IBI: Tokoh adat bantu yakinkan ibu hamil di daerah lakukan pemeriksaan
27 November 2021 17:53 WIB
Ketua Umum PB Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Dr. Erni Nurjasmi dalam webinar Cegah Kelahiran Prematur Dalam Upaya Menurunkan Stunting yang diikuti di Jakarta, Sabtu (27/11/2021). ANTARA/Hreeloita Dharma Shanti,
Jakarta (ANTARA) - Ketua Umum PB Ikatan Bidan Indonesia (IBI) Dr. Erni Nurjasmi mengatakan tokoh adat membantu meyakinkan para ibu hamil di sebuah daerah untuk melakukan pemeriksaan kandungan ke fasilitas kesehatan terdekat.
“Saya dulu pernah dinas di salah satu desa di Papua. Memang sangat tidak mudah, kita berkomunikasi dengan saudara-saudara kita. Sudah memutuskan untuk dirujuk, harus dirujuk itu pun belum tentu mereka terima,” kata Erni dalam webinar Cegah Kelahiran Prematur Dalam Upaya Menurunkan Stunting yang diikuti di Jakarta, Sabtu.
Erni mengatakan tidak mudah untuk mengajak para ibu memeriksakan kondisi kesehatannya ke puskesmas karena ada beberapa faktor yang perlu dihargai dan dipahami.
Seperti kondisi ekonomi yang membuat ibu menjadi tulang punggung keluarga, letak geografis tempat tinggal hingga budaya dalam masyarakat.
Baca juga: Ketua IBI: Utamakan keselamatan bidan dan pasien selama pandemi
Baca juga: IBI Mukomuko layani pemasangan alat kontrasepsi gratis
Banyaknya faktor yang membuat ibu pergi ke puskesmas, menyebabkan dia melakukan advokasi dan berkoordinasi dengan tokoh adat seperti ketua desa dan kepala suku yang dirasa dapat memberikan pengaruh pada para ibu.
Melalui ketua suku, para bidan dapat melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai pentingnya ibu memeriksakan diri ke puskesmas serta mendapatkan dukungan baik berupa moral, informasi mengenai ibu hamil di daerah tersebut bahkan transportasi.
Menurut Erni, setelah berkoordinasi dengan tokoh adat setempat, para ibu hamil kemudian mulai terlihat datang ke puskesmas untuk memeriksakan diri.
“Itu yang saya rasakan waktu itu. Untuk meminta ibu hamil datang ke puskesmas saja setengah mati. Begitu tokoh masyarakat yang menyampaikan ke masyarakatnya, datang mereka Alhamdulillah,” kata Erni.
Selain meminta bantuan tokoh adat, IBI juga mendekatkan diri dengan membuka puskesmas maupun layanan kesehatan yang berlokasi dekat dengan tempat kerja para ibu. Apabila ibu masih tidak datang, maka pihaknya turtu melakukan kunjungan rumah para ibu yang hamil tersebut.
Dalam kesempatan itu, dia turut mengatakan selain tokoh adat, ayah juga memiliki peran penting untuk mengingatkan informasi mengenai jadwal-jadwal pemeriksaan di saat ibu tidak memiliki waktu memeriksakan diri.
Ia mengatakan, sangat penting bagi para ayah untuk mendukung ibu secara penuh guna memeriksakan kandungan di sela kesibukan yang dilakukan.
“Yang paling penting dalam menyampaikan informasi juga melibatkan suami, melibatkan keluarga. Suami harus memberikan waktu, memberikan dukungan pada istri yang sedang hamil termasuk mendorong istrinya melakukan pemeriksaan,” kata dia.*
Baca juga: Ikatan Bidan Indonesia Kalbar dibantu ribuan APD oleh BKKBN
Baca juga: Ribuan bidan siap sukseskan Kalsel Sehat
“Saya dulu pernah dinas di salah satu desa di Papua. Memang sangat tidak mudah, kita berkomunikasi dengan saudara-saudara kita. Sudah memutuskan untuk dirujuk, harus dirujuk itu pun belum tentu mereka terima,” kata Erni dalam webinar Cegah Kelahiran Prematur Dalam Upaya Menurunkan Stunting yang diikuti di Jakarta, Sabtu.
Erni mengatakan tidak mudah untuk mengajak para ibu memeriksakan kondisi kesehatannya ke puskesmas karena ada beberapa faktor yang perlu dihargai dan dipahami.
Seperti kondisi ekonomi yang membuat ibu menjadi tulang punggung keluarga, letak geografis tempat tinggal hingga budaya dalam masyarakat.
Baca juga: Ketua IBI: Utamakan keselamatan bidan dan pasien selama pandemi
Baca juga: IBI Mukomuko layani pemasangan alat kontrasepsi gratis
Banyaknya faktor yang membuat ibu pergi ke puskesmas, menyebabkan dia melakukan advokasi dan berkoordinasi dengan tokoh adat seperti ketua desa dan kepala suku yang dirasa dapat memberikan pengaruh pada para ibu.
Melalui ketua suku, para bidan dapat melakukan sosialisasi dan edukasi mengenai pentingnya ibu memeriksakan diri ke puskesmas serta mendapatkan dukungan baik berupa moral, informasi mengenai ibu hamil di daerah tersebut bahkan transportasi.
Menurut Erni, setelah berkoordinasi dengan tokoh adat setempat, para ibu hamil kemudian mulai terlihat datang ke puskesmas untuk memeriksakan diri.
“Itu yang saya rasakan waktu itu. Untuk meminta ibu hamil datang ke puskesmas saja setengah mati. Begitu tokoh masyarakat yang menyampaikan ke masyarakatnya, datang mereka Alhamdulillah,” kata Erni.
Selain meminta bantuan tokoh adat, IBI juga mendekatkan diri dengan membuka puskesmas maupun layanan kesehatan yang berlokasi dekat dengan tempat kerja para ibu. Apabila ibu masih tidak datang, maka pihaknya turtu melakukan kunjungan rumah para ibu yang hamil tersebut.
Dalam kesempatan itu, dia turut mengatakan selain tokoh adat, ayah juga memiliki peran penting untuk mengingatkan informasi mengenai jadwal-jadwal pemeriksaan di saat ibu tidak memiliki waktu memeriksakan diri.
Ia mengatakan, sangat penting bagi para ayah untuk mendukung ibu secara penuh guna memeriksakan kandungan di sela kesibukan yang dilakukan.
“Yang paling penting dalam menyampaikan informasi juga melibatkan suami, melibatkan keluarga. Suami harus memberikan waktu, memberikan dukungan pada istri yang sedang hamil termasuk mendorong istrinya melakukan pemeriksaan,” kata dia.*
Baca juga: Ikatan Bidan Indonesia Kalbar dibantu ribuan APD oleh BKKBN
Baca juga: Ribuan bidan siap sukseskan Kalsel Sehat
Pewarta: Hreeloita Dharma Shanti
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: