Jakarta (ANTARA) - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia menyebut nilai investasi yang besar tidak selalu sebanding dengan dampak ganda (mulitplier effect) yang diciptakannya ke sekitar.

Dalam Rapat Koordinasi Nasional dan Anugerah Layanan Investasi 2021 yang digelar secara daring di Jakarta, Rabu, Bahlil mengatakan hal itu terkait dengan investasi hilirisasi minerba yang saat ini tengah digenjot pemerintah.

"Katakanlah, di Maluku Utara atau Sulawesi Tengah, investasinya tidak sebesar Jawa Barat. Tapi multiplier effect-nya di Maluku Utara dan Sulawesi Tengah itu tinggi. Jadi nilai investasi belum tentu mulitiplier effect-nya masif," katanya.

Hal itu, menurut dia, merujuk hasil riset yang dilakukan bersama dengan Universitas Indonesia (UI). Bahlil menilai dampak ganda dari investasi di sektor hilirisasi lebih besar karena mampu meningkatkan lapangan kerja hingga mendorong dibangunnya pendidikan di wilayah tersebut.

"Ternyata, investasi yang masuk itu belum tentu akan seproduktif sama seperti di hilirisasi," katanya.

Sepanjang Januari hingga September 2021, realisasi investasi tercatat mencapai Rp659,4 triliun, atau setara dengan 73,3 persen dari target investasi tahun ini sebesar Rp900 triliun.

Dalam periode tersebut, secara rinci realisasi penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Maluku Utara mencapai Rp1,1 triliun dan realisasi penanaman modal asing (PMA) mencapai 1,8 juta dolar AS.

Sementara itu, realisasi PMDN di Jawa Barat mencapai Rp45,3 triliun dan realisasi PMA mencapai 4,2 juta dolar AS.

Baca juga: Bahlil: Target investasi 2022 Rp1.200 triliun demi dongkrak ekonomi
Baca juga: Bahlil sebut realisasi investasi luar Jawa melaju lebih kencang
Baca juga: Indonesia masih jadi tujuan investasi infrastruktur ketenagalistrikan