Jakarta (ANTARA) - Salah satu guru penggerak asal Sleman, Jawa Tengah Khoiry Nuria Widyaningrum mengatakan program Pendidikan Guru Penggerak yang disediakan oleh Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) telah memberikan segudang manfaat dalam meningkatkan kualitas dan kapabilitas guru dalam mengajar.


“Saya sudah merasakan sendiri, saya angkatan ketiga bulan keempat. Program ini luar biasa sekali, saya belum pernah menemui program yang sangat luar biasa,” kata Nuri dalam acara puncak Hari Guru Nasional 2021 yang diikuti di Jakarta, Kamis.


Nuri menjelaskan program pelatihan tersebut sangat membantu para guru dalam mengasah kemampuan memahami materi konsep pembelajaran yang diberikan oleh para instruktur maupun melalui Learning Managenet System (LMS).


Pada program itu, guru akan diberi kebebasan untuk memahami materi yang diberikan. Hal tersebut bertujuan supaya guru keluar dari persepsi yang selama ini digunakan untuk menjalankan kegiatan pembelajaran di sekolah.


Ia mengatakan di dalam kelas elaborasi dan kelas kolaborasi, para guru turut diberikan tantangan untuk menafsirkan sebuah materi melalui proses diskusi selama kelas berlangsung.


“Kita saling berdiskusi di ruang kolaborasi, jadi mulai paham ternyata seperti ini (cara penyelesaiannya),” kata dia.


Selain mempertajam serta memperluas wawasan untuk memecahkan permasalahan dalam materi yang diberikan, program itu juga membantu para guru merefleksikan diri untuk memahami arti menjadi guru yang sebenarnya, membawa kembali nilai filosofi pendidikan serta menanamkan rasa pantang menyerah.


“Saya sangat jadi reflektif saat ini ya, sampai saya empat bulan mengikuti diklat guru penggerak ini saya mampu menuliskan kata-kata kunci yang saya sampaikan tadi,” ujar dia.


Menteri Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi Nadiem Anwar Makarim mengatakan pada mulanya mengaku pesimis program tersebut dapat mudah dimengerti oleh para peserta.


“Saya suka bingung waktu awal-awal ada guru penggerak. Saya sebagai menteri, kalau datang ke daerah-daerah mau mengecek programnya, ini bermanfaat atau tidak, dimengerti atau tidak,” kata Nadiem.


Nadiem menuturkan bahwa pada saat dirinya melakukan kunjungan kerja ke setiap daerah, banyak guru yang terisak semenjak mengikuti program tersebut. Hal itu yang membuat dirinya tidak yakin program tersebut dapat diterima dengan baik.


Namun, kata dia, para guru tersebut justru mengaku menjadi lebih terbuka dan menjadi emosional karena mendapatkan banyak sekali manfaat dari program itu yang dapat membangun kemampuan mereka saat melakukan kegiatan pembelajaran.


Ia berharap program tersebut dapat lebih menyebarkan hal-hal positif dan menjadi sangat bermanfaat untuk guru yang ingin meningkatkan kemampuannya dalam mengajar.


“Saya selama ini salah mengerti fungsi dan peran saya sebagai guru kata mereka. Saya baru menyadari itu membuat mereka sangat emosional dan saat itu saya menyadari bahwa program ini akan sangat berguna dan menyebarkan hal positif,” tegas Nadiem.


Sebelumnya, program Pendidikan Guru Penggerak merupakan program pendidikan kepemimpinan bagi guru untuk menjadi pemimpin pembelajaran.


Program tersebut meliputi pelatihan yang dilakukan melalui kegiatan daring, lokakarya, konferensi, serta pendampingan selama enam bulan bagi calon guru penggerak. Selama mengikuti program, guru bisa terus menjalankan tugas mengajarnya sebagai guru.