkatan Bersenjata, sebuah badan yang mencakup sekitar 20 jendral yang sebagian besar tidak dikenal umum sebelum pemberontakan yang menjatuhkan pemimpin Mesir itu.

Sampai pemilu dilaksanakan, dewan militer Mesir menjadi badan eksekutif negara, yang mengawasi pemerintah sementara yang dipimpin perdana menteri.

Di Tunisia, demonstran juga menjatuhkan kekuasaan Presiden Tunisia Zine El Abidine Ben Ali pada Januari.

Ben Ali meninggalkan negaranya pertengahan Januari setelah berkuasa 23 tahun di tengah tuntutan yang meningkat agar ia mengundurkan diri meski ia telah menyatakan tidak akan mengupayakan perpanjangan masa jabatan setelah 2014. Ia dikabarkan berada di Arab Saudi.

Ia dan istrinya serta anggota-anggota lain keluarganya kini menjadi buronan dan Tunisia telah meminta bantuan Interpol untuk menangkap mereka.

Libya juga dilanda pergolakan mematikan yang menuntut pengunduran diri Presiden Moamer Kadhafi. Kini negara itu bahkan digempur oleh pasukan NATO yang beraksi dengan mandat internasional untuk melindungi penduduk sipil dari pasukan Kadhafi.

Pemberontakan mematikan meluas di Yaman, yang membuat posisi Presiden Ali Abdullah Saleh semakin terdesak dan di ambang kejatuhan, setelah berkuasa puluhan tahun.

Protes-protes yang merenggut jiwa juga terjadi di sejumah negara seperti Suriah dan Bahrain.(*)

(Uu.M014)