Jakarta (ANTARA) - Konsolidasi Indosat Ooredoo (ISAT) dengan PT Hutchison 3 Indonesia (H3I) yang telah mendapat persetujuan dari pemerintah dinilai akan membuat kinerja fundamental lebih kuat karena perusahaan mampu berkompetisi pada industri telekomunikasi dalam jangka panjang.
Aksi korporasi ini juga diperkirakan bisa membawa potensi besar, baik dari sisi keuangan maupun pergerakan harga sahamnya di pasar modal seiring dengan komitmen perusahaan hasil merger memberikan jaringan, jangkauan, kapasitas dan kecepatan layanan internet serta inovasi yang lebih baik.
“Dari prospek kinerja fundamental emiten ISAT semestinya positif secara jangka panjang jika ditinjau dari kenaikan kinerja fundamental kuartal III-2021,” kata Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji di Jakarta, Rabu.
Menurut Nafan Aji, isu konsolidasi menjadi katalis yang dapat menjaga harga saham tetap menarik, di mana pergerakan harga saham ISAT selama 2021, jika ditinjau secara major trend, maka masih dalam fase bullish consolidation.
Ia menjelaskan, saham ISAT berpotensi berada di zona positif di atas Rp7.000 per saham bahkan mencapai titik ekuilibrium baru di level Rp8.000 per saham.
“Potensi itu ada, namun mencapai Rp8.000 per saham perlu terlebih dahulu menembus ATH (all time high/harga tertinggi sepanjang masa) dari HH (higher high) pada level Rp7.675 per saham,” kata Nafan Aji.
Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma mengatakan, konsolidasi ISAT dan Tri merupakan momentum pertumbuhan perusahaan dan akan membawa ke level yang baru karena akan menjadi operator nomor dua terbesar di Indonesia melewati XL Axiata.
“Menilik konsensus TP (target price) saham ISAT di atas level Rp7.567 per lembar,” kata Suria Dharma.
Sementara itu, analis Kiwoom Sekuritas Indonesia Sukarno Alatas yang mengatakan bahwa pencapaian kinerja keuangan ISAT pada kuartal III 2021 bisa tetap menarik perhatian investor.
Dengan demikian, peluang untuk kembali ke atas level Rp7.000 per lembar tetap terbuka, namun tetap memperhatikan saham-saham sejenisnya yang apakah tetap dalam tren kenaikan atau terjadi pembalikan menurun.
“Saham ISAT untuk mencapai Rp8.000 per lembar bisa saja, yang ditopang ketika industri di sektor ini tidak masalah dan dalam tren kenaikan. Tetapi secara normal pastinya membutuhkan waktu yang agak lama,” katanya.
Menurut catatan, ISAT membukukan kinerja yang mengkilap hingga kuartal ketiga 2021 dengan pendapatan Rp 23,06 triliun atau tumbuh 11,96 persen dibandingkan dengan pendapatan periode sama tahun 2020 yang sebesar Rp20,59 triliun.
Kompetisi sehat
Konsolidasi operator merupakan strategi percepatan transformasi digital dan juga guna menarik banyak investor untuk berinvestasi terutama setelah merger ISAT dengan Tri.
Pengamat telekomunikasi Kamilov Sagala mengatakan, penggabungan usaha di sektor telekomunikasi menjadi salah satu bentuk konkret untuk membangkitkan industri untuk mencapai tujuan menggerakkan ekonomi digital nasional secara luas.
“Industri telko merupakan sektor pada modal, sehingga harus lebih mengarah ke pengembangan ekosistem, agar terjadi efisiensi,” kata Kamilov.
Direktur Pengembangan dan Pemberdayaan Masyarakat Informasi (LPPMI) ini mengatakan, saat ini Indonesia berada pada era digital, tercermin dari aktivitas masyarakat yang sudah terkoneksi dengan internet, seperti layanan, perbankan, perdagangan online, hiburan hingga pendidikan.
Untuk lebih menyempurnakan era digital tersebut, tetap yang menjadi fokus adalah memperluas jaringan telekomunikasi hingga ke wilayah atau daerah terdepan, terpencil dan tertinggal (3T) dengan mengoptimalisasi dana universal service obligation (USO).
Pengembangan infrastruktur digital mulai dari pembangunan pusat data nasional, penataan frekuensi, pemanfaatan digital oleh pemerintah dan sektor-sektor, serta penguatan keamanan siber, big data hingga literasi digital.
“Membangun ekosistem penting sekali karena terkait dgn SDM IT dengan dukungan konten lokal atau tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) agar tetap menjaga ritme eskosistem yang akan dicapai bersama,” kata Kamilov.
Pemerintah melalui Kominfo mengeluarkan persetujuan prinsip penggabungan bisnis Indosat Ooredoo dan Hutchison 3 Indonesia yang akan menjadi Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) dengan syarat mengembalikan frekuensi sebesar 2×5 MHz FDD (Frequency Division Duplexing) di spektrum 2,1 GHz (2100 MHz).
Berdasarkan pandangan Sekjen Pusat Kajian Kebijakan dan Regulasi Telekomunikasi Institut Teknologi Bandung (ITB), Muhammad Ridwan Effendi pengurangan 2×5 MHz di 2,1 GHz sama sekali tidak memiliki pengaruh yang berarti bagi IOH.
Jadi gabungan Indosat Ooredoo-Hutchison 3 Indonesia penguasaan frekuensi jika langsung digabungkan 1,8 GHz (1.800 MHz) ada 2×30 MHz, sedangkan di 2,1 GHz 2×30 MHz.
Baca juga: Kominfo minta Indosat- 3 tetap ikuti prinsip bisnis sehat usai merger
Baca juga: Kominfo setujui merger Indosat dan Tri
Baca juga: Indosat Ooredoo capai kinerja positif sembilan bulan pertama 2021
Konsolidasi mendekati tuntas, saham ISAT diprediksi menuju level baru
24 November 2021 13:16 WIB
Ilustrasi - Seorang teknisi memasang BTS Indosat Ooredoo. ANTARA/HO-Indosat Ooredoo.
Pewarta: Royke Sinaga
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2021
Tags: