Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Perekonomian Hatta Rajasa menyatakan bahwa pembatasan konsumsi BBM bersubsidi sampai sekarang ini masih bersifat sukarela.

"Pengaturan masih bersifat voluntary (sukarela), tidak ada kewajiban orang pindah ke BBM non subsidi," kata Hatta Rajasa di Jakarta, Senin.

Ia menyebutkan, hingga saat ini belum ada pengaturan mengenai konsumsi BBM bersubsidi meski ada kecenderungan konsumsi BBM bersubsidi meningkat.

"Kita minta kepada masyarakat yang sudah nmenggunakan BBM non subsidi seperti pertamax, jangan hijrah ke premium karena kuota BBM bersubsidi terbatas hanya 38,6 juta kl," katanya.

Ia juga menyebutkan bahwa alokasi dana subsidi juga terbatas yaitu Rp98,2 triliun. Jika kuotanya habis, maka subsidi akan membengkak.

Hatta juga menyebutkan bahwa hingga saat ini pemerintah belum merencanakan kenaikan harga BBM meski secara rata-rata harga minyak mentah Indonesia (ICP) selama tiga bulan pertama 2011 mencapai lebih dari 100 dolar AS dibanding asumsi di APBN 2011 sebesar 80 dolar AS per barel.

Ketika ditanya mungkinkan pemerintah menahan harga pertamax tetap sekitar Rp8.000 per liter, Hatta mengatakan, belum ada pembicaraan sama sekali terhadap masalah itu.

"Jangan ada spekulasi soal itu," kata Hatta.

Kementerian Keuangan mencatat penggunaan atau konsumsi BBM bersubsidi hingga akhir Maret 2011 mencapai 9,7 juta kl dibanding asumsi APBN 2011 sebesar 38,6 juta kl.

"Realisasi konsumsi BBM bersubsidi lebih tinggi dari perkiraan, realisasi mencapai 9,7 juta kl, 6,85 persen lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu 9,06 juta kl," ujar Pelaksana Tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kemenkeu, Bambang Brodjonegoro.

Ia menambahkan, pemerintah juga telah merealisasikan subsidi sebesar Rp32,4 triliun yang meliputi subsidi energi untuk BBM mencapai Rp18,1 triliun, listrik Rp6,5 triliun dan non energi atau pangan Rp7,6 triliun.

Menurut Bambang, realisasi konsumsi BBM bersubsidi tersebut menunjukkan peningkatan akibat bertambahnya volume kendaraan di Indonesia.

"Realisasi konsumsi BBM bersubsidi menunjukkan kecenderungan meningkat. Itu karena bertambahnya jumlah kendaraan," ujarnya.

Sementara, terkait perkembangan harga minyak dunia yang meningkat dan situasi perkonomian global, Bambang menjelaskan realisasi harga rata-rata ICP minyak hingga akhir Maret 2011 mencapai 104,5 dolar AS dan lifting minyak hanya mencapai 906.000 barel per hari.

Padahal, asumsi dalam APBN ICP minyak ditetapkan sebesar 80 dolar AS per barel dan lifting sebesar 970.000 barel per hari.

"Kami tetap melakukan review dan menjaga agar sesuai dengan asumsi APBN, karena pergerakan harga minyak selalu unik dan 95 persen peluang terjadinya harga minyak, selalu bergerak pada angka 35-120 dolar AS seperti 2009," ujar Bambang.

Wakil Menteri Keuangan Anny Ratnawati menambahkan volume BBM bersubsidi memang melebihi perkiraan apalagi harga minyak dunia saat ini pergerakannya belum dapat diprediksi.

"BBM bersubsidi masih dalam volume yang ditetapkan, namun pergerakan harga minyak dapat mempengaruhi subsidi dan kalau subsidi naik bisa mempengaruhi anggaran pendidikan 20 persen," ujarnya.

(ANTARA/S026)