Shanghai (ANTARA) - Saham-saham China di bursa utama Shanghai berakhir lebih tinggi pada Selasa, karena sentimen risiko mendapat dorongan dari prospek bahwa China akan menurunkan biaya pendanaan perusahaan dan membantu perusahaan kecil, sementara saham real estat menutup kerugian setelah bank diminta untuk mengeluarkan lebih banyak pinjaman bagi proyek properti.

Indikator utama Bursa Efek Shanghai, Indeks Komposit Shanghai terkerek 0,20 persen atau 7,01 poin menjadi menetap di 3.589,09 poin, sedangkan indeks saham-saham unggulan CSI300 naik tipis 0,02 persen atau 0,95 poin menjadi ditutup padai 4.913,35 poin.

Baca juga: Saham China berakhir naik, investor dukung sikap bank sentral

Bank sentral China akan memperdalam reformasi suku bunga dan meningkatkan transmisi suku bunga untuk lebih menurunkan biaya pembiayaan, Zou Lan, kepala pasar keuangan di People's Bank of China (PBoC) mengatakan pada sebuah pengarahan.

Komentarnya muncul sehari setelah Perdana Menteri Li Keqiang mengatakan pihak berwenang perlu menghindari pendekatan “satu ukuran untuk semua” buat menopang pertumbuhan ekonomi.

Zou mengatakan pada Senin (22/11/2021) bahwa PBoC akan memandu lembaga-lembaga keuangan untuk meningkatkan pinjaman ke sektor manufaktur, perusahaan kecil dan sektor hijau.

Baca juga: Bursa saham global berjuang dekati rekor tertinggi, Eropa dalam fokus

"Menghadapi tekanan turun yang baru untuk pertumbuhan, PBoC tampaknya siap untuk meningkatkan bias pelonggaran jika perlu," kata analis Mizuho dalam sebuah catatan.

Pengembang real estat terdongkrak 1,0 persen dari penurunan 4,0 persen di sesi sebelumnya, setelah Reuters melaporkan bahwa beberapa bank-bank China telah diberitahu oleh regulator keuangan untuk mengeluarkan lebih banyak pinjaman kepada perusahaan-perusahaan properti untuk pengembangan proyek.

Langkah tersebut bertujuan untuk sedikit mengurangi ketegangan likuiditas di seluruh industri, tetapi pihak berwenang belum secara terbuka memberikan sinyal apa pun bahwa mereka akan melonggarkan "tiga garis merah", dan Nomura mengatakan belum melihat perubahan tajam dalam pembatasan properti saat ini.