IDAI anjurkan vaksin PCV diperluas hingga anak dengan komorbid
22 November 2021 20:48 WIB
Ketua Satgas Imunisasi IDAI Hartono dalam dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi IX yang diikuti dari YouTube DPR RI di Jakarta, Senin (22/11/2021). (ANTARA/Andi Firdaus).
Jakarta (ANTARA) - Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) menganjurkan program vaksinasi pneumococcal conjugate vaccine' (PCV) untuk anak di Indonesia diperluas hingga menyasar kalangan rentan dengan komorbid.
"Vaksin tersebut merupakan vaksin yang dibutuhkan untuk mengurangi angka kesakitan maupun kematian pada anak-anak kita," kata Ketua Satgas Imunisasi IDAI Hartono dalam dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi IX yang diikuti dari YouTube DPR RI di Jakarta, Senin.
Hartono mengatakan IDAI menyambut baik dimasukannya vaksin PCV dalam program vaksinasi nasional yang menyasar anak umur 2, 3 dan 12 bulan.
"Kami anjurkan juga dipikirkan anak di bawah 2 tahun antara umur 1 sampai 2 tahun dan juga untuk anak-anak yang berkebutuhan mempunyai komorbid, misalnya penyakit jantung bawaan," katanya.
Baca juga: 250 ribu anak usia 6-11 tahun di Kepri divaksin mulai Januari 2022
Baca juga: Pemerintah masih prioritaskan vaksinasi lansia sebelum berikan ke anak
Ia mengatakan saat ini ada banyak anak yang sampai lima kali datang berobat ke rumah sakit karena pneumonia akibat mempunyai penyakit penyerta yaitu kelainan jantung bawaan.
Untuk itu IDAI menyarankan agar pengadaan vaksin PCV untuk pengendalian penyakit infeksi yang berat, seperti meningitis, pneumonia, dan infeksi darah atau sepsis dapat ditambah jumlahnya.
Selain menyampaikan dukungannya terhadap vaksinasi PCV, IDAI juga berkomitmen dalam membantu proses vaksinasi HPV sebagai salah satu vaksin untuk mencegah kanker serviks serta vaksin Rotavirus untuk mencegah diare.
"Saat ini ada keterbatasan tenaga kesehatan dalam melakukan imunisasi rutin ini di seluruh Indonesia, mengingat tenaga-tenaga kesehatan ini juga terlibat dalam mengimunisasi vaksin COVID-19," katanya.
Kekurangan juru vaksin tersebut bisa ditutupi sebagian dengan mendayagunakan dokter yang lulusan baru pendidikan sambil menunggu studi lanjutan atau penempatan tugas.
"Atau ada juga dokter yang menunggu intensif, mereka bisa menunggu beberapa bulan. Jadi ada yang menunggu tiga bulan ada yang enam bulan. Nah, waktu tunggu mereka mereka bisa didayagunakan," katanya.
Menurut Hartono, tenaga kesehatan tersebut merupakan potensi besar untuk menggenjot vaksinasi rutin di Indonesia, khususnya setelah pandemi COVID-19 melandai.
Ia memperkirakan di seluruh Indonesia ada sekitar 2000-an dokter lulusan baru untuk mendukung penguatan imunisasi rutin di Tanah Air.
Hartono menambahkan dalam waktu dekat IDAI akan meluncurkan program Littleku yang merupakan akronim dari "lengkapi imunisasi tidak lengkap anakku".
Program itu digagas untuk mengajak para orang tua mengimunisasi anaknya mengingat cakupan imunisasi menurun karena pandemi COVID-19.
"Imunisasi anak ini supaya anak kita mempunyai cakupan imunisasi yang baik terhindar dari penyakit yang berbahaya sehingga bisa menjadi generasi emas di tahun 2045," katanya.*
Baca juga: Kemendikbudristek dukung vaksinasi anak 6-11 tahun di sekolah
Baca juga: Jelang vaksinasi COVID-19 anak usia 6-11 tahun di Indonesia
"Vaksin tersebut merupakan vaksin yang dibutuhkan untuk mengurangi angka kesakitan maupun kematian pada anak-anak kita," kata Ketua Satgas Imunisasi IDAI Hartono dalam dalam Rapat Dengar Pendapat bersama Komisi IX yang diikuti dari YouTube DPR RI di Jakarta, Senin.
Hartono mengatakan IDAI menyambut baik dimasukannya vaksin PCV dalam program vaksinasi nasional yang menyasar anak umur 2, 3 dan 12 bulan.
"Kami anjurkan juga dipikirkan anak di bawah 2 tahun antara umur 1 sampai 2 tahun dan juga untuk anak-anak yang berkebutuhan mempunyai komorbid, misalnya penyakit jantung bawaan," katanya.
Baca juga: 250 ribu anak usia 6-11 tahun di Kepri divaksin mulai Januari 2022
Baca juga: Pemerintah masih prioritaskan vaksinasi lansia sebelum berikan ke anak
Ia mengatakan saat ini ada banyak anak yang sampai lima kali datang berobat ke rumah sakit karena pneumonia akibat mempunyai penyakit penyerta yaitu kelainan jantung bawaan.
Untuk itu IDAI menyarankan agar pengadaan vaksin PCV untuk pengendalian penyakit infeksi yang berat, seperti meningitis, pneumonia, dan infeksi darah atau sepsis dapat ditambah jumlahnya.
Selain menyampaikan dukungannya terhadap vaksinasi PCV, IDAI juga berkomitmen dalam membantu proses vaksinasi HPV sebagai salah satu vaksin untuk mencegah kanker serviks serta vaksin Rotavirus untuk mencegah diare.
"Saat ini ada keterbatasan tenaga kesehatan dalam melakukan imunisasi rutin ini di seluruh Indonesia, mengingat tenaga-tenaga kesehatan ini juga terlibat dalam mengimunisasi vaksin COVID-19," katanya.
Kekurangan juru vaksin tersebut bisa ditutupi sebagian dengan mendayagunakan dokter yang lulusan baru pendidikan sambil menunggu studi lanjutan atau penempatan tugas.
"Atau ada juga dokter yang menunggu intensif, mereka bisa menunggu beberapa bulan. Jadi ada yang menunggu tiga bulan ada yang enam bulan. Nah, waktu tunggu mereka mereka bisa didayagunakan," katanya.
Menurut Hartono, tenaga kesehatan tersebut merupakan potensi besar untuk menggenjot vaksinasi rutin di Indonesia, khususnya setelah pandemi COVID-19 melandai.
Ia memperkirakan di seluruh Indonesia ada sekitar 2000-an dokter lulusan baru untuk mendukung penguatan imunisasi rutin di Tanah Air.
Hartono menambahkan dalam waktu dekat IDAI akan meluncurkan program Littleku yang merupakan akronim dari "lengkapi imunisasi tidak lengkap anakku".
Program itu digagas untuk mengajak para orang tua mengimunisasi anaknya mengingat cakupan imunisasi menurun karena pandemi COVID-19.
"Imunisasi anak ini supaya anak kita mempunyai cakupan imunisasi yang baik terhindar dari penyakit yang berbahaya sehingga bisa menjadi generasi emas di tahun 2045," katanya.*
Baca juga: Kemendikbudristek dukung vaksinasi anak 6-11 tahun di sekolah
Baca juga: Jelang vaksinasi COVID-19 anak usia 6-11 tahun di Indonesia
Pewarta: Andi Firdaus
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2021
Tags: