Jakarta (ANTARA) - Kamar Dagang Swiss-Indonesia (SwissCham Indonesia) menandatangani surat pernyataan minat (Letter of Intent/LoI) dengan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kementerian Perindustrian (Kemenperin), Kamis (25/11) untuk memperkuat sistem pendidikan vokasi berbasis industri di Indonesia guna meningkatkan daya saing.

Kerja sama tersebut akan diimplementasikan melalui Program Keterampilan untuk Daya Saing atau Skills for Competitiveness (S4C), yang merupakan program konsorsium yang diselenggarakan Pemerintah Swiss melalui SECO (Sekretariat Negara Swiss untuk Ekonomi) sebagai lembaga donornya dengan Swisscontact yang bermitra dengan BPSDMI Kemenperin.

Kepala BPSDMI Kemenperin Arus Gunawan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Jumat, mengatakan Indonesia membutuhkan reformasi besar-besaran
dalam institusi pendidikan dan vokasinya dalam rangka mengembangkan sumber daya manusia industri.

"Peningkatan kualitas dan relevansi lulusan vokasi, baik dari SMK maupun politeknik yang dapat memenuhi standar industri, telah menjadi faktor kesuksesan yang sangat penting guna meningkatkan daya saing global, mengurangi ketidaksesuaian keterampilan kerja, mengurangi angka pengangguran muda dan berkontribusi dalam perekonomian Indonesia yang lebih kompetitif," katanya.

Baca juga: Dongkrak daya saing industri, Kemenperin pacu kualitas standar produk

Arus menyebut masih banyak kesempatan kolaborasi yang bisa digali dari perspektif sektor swasta termasuk diantaranya adalah Program Master Trainer yang melatih para pelatih di tempat kerja, sebagai bagian dari program link and match serta pelatihan ganda yang melibatkan perusahaan serta institusi pelatihan (Politeknik/SMK).

Dari program tersebut diharapkan peningkatan kompetensi pelatih di tempat kerja, mengingat pentingnya peranan mereka dalam membimbing para peserta guna
mencapai kompetensi siap kerja.

Selain itu, keterlibatan perusahaan juga penting sebagai bagian pengembangan kurikulum dan sebagai dosen tamu.

Sementara itu, Kepala Human Capital Sectoral Group dan Wakil Ketua SwissCham Indonesia Henry Chia mengatakan pihaknya mengaku tidak hanya perlu mencetak sejumlah besar tenaga kerja muda untuk mengisi lapangan pekerjaan di sektor industri, melainkan memastikan kualitas dari pelatihan tenaga kerja itu sendiri, mulai dari fungsi produksi hingga fungsi administrasi dan manajemen.

Baca juga: Peneliti: Kurangi hambatan non-tarif industri makanan minuman nasional

"Kebutuhan ini telah digemakan dengan sangat lantang dalam skema Making Indonesia 4.0. Perusahaan Swiss di Indonesia membutuhkan tenaga profesional
terlatih dan karenanya sadar betul bahwa tanggung jawab untuk mewujudkan hal ini harus dipikul oleh pelaku industri dan bukan hanya pemerintah," katanya.

Untuk itu, anggota SwissCham melihat adanya peluang untuk membentuk sinergi antara sekolah vokasi sebagai penyedia siswa, perusahaan dengan teknologi dan sumber dayanya, serta sistem pendidikan vokasi yang diadopsi dari berbagai institusi di Swiss.

"Harapannya, dengan harapan membuka ruang kolaborasi efektif, memberi manfaat bagi semua pihak, serta mendorong pertumbuhan perekonomian Indonesia," katanya.

Melalui Program S4C, ditandatangani pula Nota Kesepakatan antara perusahaan-perusahaan anggotanya dan tiga politeknik mitra S4C untuk meningkatkan pengalaman dan penguasaan keterampilan bagi sumber daya manusia Indonesia.

Penandatanganan Nota Kesepakatan diteken oleh lima perusahaan anggota SwissCham yaitu Buehler, Endress+Hauser, Givaudan, Indesso Primata, dan Sicpa Peruri Securink dengan tiga Institusi Politeknik Nasional, yakni Politeknik Negeri Jember, Politeknik Industri Logam Morowali, dan Akademi Komunitas Industri Manufaktur Bantaeng.

Program S4C telah berjalan sejak penandatanganan Nota Kesepakatan antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Swiss pada 26 Januari 2018 lalu di Davos, Swiss.