Target realisasi investasi energi bersih naik dua kali lipat pada 2022
24 November 2021 17:44 WIB
Instalasi panel surya yang terpasang di Desa Tanjung Raja, Muara Enim, Sumatera Selatan. Warga memanfaatkan listrik tenaga surya untuk irigasi lahan pertanian di daerah tersebut. ANTARA/HO-Kementerian ESDM.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menargetkan realisasi investasi subsektor energi baru terbarukan (EBT) dan konservasi energi meningkat dua kali lipat pada tahun depan.
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan target realisasi investasi untuk tahun ini hanya sebesar 2,0 miliar dolar AS, lalu melesat menjadi 5,6 miliar dolar AS pada 2022.
"Kami berkomitmen untuk mengembangkan energi baru terbarukan," ujarnya dalam forum diskusi BeritaSatu Economic Outlook yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Kementerian ESDM menargetkan total realisasi investasi sektor energi dan sumber daya mineral sebesar 34,5 miliar dolar AS pada tahun depan.
Angka itu meningkat 1,5 miliar dolar AS dibandingkan target tahun ini yang hanya sebesar 33 miliar dolar AS.
Target realisasi investasi yang besar tersebut bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja nasional.
Syahrial mengungkapkan potensi energi baru terbarukan kategori terduga masih diperhitungkan di Indonesia. Hingga saat ini hanya 0,3 persen dari total potensi yang dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik.
Berdasarkan perhitungan Kementerian ESDM, total potensi energi bersih di Indonesia mencapai 3.686 gigawatt dengan rincian surya 3.295 gigawatt, hidro 95 gigawatt, bioenergi 57 gigawatt, angin 155 gigawatt, panas bumi 24 gigawatt, dan laut 60 gigawatt.
Sedangkan nilai pemanfaatan baru mencapai 10,88 gigawatt atau setara 10.889 megawatt dengan rincian surya 195 megawatt, hidro 6.632 megawatt, bioenergi 1.923 megawatt, angin 154 megawatt, dan panas bumi 2.186 megawatt.
Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi uranium sebanyak 89.483 ton dan thoriun 143.234 ton yang bisa digunakan sebagai bahan baku pada pembangkit listrik tenaga nuklir.
"Arah kebijakan energi ke depan adalah meningkatkan bauran energi baru terbarukan hingga 23 persen pada 2025 dan mencapai net zero emission sektor energi pada 2060 atau lebih cepat," kata Syahrial.
Baca juga: Energi fosil diyakini masih jadi urat nadi perekonomian
Baca juga: Menteri ESDM: Kesempatan investasi EBT terbuka luas di Indonesia
Baca juga: ESDM: 25 persen dari target EBT bersumber dari bahan bakar nabati
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Ego Syahrial mengatakan target realisasi investasi untuk tahun ini hanya sebesar 2,0 miliar dolar AS, lalu melesat menjadi 5,6 miliar dolar AS pada 2022.
"Kami berkomitmen untuk mengembangkan energi baru terbarukan," ujarnya dalam forum diskusi BeritaSatu Economic Outlook yang dipantau di Jakarta, Rabu.
Kementerian ESDM menargetkan total realisasi investasi sektor energi dan sumber daya mineral sebesar 34,5 miliar dolar AS pada tahun depan.
Angka itu meningkat 1,5 miliar dolar AS dibandingkan target tahun ini yang hanya sebesar 33 miliar dolar AS.
Target realisasi investasi yang besar tersebut bertujuan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja nasional.
Syahrial mengungkapkan potensi energi baru terbarukan kategori terduga masih diperhitungkan di Indonesia. Hingga saat ini hanya 0,3 persen dari total potensi yang dimanfaatkan untuk menghasilkan listrik.
Berdasarkan perhitungan Kementerian ESDM, total potensi energi bersih di Indonesia mencapai 3.686 gigawatt dengan rincian surya 3.295 gigawatt, hidro 95 gigawatt, bioenergi 57 gigawatt, angin 155 gigawatt, panas bumi 24 gigawatt, dan laut 60 gigawatt.
Sedangkan nilai pemanfaatan baru mencapai 10,88 gigawatt atau setara 10.889 megawatt dengan rincian surya 195 megawatt, hidro 6.632 megawatt, bioenergi 1.923 megawatt, angin 154 megawatt, dan panas bumi 2.186 megawatt.
Selain itu, Indonesia juga memiliki potensi uranium sebanyak 89.483 ton dan thoriun 143.234 ton yang bisa digunakan sebagai bahan baku pada pembangkit listrik tenaga nuklir.
"Arah kebijakan energi ke depan adalah meningkatkan bauran energi baru terbarukan hingga 23 persen pada 2025 dan mencapai net zero emission sektor energi pada 2060 atau lebih cepat," kata Syahrial.
Baca juga: Energi fosil diyakini masih jadi urat nadi perekonomian
Baca juga: Menteri ESDM: Kesempatan investasi EBT terbuka luas di Indonesia
Baca juga: ESDM: 25 persen dari target EBT bersumber dari bahan bakar nabati
Pewarta: Sugiharto Purnama
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021
Tags: