Samarinda (ANTARA News) - Warga Negara Indonesia (WNI) di perbatasan Malaysia, yakni di Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur (Kaltim), hingga kini lebih suka menggunakan elpiji berikut tabung produksi negeri jiran dari pada yang diproduksi oleh Pertamina.

"Saya pernah coba-coba menjual elpiji dan tabungnya dari produksi Pertamina, tapi dalam beberapa bulan yang terjual hanya satu hingga dua tabung saja," kata Syariyah, pemilik Toko Indomal yang terletak di Jalan Panembahan, Malinau, saat ditemui di tokonya, Senin.

Adapun tabung berikut elpiji produksi Malaysia, menurut dia, jauh lebih diminati warga Malinau. Bahkan, elpiji dan tabun buatan Malaysia ada dua merek dagang yang disukai masyarakat Indonesia, yakni Petronas dan Shell Gas. Ke-dua tabung itu berisi 14 kilogram (kg) dengan harga isi ulang per tabung senilai Rp195.000.

Ia menyatakan, khusus harga tabungnya saja senilai Rp380.000. Tabung elpiji yang bermerk Shell Gas berwarna kuning, sementara tabung dengan merk Petronas berwarna merah.

Syariyah menyatakan, pernah menjual tabung gas produksi Pertamina yang berisi 12 kg saat pemerintah sedang gencar-gencarnya mendorong masyarakat melakukan konversi dari minyak gas ke elpiji. Namun, ia mengatakan, dalam beberapa bulan hanya terjual beberapa tabung saja.

Salah satu penyebabnya, menurut dia, ada kasus tabung 12 kg atau regulatornya meledak di Malinau, dan diberitakan hal serupa terjadi di berbagai daerah lain. Sejak itu, katanya, tabung yang berisi 12 kg tidak pernah lagi terjual.

Ia pun akhirnya mengembalikan semua tabung elpiji buatan Pertamina ke agen di Tarakan. "Kalau menurut warga sini, menggunakan elpiji dari Malaysia lebih aman karena belum pernah ada yang meledak," ujarnya.

Selain itu, ia menyatakan, masyarakat setempat menilai bahwa harga tabung dari Malaysia lebih murah, dan isinya lebih terjamin sehingga bisa digunakan antara dua hingga empat bulan, sedangkan elpiji produksi Pertamina paling lama hanya bisa digunakan untuk 1,5 bulan.

Alasan lain, warga lebih suka elpiji Malaysia karena sejak dulu warga sudah memiliki tabung dari Petronas dan dari Shell Gas, sehingga untuk isi ulangnya lebih mudah. "Kalau gas Pertamina kan baru, jadi masyarakat tidak terbiasa," ucapnya.

Dia juga mengatakan, hingga saat ini pembagian tabung elpiji yang berisi 3 kg belum masuk ke Malinau. "Dulu memang kami mendengar bakal ada pembagian tabung yang 3 kg dari pemerintah untuk semua masyarakat, namun hingga kini belum ada warga yang menerima pembagian tabung itu," demikian Syariah. (*)