Hong Kong (ANTARA) - Saham-saham Asia sebagian besar lebih rendah pada perdagangan Selasa pagi, mengikuti penurunan di Wall Street setelah Presiden Joe Biden memilih Ketua Federal Reserve Jerome Powell memimpin bank sentral untuk masa jabatan kedua, memperkuat ekspektasi AS akan segera mengurangi stimulusnya.

Indeks MSCI untuk saham Asia Pasifik di luar Jepang turun 0,49 persen, sementara Indeks Hang Seng Hong Kong dan Indeks acuan CSI300 China dibuka masing-masing 1,1 persen dan 0,2 persen lebih rendah.

Indeks S&P/ASX 200 Australia berkinerja lebih baiki dengan kenaikan 0,55 persen, didorong oleh saham penambang dan energi. Pasar Jepang ditutup untuk hari libur umum.

Aset-aset berisiko telah terguncang lagi selama sesi terakhir di tengah melonjaknya kasus COVID-19 di Eropa dan pembatasan baru, memadamkan harapan investor akan pemulihan konsumsi dan pertumbuhan yang lebih cepat di seluruh dunia.

Kanselir Jerman Merkel yang masa jabatannya akan segera berakhir mengatakan lonjakan terbaru adalah yang terburuk yang dialami negara itu sejauh ini, sementara Austria melakukan penguncian baru pada Senin (22/11).

Semalam di Wall Street, indeks S&P 500 dan Komposit Nasdaq mundur dari tertinggi sepanjang masa setelah Presiden Biden menunjuk Powell untuk melanjutkan sebagai ketua Fed, dan Lael Brainard, kandidat teratas lainnya untuk jabatan itu, sebagai wakil ketua.

"Dolar AS tampaknya siap untuk mempertahankan kenaikannya pasca pencalonan kembali Powell karena memberikan ruang bagi pasar untuk menggoda gagasan tapering yang lebih cepat," kata analis di TD Securities dalam sebuah catatan.

Analis bank ANZ sependapat, mengatakan dalam sebuah catatan kepada klien bahwa berita Powell memicu "harapan bahwa tapering akan dipercepat dan suku bunga akan meningkat mulai Juni 2022."

Obrolan suku bunga AS membuat indeks dolar didukung dengan baik di dekat puncak 16 bulan. Greenback juga mendekati tertinggi 4,5 tahun versus yen dalam transaksi awal pada Selasa.

Masa jabatan Powell saat ini, yang menekankan pada penciptaan lapangan kerja dari fokus utama pada inflasi, telah terbukti positif untuk aset-aset berisiko, dengan S&P naik 69,7 persen sejak pengangkatannya.

Imbal hasil obligasi pemerintah AS didorong lebih tinggi oleh surat utang dua tahun, yang biasanya bergerak sesuai dengan ekspektasi suku bunga. Imbal hasil mencapai level tertinggi sejak awal Maret 2020.

Dalam komoditas, emas di pasar spot naik 0,19 persen menjadi 1.808,40 dolar AS per ounce pada pukul 02.26 GMT, memangkas kerugian Senin (22/11). Harga emas berada di bawah tekanan karena pencalonan Powell mendorong ekspektasi bahwa bank sentral akan tetap pada jalur pengurangan dukungan ekonomi.

Harga minyak berada di zona merah lagi setelah rebound singkat pada hari sebelumnya dari kerugian baru-baru ini di tengah laporan bahwa OPEC+ dapat menyesuaikan rencana untuk meningkatkan produksi minyak jika negara-negara konsumen besar melepaskan minyak mentah dari cadangan mereka atau jika pandemi virus corona mengurangi permintaan.

Minyak mentah Brent melemah 0,21 persen menjadi diperdagangkan di 79,53 dolar AS per barel dan minyak mentah AS turun 0,5 persen menjadi diperdagangkan di 76,38 dolar AS per barel pada pukul 02.26 GMT.

Departemen Energi AS diperkirakan akan mengumumkan pinjaman minyak dari Cadangan Minyak Strategis pada Selasa dalam koordinasi dengan negara-negara lain, Reuters melaporkan sebelumnya.