Jakarta (ANTARA) - Kementerian Perindustrian menyebut Indonesia punya peluang besar dalam peningkatan nilai tambah komoditas kakao melalui kebijakan hilirisasi sebagai salah satu upaya meningkatkan daya saing industri pengolahan kakao di kancah global dan menjadi sektor yang berkelanjutan.

“Seiring upaya memacu pengembangan industri pengolahan kakao di dalam negeri, Kemenperin turut aktif mendorong peningkatan produktivitas biji kakao dan konsumsi produk kakao olahan,” kata Plt. Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Putu Juli Ardika lewat keterangannya di Jakarta, Minggu.

Putu mengemukakan, Indonesia merupakan produsen kakao olahan terbesar ketiga dunia setelah Belanda dan Pantai Gading. Kekuatan ini ditopang dari 11 industri pengolahan kakao dengan total kapasitas terpasang mencapai 739 ribu ton per tahun.

“Potensi tersebut, didukung ketersediaan bahan baku di dalam negeri. Menurut International Cocoa Organization (ICCO) 2018/2019, produksi biji kakao Indonesia sebesar 220 ribu ton. Indonesia sebagai penghasil biji kakao terbesar keenam di dunia,” ungkapnya.

Di tengah imbas pandemi COVID-19, industri pengolahan kakao di tanah air mampu memberikan kontribusi signfikan terhadap devisa. Hal ini tercemin dari capaian nilai ekspor produk kakao olahan nasional sebesar 1,12 miliar dolar AS atau naik dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 1,01 miliar dolar AS.

Produk kakao olahan yang diekspor tersebut, dalam bentuk liquor, butter, bubuk, dan cake.

“Negara tujuan utama ekspor kakao olahan Indonesia, di antaranya ke Amerika Serikat, Belanda, India, Jerman dan China,” sebut Putu.

Produk kakao olahan Indonesia dinilai berdaya saing di kancah global karena industrinya telah memiliki standar internasional.

Bahkan, produk kakao olahan Indonesia seperti cokelat memiliki cita rasa yang khas. Hal ini karena telah didukung dengan pemanfaatan teknologi modern sehingga terciptanya inovasi produk yang unik dan beragam sesuai selera konsumen saat ini.

“Kami juga turut mendorong untuk penggunaan teknologi industri kakao yang inovatif, efektif dan ramah lingkungan sehingga produktivitas dan kualitias kakao Indonesia meningkat,” imbuhnya.

Saat ini, desain kemasan dan bentuk produk kakao olahan Indonesia juga sudah banyak yang menarik sehingga punya nilai jual yang tinggi di pasar domestik dan mancanegara.

Putu menjelaskan, produk-produk kakao olahan merupakan bahan baku untuk menghasilkan produk makanan dan minuman berbasis cokelat seperti permen cokelat, biskuit, wafer, roti, dan es krim. Produk tersebut dihasilkan oleh industri pengolahan skala besar serta sektor industri kecil dan menengah (IKM).

“Produk kakao olahan seperti cokelat sangat bermanfaat bagi kesehatan, antar lain karena tingginya antioksidan, sehingga mengurangi resiko serangan jantung dan stroke, menurunkan tekanan darah, memperbaiki fungsi otak, serta mengurangi gejala depresi,” sebutnya.

Putu menambahkan, industri pengolahan kakao ikut berperan penting dalam menumbuhkan wirausaha industri baru, seperti IKM cokelat. Selain itu meningkatkan kesejahteraan masyarakat khususnya para petani kakao yang menjadi mitra perusahaan pengolahan kakao.

“Contohnya PT Aneka Coklat Kakao, perusahaan asli Indonesia yang beroperasi di Bandar Lampung,” ujarnya saat melakukan kunjungan kerja di PT Aneka Coklat Kakao, Bandar Lampung, beberapa waktu lalu.

Perusahaan yang berdiri sejak tahun 2013 ini memproduksi fine chocolate products, dengan bisnis proses “Farmer to Bar”, yang memiliki sumber penyedia biji kakao di Lampung, Bali, dan Sulawesi. Saat ini, sudah ada sekitar 1.000 lebih petani yang bekerjasama dengan PT Aneka Coklat Kakao, dan ditargetkan akan mencapai 2.000 petani.

Sistem farmer to bar yang diterapkan PT Aneka Coklat Kakao terdiri dari training, harvesting (panen), fermentasi, pengeringan, sorting, roasting, winnowing (pemisahan biji dengan cocoa shell), grinding/refining, tempering/molding, dan wrapping.

Menurut Putu, salah satu cara menjaga pasokan kakao yang berkelanjutan, yaitu dengan meningkatkan produksi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan. Oleh sebab itu, perlu kemitraan industri pengolahan kakao dengan petani kakao.

“Kemitraan yang terjalin di antara industri dan petani dapat memperkuat industri kakao di dalam negeri dan memajukan para petani kakao sekaligus perekonomian Indonesia,” ujarnya.

Founder dan CEO PT Aneka Coklat Kakao, Sabrina Mustopo menyatakan bahwa pihaknya bertekad untuk berkontribusi bagi penguatan dan pemberdayaan para petani kakao lokal, serta aktif memperhatikan keberlanjutan lingkungan hidup.

Upaya ini membuahkan hasil, perusahaannya meraih penghargaan medali Silver dan Bronze untuk kategori packaging, Krakakoa Limited Edition Single Origin Gift set, Tree to Bar, Dark Chocolate dan Dark Milk Chocolate Creamy Coffee dari Academy of Chocolate (AOC) di London, Inggris pada tahun 2017 dan 2018.

Baca juga: Pemprov Lampung dorong petani tingkatkan mutu dan kualitas biji kakao
Baca juga: Menko Airlangga lepas ekspor biji kakao andalan Sulawesi Tengah
Baca juga: Mondelez dan OFI bangun pertanian kakao paling berkelanjutan di Maluku